ㅡ🌙5

7.6K 376 26
                                    

ADA ADEGAN 18+ :)
Yg umur nya masih kecil , jgn coba coba. Kalau coba" tanggung sendiri dosanya :v

Kopi sudah dihidangkan, pertanda meeting santai itu sudah usai. Beberapa lelaki memilih keluar untuk merokok, sedang Jongin duduk diam di ujung sofa, mengamati Sehun yang masih sibuk mempelajari berkas-berkas di tangannya.
Sehun bukanlah lelaki yang bisa membaur, lelaki ini penyendiri, dan wataknya yang terkenal membuat orang-orang segan mendekatinya. Jongin tidak akrab dengan Sehun, mereka hanya berbicara tentang bisnis. Dan apabila menyangkut bisnis, Sehun cukup kooperatif. Kerja sama mereka telah membuahkan banyak keuntungan bagi perusahaan masing-masing.
Jongin ragu untuk menanyakan perihal Yoona kepada Sehun. Rasanya terlalu aneh untuk membahas masalah itu di sini. Tetapi isterinya – Yuri yang cantik – telah berhasil membuatnya berjanji untuk melakukannya.
Jongin berdehem, menarik perhatian Sehun dari berkas-berkas yang ditelusurinya dengan serius, "Kami, aku dan isteriku bertemu dengan kekasihmu semalam"
Kepala Sehun langsung terangkat seperti disentakkan, ia menatap Jongin dengan waspada, "Oh ya?," nada suaranya santai, tetapi ketegangan dalam suara Sehun tidak bisa menipu Jongin, ada sesuatu di sini, batin Jongin dalam hatinya, ada sesuatu yang dirahasiakan sehun...
"Yah, dia berkenalan dengan isteriku kemarin, dan berbicara panjang lebar dengannya," Jongin berusaha memancing Sehun dan sepertinya pancingannya kena karena mata Sehun menyipit dan menatapnya curiga.
"Apakah dia mengatakan sesuatu kepada isterimu?"
Jongin menatap Sehun lurus-lurus, "Dia meminta tolong kepada isteriku untuk diselamatkan, supaya dia bisa keluar dari rumahmu"
Bibir Sehun mengetat membentuk garis tipis, lalu dia segera berdiri, "Bilang pada isterimu untuk tidak melakukan apa-apa. Perempuan itu milikku, dan siapapun tidak akan bisa melepaskannya dari rumahku, kecuali atas seizinku," Sehun menatap Jongin lurus, menimbang-nimbang, "Aku menghormatimu Jongin, kau adalah salah satu dari sedikit orang yang aku hormati dan aku tidak ingin hubungan saling menghargai ini rusak. Maaf aku permisi dulu karena ada janji pertemuan dengan pihak lain setelah ini"
Setelah mengangguk kaku, Sehun melangkah pergi meninggalkan ruangan meeting besar itu. Jongin duduk diam dan menyesap kopinya, matanya masih menatap pintu di mana Sehun menghilang di baliknya.
Tingkah Sehun mengingatkannya pada dirinya dulu. Senyum muncul di bibir Jongin. Sehun mungkin akan mengalami hal yang sama seperti dirinya, kalau dia tidak hati-hati kepada Yoona.
***
Ketika pintu kamarnya dibuka dari luar, Yoona tidak menyangka kalau Sehun-lah yang masuk. Lelaki itu telah sepenuhnya mengabaikannya akhir-akhir ini. Yoona bahkan hampir tidak pernah melihat lelaki itu, kecuali dari pemandangan ketika Sehun memasuki mobilnya di teras bawah yang kelihatan dari jendela lantai dua tempat Yoona dikurung.
Dan seperti biasanya, lelaki itu tampak marah. Yoona mengerutkan alisnya, kenapa lelaki itu tidak pernah sedikitpun tampak ceria dan tersenyum? Kalaupun tersenyum, senyumnya hanyalah senyum jahat dan sinis.
Apakah lelaki itu tidak pernah merasakan bahagia sedikitpun di dalam hatinya?
Tanpa basa basi, Sehun melempar jasnya ke kursi dan melonggarkan dasinya, lalu menatap Yoona tajam, "Apa yang kau katakan kepada Isteri Jongin?"
Yoona langsung mengkerut takut. Yuri mungkin telah menyampaikan permintaan tolongnya kepada Jongin, dan Jongin mengatakannya kepada Sehun.
