Reina memberi tatapan membunuh kearah pria yang beberapa jam lalu dengan tidak sopannya mencuri ciuman pertama yang telah dijaga untuk suaminya kelak. Tapi pupus sudah harapan. Reina tidak habis pikir, dimana lagi letak otak brilian Reynald yang menciumnya di depan umum seperti tadi. Bahkan sampai sekarang Reina masih bisa merasakan pipinya memanas karena kejadian itu.
Sebaliknya juga begitu. Reynald pun sedari tadi berusaha untuk tidak segera menenggelamkan dirinya di dasar lautan. Masalahnya, Reynald memang sudah benar- benar hilang kontrol. Reynald yang sudah biasa melihat wanita secantik apapun tidak memungkinkan dia langsung kepincut dengan wajah merah dan bibir pink milik Reina. Namun, apa yang sudah terjadi membuat semuanya menjadi mungkin dalam sekejap.
"Berhenti natap aku seperti itu. Kamu kayak anak kecil yang minta dibelikan permen" sahut Reynald dengan wajah yang -berusaha untuk tenang.-dan untungnya berhasil, sehingga membuat Reina ingin sekali mencakar wajah tampan itu.
"Setelah kamu mencium aku seenaknya, kamu masih bilang aku kayak anak kecil?! Asal kamu tau, itu yang pertama untukku!" Reina mengeluarkan kekesalannya dengan suara agak dipelannya di bagian akhir kalimat. Sepertinya berada di dekat Reynald menimbulkan dampak negatif yang besar sehingga Reina naik darah terus-terusan dibuatnya.
Sama aja kayak Dino! Batin Reina.
Bicara soal Dino, Reina tersentak mengetahui bahwa dirinya lupa mengabarinya Dino jika dia akan pulang sedikit terlambat. Sekarang, sudah hampir pukul 8 malam. Reina pun memutuskan untuk mengirimkan pesan singkat untuk Dino.
"Udah kutebak itu yang pertama untukmu. Pantas aja reaksimu begitu. kamu ingin makan apa?" Reynald kembali bersuara saat Reina selesai mengetik pesan singkat lalu mengirimnya ke kontak Dino.
Reina mengendus, emang menurut lelaki itu reaksi seperti apa lagi yang akan ia tunjukkan? Dia bukanlah perempuan murahan yang dicium sedikit langsung lupa diri. Ya, walaupun ia akui otaknya sempat nge-blank. Tapi dengan cepat dia langsung menguasai dirinya kembali.
"Aku nggak mau makan. Kenapa kamu mau repot-repot ngajak makan malam?" Cetus Reina tanpa melihat kearah Reynald karena pandangannya kini memaku pada air hujan yang mulai berjatuhan dari balik kaca Cofftea, tempatnya bekerja dulu, walaupun hanya sehari. Mengingat kejadian itu rasanya Reina ingin mengulangnya lagi, tapi kali ini akan ditumpahkanya kopi itu tepat di wajah Reynald jika Reina tahu Reynald semenyebalkan ini.
"Kalau begitu pesan minum. Memangnya ada larangan aku mengajak calon istriku makan malam bersama? Aku mau bicarakan tentang pernikahan ini" Reina kembali menatap Reynald yang juga sedang menatapnya. Kemudian Reina merampas menu dari meja dengan kasar. Sepertinya segelas green tea pilihan bagus dengan cuaca yang dingin ditambah moodnya yang juga sedang hancur.
Selanjutnya yang Reina dengar sebuah langkah kaki mendekat, tidak lain, itu seorang waitress. "Selamat malam pak, mau pesan apa?"
Suara waitress ini terdengar fimiliar di telinga Reina. Rasanya suara perempuan ini pernah didengarnya. Tidak begitu asing. Dengan penasaran Reina mengangkat kepalanya dan pada saat itu mata Reina dan mata perempuan itu bertemu.
Liny menatap Reina sangat kaget namun segera digantikan dengan wajah normalnya. Mungkin dia bingung mengapa Reina duduk disini bersama Bosnya. Jika boleh Reina menjawab, dia juga tidak tahu mengapa dirinya jadi terkurung di dunia Reynald.
"Berikan kopi, Reina kamu mau pesan apa?" Pertanyaan Reynald membuyarkan lamunanku.
"Eh? Em.. Green tea latte" ucapnya tanpa melihat Liny.

YOU ARE READING
Beating Heart
Romance[COMPLETE] ✅ //// Seiring berjalannya waktu, mereka mulai mengerti apa arti dari perasaan asing yang sering menghampiri hati dan pikiran mereka. aiteaheanvent © 2017