03. A Petition

7.5K 344 2
                                    

"Neng Bangun, kenapa tidur disini?"

Reina tersentak mendengar teguran tersebut. Dia berdecak kesal pada dirinya yang ternyata ketiduran di pangkalan ojek yang sedari tadi ia duduki. Reina cepat-cepat bangkit kemudian merapikan rambut beserta pakaiannya.

"Ojek neng?" Tawar tukang ojek yang membangunkan Reina tadi sambil tersenyum mengejek menatap Reina.

Reina melirik kearah kafe, ternyata masih sangat ramai. Namun alih-alih dia dapat melihat seseorang baru saja keluar dari pintu kafe tersebut, dan perawakan itu tampak tidak asing bagi di mata Reina.

"Neng?" Reina dikagetkan lagi oleh tukang ojek itu.

"Nggak, makasih" jawabnya langsung berjalan cepat meninggalkan pangkalan dan mengejar seorang pria yang ingin masuk kedalam mobil sport itu.

"Pak!" Panggil Reina sambil mempercepat langkahnya.

"Pak!" Panggilnya sekali lagi dan sukses membuat pria itu menolehkan kepalanya yang hampir membuka pintu mobil.

Reina berdiri di hadapan pria berbadan tinggi kokoh. Entah dapat keberanian dari mana dirinya untuk mendatangi pria yang sudah memecatnya dengan tidak hormat ini.

"Bukannya urusan kita sudah selesai? Saya sedang terburu-buru" ucapnya kemudian ingin berbalik tapi langsung ku cegah.

"Tunggu, Pak saya mohon" Reina tidak sengaja memegang lengan pria itu namun setelah tersadar dengan cepat Reina menarik tangannya kembali.

Pria itu menatap Reina pasrah. "Apa yang Anda inginkan?"

"Saya mau Bapak tidak pecat saya" hampir saja Reina memukul mulutnya sendiri. Setan dalam dirinya sudah menguasai seutuhnya.

Pria tampan di hadapan Reina saat ini menaikan satu alisnya tidak suka. "Bisa diperjelas apa maksud dari kalimat Anda tadi?"

Napas Reina tercekat. Bahkan untuk sekedar menelan ludah saja susahnya minta ampun.

"Gini Pak, pertama saya mau minta maaf sama Bapak karena kecerobohan saya menumpahkan kopi dan mengenai celana Bapak sehingga menjadi kotor, saya akui saya salah Pak tapi saya sangat, sangat, sangat minta tolong sama Bapak jangan pecat saya. Saya butuh sekali pekerjaan sekarang, saya mohon Pak."

Reina tidak menyangka bahwa dia akan membuat sebuah permohonan seperti ini. Baru pertama kalinya dia mengalami hal ini. Reina tidak juga habis pikir mengapa ia rela menjatuhkan harga dirinya untuk satu hal supaya 'tidak dipecat'.

"Apakah Anda tidak malu memohon seperti ini? Kelihatannya Anda sudah sangat putus asa." Ucap pria itu dengan bibir yang tertarik sedikit keatas.

Ya, Tuhan dia benar-benar pria yang arogan. Batin Reina bercakap.

"Saya minta maaf Pak. Tolong saya mohon" permohonan Reina belum juga selesai ternyata.

"Maaf, Anda sudah tidak diterima lagi bekerja di sini" tolak pria itu dengan sangat kejam.

Detik itu juga Reina mempunyai keinginan besar untuk menyumpal mulut pria arogan di depannya ini dengan sepatunya saking kesalnya dia.

Reina menatap pria itu tidak percaya. Jadi tidak ada gunanya dia memohon sedari tadi. Pria itu sukses menginjak-injak harga dirinya.

"Saya mohon"

Dilihatnya pria itu menghela nafas berat. "Anda benar-benar butuh pekerjaan?"

Reina mengangguk kuat hingga kepalanya menimbulkan sedikit rasa pening.

"Ikut saya." Hampir saja air mata Reina mengalir jika pria itu tidak menarik tangannya untuk ikut masuk ke dalam mobilnya.

"Eh? Kenapa masuk mobil?"

Beating HeartWhere stories live. Discover now