Ketika rasa ketakutan menggelayutinya, Yoona langsung menggelengkan kepalanya mencoba mengembalikan keberaniannya. Diingatnya wajah ayah dan ibunya yang bahagia, lalu tergantikan dengan wajah pucat mereka yang terbaring di peti mati. Kebencian dan kemarahan adalah senjatanya untuk menghadapi Sehun, "Aku memang meminta tolong kepada Yuri untuk menyelamatkanku," Yoona mengangkat dagunya angkuh, menantang Sehun.
Sehun menggeram marah, matanya menyala, "Coba saja kalau kau berani Minta Yuri untuk membebaskanmu, dan kalau perempuan itu berani melakukan sesuatu, aku akan melenyapkan nyawanya," Sehun mendesis geram, "Dan aku tidak pernah main-main dengan perkataanku Yoona, kebebasanmu akan diganti dengan nyawa orang-orang yang lengah atau orang-orang yang mencoba menyelamatkanmu"
Wajah Yoona memucat. Apakah Sehun benar-benar akan melukai Yuri? Diingatnya senyum lembut di wajah cantik Yuri dan kebaikan hati perempuan itu. Ah ya Tuhan, Yuri adalah satu-satunya kesempatannya untuk melepaskan diri. Tetapi jika gantinya Sehun akan melukai Yuri, maka Yoona tidak punya kesempatan apa-apa lagi.
"Kenapa kau tidak melepaskanku? Aku muak menjadi tawananmu"
Sehun menyipitkan matanya, mengamati Yoona dari ujung kepala sampai kaki, "Terlalu mudah jika aku melepaskanmu, kau pasti akan mencari cara untuk membalaskan dendammu lagi... dan terlalu mudah pula kalau aku membunuhmu, tubuhmu terlalu nikmat untuk mati sia-sia...," Sehun melangkah mendekat, dan otomatis Yoona langsung melangkah mundur.
"Jangan... jangan mendekat!," Yoona tanpa sadar mencengkeram dadanya dengan gerakan melindungi diri.
Sehun sudah pernah memaksakan kehendak kepadanya, memar di tangannya masih terasa nyeri, bekas ikatan dasi yang kejam di pergelangannya.
Sehun hanya tersenyum meremehkan melihat gerakan Yoona itu, "Kau tahu kau tidak bisa menolak kalau aku ingin memaksamu. Apakah kau tidak belajar dari pengalaman bercinta kita kemarin?," dengan tenang lelaki itu melemparkan dasinya yang sudah dilonggarkan ke lantai, lalu melepas kancing kemejanya, satu demi satu.
Yoona menatap pemandangan di depannya itu dengan panik, "Kau... kau mau apa??"
"Menurutmu aku mau apa?." Sehun melemparkan kemejanya dan berdiri dengan dada telanjang di depan Yoona. Tubuh lelaki itu luar biasa indah, ramping tapi kuat dengan otot-ototnya yang menyembul, terlihat begitu keras.
"Aku mau mandi," Sehun tampak geli melihat keterkejutan Yoona, "Dan kau ikut denganku"
Wajah Yoona memucat dan menatap Sehun dengan marah. "Apa-apaan? Kenapa kau mandi disini? Kau... kau kan punya kamar mandi sendiri di kamarmu... ini... ini adalah..."
"Ini adalah kamar kekasihku," Sehun menyelesaikan kalimat Yoona dengan tenang, "Ya. Kau kekasihku Yoona, kau harus terima itu. Kau ada di sini untuk memuaskan nafsuku"
"Kurang ajar!," Yoona menyembur marah, dan didorong akan rasa tersinggungnya atas hinaan Sehun,Yoona maju dan mencoba mencakar wajah sehun.
