5. Unknown Girl

2.2K 216 28
                                    

Hawa panas di tengah udara malam yang cenderung dingin mendominasi ruang tamu kediaman mungil Jaejoong. Tatapan yang menguar dari sepasang squinty eyes itu tak bedanya kobaran api, sementara doe eyes Jaejoong nampak menatap curiga ke arah wanita asing yang ia akui berparas manis, namun minim tata krama dan tak tahu etika bertamu.

Bagaimana mungkin wanita asing tersebut ia klaim santun apabila kalimat yang diucapkan pada pertemuan pertama sangatlah ketus. Merendahkan Jaejoong dan rumah pemberian orangtuanya yang memang standar ukuran perumahan pinggir kota secara langsung—tanpa basa-basi. Belum lagi si wanita menyebalkan masuk tanpa izin dan sorot matanya seakan mengajak Jaejoong untuk berduel.

Mutiara kelam Jaejoong menelisik penampilan gadis bersurai kemerahan tersebut. Bibir kissable miliknya kontan mengerucut kala menyadari pakaian yang melekat pada tubuh sintal gadis itu merupakan keluaran merk ternama. Brand yang selama ini hanya mampu Jaejoong lihat di katalog dengan harga yang sukses membuat dirinya menelan ludah.

Jaejoong kian merasa tertinggal ketika mata bulatnya mendapati warna merah pada bagian bawah sepatu hak tinggi yang dikenakan oleh gadis asing itu. Holy mother! Sebuah Louboutin.

Ya, dia tidak melepas sepatunya ketika menginjak lantai rumah bernuansa merah muda ini sejak awal. Kebiasaan manusia berstatus sosial tinggi. Tidak peduli akan bercak yang tertinggal karena ada para maid yang mereka pekerjakan untuk membersihkan noda keangkuhan itu.

Sebenarnya siapa gadis menyebalkan ini?!

Jaejoong menghela nafas panjang. Siapapun dia, Jaejoong tidak boleh kalah, terlebih di dalam rumahnya sendiri.

Gadis asing itu menumpukan satu kaki pada kakinya yang lain, melipat tangannya di depan dada dan memandang sinis ke arah Jaejoong. "Apa kau mencampur teh ini dengan gula diet?" Tanya gadis itu. Dagunya dinaikan dengan arogan sembari memandang ragu secangkir teh hangat buatan pemilik rumah.

Satu alis Jaejoong terangkat, "Tidak, aku menggunakan gula biasa." Dia menyahut. Kendati tak suka dengan tabiat gadis itu, Jaejoong tetap menghargainya sebagai tamu.

"Lalu, apa cookies ini produk rendah lemak?" Sekarang dia mengalihkan pandanganya pada setoples kue kering cokelat.

"Aku tidak tahu, aku hanya membelinya di minimarket." Balasan Jaejoong terdengar datar.

Tatapan heran yang dilemparkan oleh gadis cantik itu semakin tersirat nyata saat mata bulatnya menangkap sebuah koper berwarna merah menyala tergeletak di samping si gadis asing.

"Kau pasti membelinya saat ada papan pengumuman buy 1 get 3 ya? Humm, sayang sekali, aku hanya mengkonsumsi produk dengan stample diet. Lagipula ini sudah lewat dari jam makan ku, aku tak makan atau minum apapun diatas jam 7."

Alis Jaejoong terangkat, "Ternyata kau satu dari sekian banyak wanita yang menjadi korban strategi para marketing sebuah produk ya." Menyunggingkan bibir ranum kepunyaannya. "Lantas, untuk apa bertanya! Membuang waktu ku saja!"

Gadis asing itu nampak terkejut dengan kalimat terakhir yang terlontar dari bibir ranum si cantik pemilik rumah. "Ya ampun, kau ini kasar sekali! Jangan-jangan kau juga menaruh racun sianida pada minuman ini ya?! Aku merasa bila teh ini merupakan perantara ku menuju surga." Ocehan gadis asing itu menimbulkan seutas senyum kecut si cantik pemilik rumah.

Jaejoong mulai jengah. "Maaf saja, tapi aku sungguh tidak peduli dengan asumsi mu dan aku juga tidak tertarik dengan produk pembesar bokong atau produk apapun yang akan kau tawarkan. Barangkali kau sedang mencari seseorang untuk di rekrut? Jeongmal mianhaeyeo, aku sudah memiliki pekerjaan yang lebih baik daripada sales malam hari."

AdrenalineOù les histoires vivent. Découvrez maintenant