01. Me, My life

23.9K 478 3
                                    

⚠️CAUTION⚠️

Cerita ini merupakan cerita pertama saya. Belum ada revisi secara menyeluruh, mohon pengertiannya jika ada beberapa alur yang kurang jelas, tidak masuk akal, serta terdapat kata-kata yang tidak dimengerti.

Terima kasih sudah mampir

======

Prang!!!

Seorang gadis dengan rambut berantakan tersentak seketika dari tidurnya. Dia membuka mata dan langsung menimbulkan rasa pening di kepalanya. Suara pecahan piring barusan mengusik tidur nyenyaknya. Rasanya ia tidak ingin bangun saja. Gadis itu menoleh kearah kanan tepat dimana ada jam waker di atas meja yang jelas sudah berdebu dan lapuk habis termakan oleh waktu.

Pukul empat subuh.

Gadis itu pun bangkit dari posisi baring kemudian berjalan keluar kamar dengan langkah gontai.

"Bunyi apa sih itu?!" ujarnya ketika keluar dari kamar, masih setengah sadar.

"Eh, Maaf Kak aku lagi belajar buat sarapan. Kasian kalau Kakak terus yang kasih aku makan, sekali-sekali balas budi gitu kan ke-Aw!"

Tanpa segan langsung saja gadis bermuka bantal itu menarik telinga adiknya, Dino.

"Kak Rein! Sumpah ini sakit, plis lepasin!" Ujar Dino dengan mata yang sedikit berair menahan perih ditelinganya.

Reina. Nama gadis itu. Tetap saja dia memelintir telinga Dino tidak peduli dengan ocehan apapun yang keluar dari mulut remaja itu.Dino ini memang orang pembuat masalah tidak hanya di rumah, di sekolahnya pun sama, bahkan lebih parah.

Sekolah sudah mengancam untuk mengeluarkan Dino dari sekolah kerana surat panggilan yang sudah lebih dari tiga kali. Dan itu adalah peringatan keras untuk Dino. Reina sendiri tidak marah apalagi memberontak jika Dino akan dikeluarkan. Dia sudah muak mendatangi sekolahan hanya karena kenakalannya.

Dan terakhir dengan sepintas nasehat dari Reina hari itu 'kamu liat hidup kita sekarang Dino? Keluarga entah kemana, masih untung penghasilan Kakak cukup untuk kita berdua. Kakak cuma mau kamu tinggal sekolah aja yang bener bisa nggak? Kalo nggak mau sekolah bilang dari awal, biar nggak usah sekolah aja sekalian. Tapi resiko tanggung sendiri jika dikedepannya ada sesuatu yang terjadi kamu menyesal.'

Semenjak hari itu tidak ada lagi surat panggilan atau aduan guru dari sekolah. Reina sangat bersyukur. Dia tahu bahwa Dino sudah cukup dewasa untuk mengerti.

Tapi hal yang membuat orang takjub padanya adalah Dino memiliki otak jenius. Jauh beda dengan Reina yang pernah rangking terbawah dikelasnya dulu. Dino bisa memahami pelajaran hanya dengan sekali penjelasan. Begitu laporan dari beberapa guru pada Reina.

Namun percuma saja pintar tapi akhlak tidak ada. Semua orang bisa pintar. Tapi tidak semua orang mempunyai akhlak dan tata krama yang baik.

"Biarin. Siapa suruh kamu buat dapur jadi berantakan gini?"

"Kak-kak demi apapun sakit sumpah! Mati! Akh!! Sstt" jeweran Reina terlepas ketika Dino melangkah mundur dengan paksa lalu mengusap-usap telinganya sambil meringis.

Reina berkacak pinggang. Matanya bak leser melihat sekeliling dapur. Minyak makan dan kulit telur berserakan dilantai, kuali penggoreng tergeletak begitu saja tanpa dicuci. Mata Reina kembali menatap Dino dengan pandangan menusuk.

"Kakak selesai mandi, semua udah bersih." Kata Reina penuh penekanan.

Reina berjalan masuk kedalam kemarnya kembali sambil memijit pelipisnya. Dia mengambil handuk bersih dari lemari kemudian masuk ke kamar mandi dan memulai ritual mandinya.

Beating HeartDonde viven las historias. Descúbrelo ahora