E I N S

2.3K 317 244
                                    

Alasan mengapa kita tidak dapat
melepaskan seseorang adalah ...
karena jauh didalam hati
kita masih memiliki harapan.
-aesteuticc

----------------------------

"CALIANDRA RENAYA !!!"

Terdengar suara yang sangat nyaring, sehingga membuat beberapa siswa-siswi refleks menatap kearah gadis, yang tengah berlari-larian dan berteriak di sepanjang koridor sekolah dengan pandangan heran.

"Ya ampun Eireen, kamu biasa aja dong jangan kayak orang gila gitu deh," kataku saat gadis gila tadi berada tepat di sampingku.

"Hehe, habisnya gue punya hot news buat lo."

"Ye malah cengengesan, tapi bagus kamu udah punya dasarnya loh."

"Dasar? dasar apaan? dasar cantik dari lahir ya? Iya-iya gue tau gue udah cantik dari lahir jangan ngiri gitu, lo juga cantik kok tapi cantikan gue ya," kata Eireen sambil mengibas-ngibaskan rambutnya dengan genit.

"Dih maksud aku, kamu tuh udah punya dasar buat jadi orang gila, hihi," kataku dan langsung mencoba menghindar dari jitakan maut gadis sedeng disebelahku.

"Oh ya tuhkan jadi lupa," katanya sambil menepuk jidatnya. Aku hanya menatapnya dengan pandangan bertanya.

"Lo udah denger nggak kalo, ehemm aduh gimana ya jadi nggak enak gue. Lo jangan sedih yah Cal," kata Eireen mendadak merubah raut wajahnya menjadi serius. Hal yang langka.

"Apaan sih? Jangan bikin deg- degan gini dong," kataku mencoba mencairkan suasana yang mendadak aneh.

"Ehmm gini, pernah denger kan cewek yang namanya Calianda?"

"Calianda? Kayaknya pernah denger deh," kataku mencoba mengingat-ingat.

"Oh ya, kalo nggak salah katanya dia itu cinta pertamanya Darren ya? Katanya yang ngebuat Darren ngejadiin aku pengganti cinta pertamanya karena dari namanya dan wajahnya hampir mirip aku?" Tanyaku setelah teringat perkataan beberapa biang gosip di sekolah ini.

"Hmm iya, yang gue denger-denger nih katanya sih Calianda Anda itu bakal pindah kesekolah kita, kalo nggak salah juga nih hari ini. Yang gue denger juga begitu dia katanya sahabat masa kecil sekaligus cinta pertamanya Darren terus nih katanya dia itu ninggalin Darren soalnya Papanya dipindah tugasin di luar negeri." Jelas Eireen dengan nada seperti ibu-ibu tukang rumpi.

"Tapi ini masih katanya loh, belum terbukti kok jadi lo woles aja, tetap perjuangin hati salju itu. FIGHTING!"  Lanjutnya sambil mengepalkan ke lima jarinya ke udara. Tapi entah mengapa perkataannya teras tidak menghibur hatiku yang mendadak suram.

Darren Adiputra, Prince Charming di SMA Kesatuan Bangsa tempatku bersekolah saat ini
-Kaya? Nggak perlu diragukan
-Pintar? Beuhh jangan diadu
-Ganteng? Apalagi, jangan di tanya.

But, nobody's perfect. Dari semua kelebihan yang dia punya dia punya satu kelemahan, yaitu sifatnya. Darren si Manusia Salju.

Yap, dia manusia sedingin salju dengan ekspresinya yang selalu datar, walaupun denganku sendiri yang adalah pacarnya. Yap, aku sudah berstatus pacarnya selama setahun terakhir ini. Entah aku harus bersyukur atau menyalahkan takdirku yang harus menjadi pacar manusia beku satu itu.

Awal aku menjadi pacarnya, saat itu entah aku sedang beruntung atau sedang sial. Saat itu di depan gerbang, dia langsung menyeretku ke tengah-tengah penggemarnya dan menandaiku sebagai pacarnya. Aku pikir ia hanya bercanda, dan keesokan harinya dia mungkin akan mengalami amnesia mendadak dan melupakan kejadian kemarin.

Namun, dugaanku salah besar, esoknya saat pulang sekolah ia malah menyeretku ke parkiran dan memaksa untuk mengantarkan aku pulang dengan alasan aku adalah pacarnya. Dan aku hanya bisa mangap-mangap seperti ikan koi pada saat itu. Dan yang lebih membuat rahangku hampir jatuh ke tanah, dia ternyata mengetahui rumahku tanpa bertanya kepadaku sebelumnya.

Semuanya berawal dari kejadian absurd waktu itu dan seiring berjalannya waktu, aku malah terjerat dengan beribu pesonanya. Memang tidak ada perlakuan khusus darinya, bahkan aku merasa dia antara ada dan tiada, tapi ada satu hal yang membuatku merasa dianggap. Yaitu dia selalu mengantarkan aku pulang, walaupun sepanjang perjalanan aku merasa seperti sedang mengheningkan cipta.

