"Rein! Hei! Kamu melamun lagi" gerutu Radin sambil meneliti wajah Reina dari samping yang ditutupi oleh make up. Perempuan itu tampak sangat cantik siang ini apalagi gaun sederhana namun elegan rancangan Radin itu membaluti tubuh Reina dengan anggunnya.
Hari ini Reina dan Reynald akan melakukan photoshoot walaupun tidak sesuai jadwal yang ditentukan Radin, mereka akan tetap melaksanakannya dihari ini. mengingat kemarin tanpa rencana Reynald langsung membawa Reina datang ke kediaman Lutfi. Satu-satunya saudara laki-laki kandung dari almarhum Ayahnya. Lebih tepatnya Om Reina.
"Eh? Hmm.. Enggak kok" elak Reina Ia lalu berdiri dan mematut dirinya dicermin. Melihat dirinya yang tampak memukau saat ini. Dan berharap Reynald akan mengakuinya.
"Enggak dari mana? Orang aku ngomong aja dikacangin" gerutu Radin sambil memicingkan matanya curiga "kamu lagi sembunyiin sesuatu, gak mau cerita?"
Reina memutar tubuhnya kearah Radin. Perempuan berbadan dua itu sekarang sedang bersandar ditiang ranjang villa Reynald, yang berada dipuncak. Reina sempat terkejut mengetahui villa yang mereka tempati untuk menginap ini adalah milik Reynald. Salah satu maksud kedatangan mereka disini karena pemandangan hutan dan danau yang indah sangat cocok untuk background dan tema photoshoot nanti.
Reina mendekati Radin lalu Ia duduk dipinggir kasur. Kepalanya menunduk pikirannya menerawang tentang kejadian dirumah Lutfi.
'Radin adalah sahabatku, tidak enak jika aku menyimpan rahasia darinya'
"Kamu memang selalu tau aku Din. Oke, aku bakal cerita.." Ucap Reina perlahan, bersiap-siap untuk bercerita.
Radin menyentuh lengan Reina untuk menenangkannya "cerita aja, siapa tau bisa hilangin beban kamu, sedikit" ujar Radin kemudian memberi isyarat untuk Reina bercerita.
"Masuk dulu" ucap wanita setengah baya itu dengan sangat ramah.
Reina beralih menatap Reynald dengan tatapan -ayo-segera-pergi-dari-sini- tapi pria yang pernama Reynald ini tentu saja tidak mengindahkannya malah Reynald mengambil tangan Reina yang sedang bertengger dilengannya untuk digenggamnya lalu membalas tatapan Reina dengan tatapan -diam-dan-ikuti- lagi-lagi membuat Reina mengehela nafas pasrah dan juga gelisah.
--
"Ehm, bisa saya bicara dengan pak Lutfi?" Suara Reynald mencairkan susana canggung.
"Tentu saja, bisa. Tapi bisa kah menunggu sebentar disini, sementara saya panggilkan beliau dulu?" Jawab wanita itu dengan senyum ramah.
Mata wanita itu sempat melihat kearah Reina namun tidak diketahui Reina sebab ia hanya menunduk sedari tadi. Tatapan wanita berambut pendek itu menunjukkan perasaan bingung dan juga penasaran. Pasalnya keponakan Kakak iparnya itu tidak pernah datang setelah kejadian itu. Namun dengan tiba-tiba dia memunculkan dirinya dirumah ini. Suatu tanda-tanya besar bukan?
"Iya, saya menunggu" ucap Reynald tanpa senyum. Tidak heran lagi, pria itu memang tidak bisa ramah dengan orang.
"Sebentar ya. Ca ayo ikut Mama sini" anak kecil lucu itu menggeleng kuat menolak ajakan wanita itu.
"Ndak mau, Mama pelgi aja. Caca pengen liatin Tante ini disini" jawabnya lalu tanpa izin sudah duduk disamping Reina. Reina tersentak dibuatnya.
Wanita tadi tertawa pelan "ngapain Tantenya diliatin sayang? Yaudah kalau kamu mau sama Tante Reina gakpapa, tapi duduk baik-baik ya?" Ujarnya dijawab anggukan mengerti dari Caca.
"Tunggu sebentar ya" setelah itu lalu wanita itu sudah hilang dari pandangan untuk memanggil Lutfi.
"Tante kenapa kepalanya nunduk telus?" Tanya Caca dengan bahasa cadelnya. Lambat, akhirnya Reina mengangkat kepalanya lalu menatap anak perempuan imut disampingnya itu. Ia memberikan senyuman manis lalu menggeleng. Kalau diberi tahu juga anak ini tidak akan paham.

YOU ARE READING
Beating Heart
Romance[COMPLETE] ✅ //// Seiring berjalannya waktu, mereka mulai mengerti apa arti dari perasaan asing yang sering menghampiri hati dan pikiran mereka. aiteaheanvent © 2017