D R E I

1.1K 263 50
                                    

Saat aku baru berjalan ke dalam pekarangan rumahku, aku dikejutkan dengan suara motor dari arah belakangku. Aku mengerutkan kening begitu tau siapa yang berada di atas motor tersebut.

"Loh, Darren? Kok kamu kesini?!" Tanyaku tidak dapat menutupi kebingungan sekaligus keterkejutanku.

"Kenapa emang? Nggak suka? Atau lo ngarepinnya Philo yang datang kesini?" Bukannya menjawab, Darren malah bertanya balik padaku. Aku hanya terdiam sambil mengernyitkan kedua keningku, pertanda bingung.

"Loh kok kamu jadi bawa-bawa Philo sih?"

Bukannya menjawab pertanyaanku, dia malah menarik tanganku menaiki motor besarnya. Karena bingung, aku hanya diam saja dan mengikuti apa yang dia lakukan. Selalu saja seperti ini, setiap bersamanya aku selalu seperti orang bodoh, yah walaupun aku emang nggak pinter sih.

Karena sibuk dengan pikiranku, aku bahkan tidak sadar sudah sampai dipelataran parkir salah satu tempat makan.

"Loh ngapain kamu bawa aku ke sini?" Tanyaku dan beranjak turun dari motornya.

"Masih perlu nanya?"

"Lah orang aku bingung, kan kalo mau makan biasanya kamu nggak perlu repot-repot ngajakin aku," kataku mengerucutkan bibirku.

Dan detik berikutnya, aku merasa kakiku lemas dan jantungku berdegup dengan begitu cepatnya, salah sangat cepat sehingga aku merasa jantungku akan melompat keluar. "DARREN MENCIUMKU! AKU ULANGI DIA MENCIUMKU! DIA MENCIUMKU TEPAT DI SUDUT BIBIRKU!! OH MY GOSH, AKU NGGAK LAGI MIMPI KAN?! KYAAA!!!!" Teriakku histeris, dan tentu saja hanya dalam hati mana mungkin aku menyuarakannya bisa-bisa aku dikatain orang setress.

"Hey, mau sampe kapan disitu terus?" ucapan Darren membuatu kembali ke dunia nyata.

"Oh eh," ucapku seperti orang bodoh, dan cepat-cepat mengikuti langkah kaki panjangnya memasuki pintu rumah makan tersebut. Salahkan saja tubuh mungilku ini dan kaki pendekku sehingga membuatku kesulitan mengikutinya.

Namun, ada satu hal yang mengganjal dan terus menganggu pikiranku. Mengapa Darren tiba-tiba mengajakku makan? Dan mengapa ia tiba-tiba menciumku? Maksudku, bahkan saling berpengangan tangan saja masih bisa dihitung dengan jari. Lalu mengapa atau mungkinkah aku sudah mulai berhasil?

"Memangnya aku tidak boleh mengajak pacarku makan dan mencium pacarku? Apa itu salah?" Tanya Darren membuatku terkejut karena ia bisa mengetahui isi kepalaku. Apakah ia mempunyai kemampuan membaca pikiran?

"Berhentilah berpikir yang tidak-tidak. Semua itu terlihat jelas di wajahm," katanya yang lagi lagi mengetahui isi pikiranku.

"Hey berhentilah menatapku seperti itu," ucapnya. Hm sepertinya hari ini Darren terlalu banyak bicara. Atau mungkin saja ini bukan Darren tetapi alien tampan yang menyerupai Darren? Ya, itu terdengar lebih masuk akal.

"Ehm ka--kau beneran Darren kan?" Tanyaku dengan polosnya.

"Hey tentu saja, kau berhentilah terlalu menunjukkan kebodohanmu, sekali-kali menjadi pintarlah walaupun hanya sedikit." Yak ini baru Darren, ia selalu mengatakan kata-kata hinaan terhadapku dan aku akui, aku memang bodoh karena menyukainya.

"Kata-katamu sebenarnya cukup manis, tapi kau harus mengurangi suara dingin mu itu mencairlah sedikit, oh dan tersenyumlah kau seperti patung saja," ucapku sambil memilih-milh menu makanan.

"Patung dewa Yunani maksudmu?" ucapnya narsis dan OH ASTAGA aku melihat sudut bibirnya sedikit terangkat. Ah sepertinya aku sedang bermimpi.

"Woy, udah gue bilang juga jadi waraslah sedikit," ujar Darren datar. Aku tidak sadar ternyata tanganku sudah terangkat menepuk-nepuk pelan pipiku sambil menggeleng-gelengkan kepalaku ke kiri dan kanan.

WinterherzWhere stories live. Discover now