Tapi, hey ayolah kalian pasti akan sama sepertiku. Bagaimana bisa aku tidak terjerat dalam pesona Darren si Pria tampan bak Dewa Yunani itu? Dan saat aku sudah terjatuh terlalu dalam, dalam pesonanya. Mimpi buruk itu datang, membuatku seakan tertampar dan membangunkanku dari khayalan semu remaja labil.

Bagaimana mungkin aku gadis yang biasa-biasa saja bisa dengan mudahnya diakui oleh seorang Darren? Ternyata aku hanyalah pelarian dari cinta pertamanya, gadis yang katanya mirip denganku walaupun awalnya aku menampik perkataan tersebut namun kuakui aku mulai takut dengan kenyataan ini, bahkan namanya sangat mirip denganku CALIANDA.

"Hoyyy!! Caliandra." Panggil Eireen yang mengibas-ngibaskan kedua tangannya di depan wajahku.

"Eh i-iya," kataku tersadar dari lamunanku.

"Lo kesambet ya? kok bengong gitu? apa gara-gara omongan gue ya? lo ngga papa kan? udah sih nggak usah terlalu dipikirin masih gosip ini juga." Cerocos Eireen bertubi-tubi.

"Haduh Reen kalo ngomong satu-satu kali, jangan kayak gitu deh. Aku nggak papa kok, yuk masuk kelas kita udah kayak cabe aja deh berdiri di pinggir koridor kayak gini, hihi," kataku mencoba terlihat baik-baik saja dan berjalan menuju kearah letak kelasku.

-----------------------------

Saat bell istirahat berbunyi, Eireen langsung terburu-buru menarikku menuju kantin.

"Elah, Reen biasa aja dong nggak usah kayak mau perang gini deh, kantinnya nggak bakalan lari kok," kataku kesal karena dia terus menarik tanganku sambil berlari-lari seperti dikejar anjing galak.

"Heh kita ini lagi mau perang kali, perang untuk mendapatkan makanan secepat mungkin, lo tau nggak sih kalo cacing-cacing di perut gue udah pada demo."

"Nggak, aku nggak tau," kataku dan tersenyum semanis mungkin, yang langsung dihadiahi jitakan maut dari sahabat bar-barku ini.

Saat sedang mencari tempat duduk kosong di kantin, mataku bertubrukan dengan sepasang mata indah yang sedang menatapku dengan pandangan datarnya. Tidak ada binar bahagia yang biasanya seorang pria berikan saat melihat kekasih yang dicintainya, dan kenyataan itu lagi-lagi menamparku telak bahwa dia memang tidak pernah dan mungkin tidak akan pernah mencintaiku.

Namun, aku dengan bodohnya selalu menampik hal tersebut. Aku selalu saja menutup mata dan menulikan pendengaranku padahal kenyataannya sudah sangat jelas dihadanku.

Tapi, bukankah cinta itu buta? Untuk saat ini sepertinya memang aku yang harus berjuang, tapi setiap manusia mempunyai batasnya dan kalau memang sudah sampai pada batasnya berarti aku memang harus berhenti, tapi bukan ini saatnya. Saat ini aku harus berjuang dengan keras agar setidaknya dia dapat melihat kearahku, hanya Aku.

"Hai." Sapaku sambil melambaikan tangan kearahnya dan memberikan senyum terbaikku yang selalu aku berikan kepadanya.

Dia masih menatapku dengan ekspresi dinginnya, tapi saat seorang gadis menyentuh lengannya dan terlihat seperti memanggil namanya, ia segera memalingkan tatapannya dariku dan menoleh sembari memberikan tatapan lembutnya yang pasti melelehkan setiap hati para wanita termasuk aku sendiri, ia bahkan tidak pernah memberikan tatapan selembut itu padaku-batinku berteriak seakan menertawakan nasibku. Aku tahu bahwa memang mimpi burukku sudah ada di depan mataku.

Gadis yang diberikan tatapan lembut oleh Darren itu adalah CALIANDA, aku yakin dengan pasti. Ternyata mau tidak mau harus kuakui memang wajah itu hampir mirip denganku, namun mata dan rambutnya berbeda denganku.

Ia memiliki mata hitam pekat seperti warna rambutnya tidak sepertiku yang memiliki mata berwarna biru dan rambut coklat bergelombang. Tapi dari semuanya, ia terlihat begitu mirip denganku bahkan ia juga memiliki lesung pipit walaupun hanya di sebelah kiri sedangkan aku memiliki dua lesung pipit.

Tapi, perbedaan yang paling mencolok adalah tinggi kami, ia bertumbuh tinggi semampai sedangkan aku bertubuh mungil. Dan disaat logikaku menyuruhku untuk lari dan bersembunyi, namun kakiku malah mengkhianatiku. Aku dengan bodohnya berjalan mendekati mereka berdua.

Winterherzजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें