Kesempatan Kedua

135 10 2
                                    

Suasana kelas begitu berisik karena tidak ada guru. Sedang melayat katanya. Aku sendiri tidak ikut berisik karena sibuk membaca novel. Aku diam. Menatap tajam huruf demi huruf. Tetapi sebenarnya, pikiranku melayang-layang. Lagi-lagi ingat Derby. Hujan deras di tempat latihan. Sungguh pahit.

"Cel, siap?" Aku mendongak. Melihat Fay sudah berdiri mematung didepan mejaku. "Masih ingat, kan, rencana yang kemarin?"

Ah, ya, rencana itu. Sejak hari pertama sekolah setelah libur, aku sibuk memikirkan rencana apa yang harus aku lakukan di kesempatan kedua nanti. Aku tak mau salah strategi seperti kemarin. Hanya membuang-buang waktu dan tenaga saja. Kalau saja Sabtu kemarin Derby langsung bilang 'tidak', aku tidak akan menghabiskan waktu selama hampir satu jam hanya untuk mengeluh tidak dijemput. Langsung saja pesan ojek online. Sampai dirumah sebelum malam semakin larut.

Aku dan Fay sepakat menjalankan sebuah rencana. Ya, walaupun Fay sebenarnya tidak terlibat dalam misi, tetapi dia yang menyusun rencananya sampai cadangan rencananya. Hari ini, saat latihan, aku tidak boleh membicarakan masalah 'tidak dijemput' dan jangan terlalu banyak bicara. Cukup diam dan membaca situasi. Mungkin agak sulit untukku dalam misi 'diam seribu bahasa' ini. Menurutku, jika aku tidak banyak bicara biasanya teman-teman yang lain curiga, bertanya ini-itu dan bisa saja aku terpancing untuk menceritakan semuanya. Jadi, setelah diam selama latihan, aku akan berdiri mematung digerbang sekolah, seolah sedang menunggu seseorang menjemput. Berharap dia akan bertanya, 'dijemput?' dan aku akan menjawab 'tidak' karena terdesak takut dianggap menelantarkan muridnya akhirnya ia memutuskan untuk mengantarku. Mudah bukan?

"Tapi... Aku gak yakin, Fay," aku terdunduk. Nyaliku mendadak ciut.

"Kamu pasti bisa, Cella. Rencana kita ini sudah diminalisir risikonya. Ya, paling, sepahit-pahitnya dia akan bilang 'gak bisa', tetapi setidaknya pelatih yang lain gak tau kalau kamu gak dijemput dan Rizky gak akan nganter kamu pulang. Jangan sampai Rizky tau kamu gak dijemput, Cel," Fay menepuk bahuku. Membuat aku kembali tersenyum.

Rizky. Dia yang muncul dan menjadi penyelamat disaat Derby tidak bisa mengantarku. Disaat itu juga aku menolak secara lembut tawaran Rizky. Jujur, sebenarnya perasaanku tidak enak saat aku dengan sangat tiba-tiba membatalkan semuanya. Mungkin Rizky juga curiga. Tetapi, dia pasti menyembunyikannya. Aku sangat yakin, hari ini akan berjalan lancar. Percayalah, semua akan indah pada waktunya.

Suasana kelas masih berisik. Fay sudah kembali ke bangkunya. Aku kembali tenggelam dalam novel. Ceritanya begitu menyayat. Perih. Kembali ingat Derby. Ah, kalau saja aku jadi Dora the Explorer, aku akan mengusir ingatan itu semudah Dora menyuruh awan hujan untuk pergi.

Tiba-tiba semua orang berkasak-kusuk hebat. Ternyata bel masuk sudah berdering. Aku sendiri tidak mendengarnya. Ulangan kimia hari ini membuat semua orang sibuk menghafalkan tabel periodik. Spontan aku menutup novel yang kubaca dan langsung melemparnya asal ke kolong meja. Membuka lembaran paling terakhir buku pelajaran, terpampang tabel periodik yang begitu rumit. Sial, sampai lebih dari lima menit aku menghafal semua materi itu tak bisa tertanam di kepalaku. Ayolah, materi ini sulit bagiku. Putus asa, akhirnya aku merobek kertas kecil dan membuat catatan di kolong meja. Aku tau ini tidak baik, tetapi ini akan menjadi berkah disaat genting seperti sekarang ini.

Guru kimia masuk ke kelas, oh sial. Aku menutup buku dengan cekatan, kembali melemparkannya ke kolong meja, lalu menghela napas panjang.

Semoga sore ini Dewi Fortuna berpihak padaku.

TRIIIIIIIING!

Semua anak berhamburan keluar kelas. Melepas penat selama hampir 8 jam menelan pelajaran yang begitu banyaknya. Aku sendiri sudah kacau. Dengan kesal aku menutup LKS matematika. Tertunduk dengan posisi dahi benar-benar menyentuh meja. Lagi-lagi aku menghela napas panjang. Hampir gila aku memikirkan rencana sore ini. Walaupun segalanya sudah benar-benar matang, tapi aku tidak yakin ini berhasil. Takut kejadian malam minggu itu terjadi lagi.

Kisah SendiriWhere stories live. Discover now