V I E R Z E H N

761 68 14
                                    

Selama melewati tiga puluh menit perjalanan kami ke sekolah, yang puji Tuhan tidak mengalami kemacetan sama sekali. Akhirnya, mobil Darren memasuki pelataran parkir sekolah kami tercinta.

Aku melepaskan seat belt, lalu membuka pintu dan keluar dari mobil. Darren pun melakukan hal yang sama.

"Yaudah Ren kalo gitu aku ke kelas dulu ya." Pamitku.

"Loh yaudah bareng aja, aku anterin ke kelas." Ucapnya sambil menggerakkan tangannya merangkul bahuku.

Aku menepisnya dengan lembut. Darren menatapku dengan pandangan bertanya.

"Eh itu.... jangan kayak gitu, aku takut nanti fans kamu pada ngamuk."

Bukannya tidak ingin di rangkul, itu mah aku mau pake banget. Ya cuma jangan di sekolah, kan bisa gawat kalo nanti para penggemar Darren ngamuk. Terus pulangnya aku tinggal nama doang, hiii jangan sampe deh.

Darren malah mengangkat sebelah alisnya. Aku mendengus pelan. Aku tarik ucapan aku kemarin dan tadi, ia masih tetap Darren si manusia kutub tidak berubah.

Lebih baik aku mengamankan mood-ku, aku pun melangkah meninggalkan Darren. Darren yang melihatku mulai melangkah meninggalkannya pun menyusulku, namun langkahnya tertahan dengan panggilan salah satu temannya.

Aku menghembuskan nafas lega, setidaknya untuk hari ini nyawaku tak terancam. Aku melangkah menuju kelasku dengan perasaan tenang.

"Pagi, cans." Sapa salah satu teman lelaki ku di kelas, disertai dengan siulannya yang menggoda.

Aku hanya membalas sapaan si Suryono dengan dengusan malas, percayalah namanya sangat tak cocok dengan wajahnya. Walaupun memliki nama Jawa yang sangat kental, ia memiliki wajah bule. Dia juga salah satu playboy cap kapak di sekolah kami, yang berdomisili di kelas yang sama denganku.

Mungkin kelas kami tempat perkumpulan para playboy.

"Heh jidat lebar, brani lo hah ngegodain Caliandra. Gue lempar lo pake tempat pensil, mau?" Teriak Galena dengan ganasnya.

"Dih gue kan ngegodain yayang Caliandra, kok lo yang sewot sih, jealous ya?." Balas Suryono sambil memainkan kedua alisnya genit.

Galena melihatnya sambil berjengit jijik, lalu perkataannya tadi menjadi kenyataan. Sebuah tempat pensil melayang , dan mendarat dengan indahnya di dahi yang dikatakan lebar oleh Galena tadi.

Namun bukan seperti yang kalian duga, pelaku pelemparan itu bukanlah Galena. Melainkan, eng ing eng dialah si Bejo. Semua pandangan pun tertuju ke arah Bejo, yang sedang menatap Suryono dengan bengis.

Lihat saja wajah Bejo yang putih sekarang sudah memerah. Seperti halnya Suryono, Bejo juga memiliki wajah yang boleh dikatakan cukup untuk membuat para wanita menjerit heboh.  Malah lebih di atasnya si Suryono. Entah apa yang terjadi dengan nama mereka yang begitu tak serasi, ingatkan aku untuk bertanya kepada orang tuanya.

Walaupun begitu, aku tak tahu mengapa Galena begitu anti dengan Bejo. Ya katanya sih, lantaran si Bejo nya playboy. Ya semaunya si Galena aja deh.

"Heh Suryonong, brani lo ngegodain Galena. Gue mutilasi lo, gue cincang-cincang sampe alus trus gue kasih makan burung-burung. Mau lo?" Ucap Bejo dengan galak.

Loh kok urusannya jadi panjang gini sih? Hadeuhh.

"Eh peace brotha. Nggak boleh marah, nanti cepet tua loh." Hihi sepertinya Suryono tak berani melawan Bejo, ya jelaslah emangnya dia mau gitu di banting. Biar begitu-begitu si Bejo jago karate, udah ban item loh. Ye si Galenanya aja sok jual mahal.

WinterherzWhere stories live. Discover now