Tetapi Sehun cukup gesit, digenggamnya lengan Yoona, dan dengan gerakan cepat di telikungnya tangan Yoona di belakang punggungnya, "Tidak semudah itu Yoona, ingat itu, aku laki-laki yang cukup kuat, kalau kau bersikap baik, aku akan bersikap baik kepadamu, tetapi kalau kau menantangku, aku mungkin akan menyakitimu," Dengan satu tangan masih menelikung Yoona, Lelaki itu meraih dagu Yoona dan memaksa mengecup bibirnya dengan panas, "Ketika aku bilang kau harus mandi denganku, maka kau akan melakukannya"
Sehun mendorong Yoona masuk ke kamar mandi dengan nuansa marmer putih itu
***
Sehun merasa dirinya hampir gila. Dia tidak berhubungan seks dengan wanita manapun akhir-akhir ini. Karena dia tidak tertarik. Gairahnya terpusat kepada Yoona, perempuan ini membuatnya ingin menundukkannya, menaklukkannya, dan mendominasinya dengan posesif. Sehun ingin Yoona tunduk di kakinya, memujanya seperti yang dilakukan banyak orang kepadanya.
Well itu mungkin butuh waktu lama, Sehun mengernyit melihat ekspresi Yoona. Perempuan ini harus selalu dipaksa, harus selalu diikat, dan Sehun sebenarnya tidak suka menyakiti perempuan yang akan ditidurinya.
Bukti gairahnya terlihat jelas, dan Yoona menolak untuk melihatnya, Sehun mendorong tubuh Yoona ke pancuran, membiarkan air hangat membasahi mereka berdua. Ketika Yoona sekali lagi mencoba memberontak, Sehun mencengkeram kedua tangannya erat-erat ke dinding dan merapatkan tubuhnya, menempelkan bukti gairahnya ke pusat tubuh Yoona, membuat muka Yoona merah padam, "Hati-hati Yoona, aku tidak ingin menyakitimu, aku cuma ingin mandi"
Yoona mengerjap, "Mandi?"
Ada sinar geli di mata Sehun, "Ya, mandi, kau pikir aku mau apa?"
Pipi Yoona makin memerah, apalagi ketika matanya tersapu pada kejantanan Sehun yang mengeras, terlihat jelas laki-laki itu sudah amat sangat terangsang. Sehun mengikuti arah tatapan Yoona dan tersenyum, "Aku cuma ingin mandi, tetapi sepertinya kau lebih tertarik ke yang lain"
Yoona menatap marah ke mata Sehun, tetapi lelaki itu hanya terkekeh, "Terserah kau, kau mandi di sini bersamaku. Atau kalau kau lebih memilih menantangku, kita bisa berakhir dengan hubungan seks yang hebat di kamar mandi. Sekarang tolong gosok punggungku dengan sabun," Sehun melepaskan celananya, terkekeh lagi ketika Yoona langsung memalingkan mukanya, tak mau melihat.
"Ayo, gosok punggungku," Sehun membalikkan tubuhnya, membiarkan pundak dan bahunya diterpa air hangat dari shower, yang mengalir menuruni punggung berototnya dan turun ke pantatnya yang kencang...
Yoona terpana dan mengerjapkan matanya ketika menyadari bahwa matanya terpaku pada keindahan tubuh Sehun yang berotot dan keras. Ramping tapi jantan, dan semua begitu proposional pada tempatnya, seolah Tuhan menciptakan laki-laki ini sambil tersenyum.
Sehun menolehkan kepalanya dan menangkap basah Yoona yang sedang mengamati tubuhnya. Tatapan sensualnya memancar, panas, dan bergairah. Tetapi kemudian dia mendapati mata Yoona yang berputar ke seluruh penjuru kamar mandi. Perempuan ini masih belum menyerah dalam usahanya untuk melukai Sehun.
Sehun berani bertaruh bahwa Yoona sedang mencari-cari senjata, sesuatu – mungkin untuk dipukulkan ke kepala Sehun yang sedang lengah, "Yoona," suara Sehun terdengar rendah dan mengancam, meskipun sebenarnya lelaki itu sangat menikmati mengucapkan nama Yoona lambat-lambat di mulutnya, "Kalau kau tidak melakukan perintahku dan sibuk mencari cara untuk melakukan – entah rencana apa yang ada di dalam kepalamu yang cantik itu, maka mungkin saja aku akan berubah pikiran dan langsung menyetubuhimu saja"
Yoona terlonjak, dan langsung meraih sabun cair, lalu mengusapkannya ke punggung Sehun yang keras dan berotot itu. Sentuhan itu membuat keduanya sama-sama terkesiap. Sehun bahkan tidak bisa menahan erangannya, kejantanannya sudah begitu keras. Seperti batu di bawah sana hingga terasa menyakitkan, memprotes untuk dipuaskan. Sentuhan tangan lembut Yoona di punggungnya semakin memperburuk keadaan, membuatnya terangsang sampai di tingkat dia tak dapat menanggungnya.
Yoona mengernyit mendengar suara erangan Sehun. Dia tidak dapat melihat ekspresi Sehun, hanya bisa melihat rambut belakang Sehun yang kecoklatan dan sekarang basah, menempel di tengkuknya. "Kenapa?," Yoona bertanya, pada akhirnya ketika Sehun mengerang lagi. Jemarinya menggosok lembut bahu dan punggung Sehun yang sekarang licin karena sabun.
Guyuran air hangat membasahi mereka berdua, membuat kaca-kaca kamar mandi itu berembun karena uapnya. Sehun menggertakkan giginya, mencoba menahan gairahnya. "Tidak apa-apa," suaranya berupa erangan yang dalam, mencoba menahan dirinya ketika tangan lembut Yoona yang berlumuran sabun itu menyentuh pinggangnya. Dia ingin merenggut tangan Yoona itu, menyentuhkan ke kejantanannya yang sangat menginginkannya, dan kemudian memuaskan dirinya di dalam tubuh Yoona.
Tetapi dia tidak bisa. Sehun ingin membuat Yoona menyerah dengan sukarela. Dua percintaan mereka yang terakhir tidak dilakukan dengan sukarela. Meskipun pada akhirnya Sehun bisa membuat Yoona merasakan kenikmatan. Oh sehun tidak pernah memaksa perempuan jatuh ke dalam pelukannya. Para perempuanlah yang berebut untuk dipeluk olehnya.
Dan itu harus terjadi pada Yoona. Yoona-lah yang harus menyerah dalam pelukannya.
Sehun memejamkan matanya, membayangkan bagaimana nikmatnya nanti ketika Yoona pada akhirnya menyerah ke dalam pelukannya dan memohon kepadanya. Sehun melirik kepada Yoona, dan .... Astaga ! Demi para dewa yang ada di semesta alam ini.... Yoona masih memakai pakaian lengkap, dan yang membuat semuanya lebih buruk, pakaian Yoona adalah rok panjang tipis berwarna putih. Dan ketika baju itu basah kuyup, malahan membuat tubuh Yoona begitu seksi, tercermin samar-samar di balik pakaian putih yang membuatnya tampak misterius.
Sehun menggertakkan giginya. Dia tidak tahan lagi bermain-main seperti ini. Ada di dekat Yoona, telanjang, dan siap seperti ini membuatnya merasa hampir gila.
Perempuan ini harus menyerah padanya. Harus!
***
Sehun memasang jasnya dan menoleh pada Xiumin yang berdiri menungguinya di dekat pintu. "Bagaimana dengan kasus terakhir itu? Sudah kau bereskan?"
Xiumin mengangkat bahunya, "Tuan Andrew memendam kemarahan kepada tuan. Apalagi karena tindakan tuan sudah menggilas habis seluruh perencanaan proyeknya"
Sehun tersenyum, membayangkan muka Park Andrew saat ini pasti sedang merah padam karena marah. "Dia selalu marah kepadaku, sejak awal. Tetapi sampai sekarang dia tidak akan bisa berbuat apa-apa kepadaku. Dia tahu dia akan mati kalau sekali saja dia mencoba membunuhku, lalu gagal."
"Bagaimana kalau dia mencoba dan berhasil?," Xiumin menyela dengan cepat, "Tuan Andrew sangat licik dan bertangan kotor. Dia menggunakan banyak orang untuk mencapai tujuannya, kita tidak boleh meremehkannya dan harus selalu berhati-hati."
Xiumin menatap Sehun dengan tatapan mata serius. "Seharusnya tuan menyuruh saya untuk membereskan orang itu dari dulu, supaya dia tidak berani berbuat macam-macam"
Sehun menggelengkan kepalanya tak peduli, "Dia tidak akan berani, dan kalaupun dia berani melakukan apapun... aku sendiri yang akan menghabisinya"
Park Andrew adalah salah satu musuh bisnis Sehun. Lelaki itu bersikap munafik karena di depan Sehun dia selalu bersikap baik dan bersahabat. Tetapi Sehun tahu kalau lelaki itu menyimpan kebencian yang amat mendalam kepadanya karena bisnisnya semakin terpuruk akibat gilasan ekspansi yang dilakukan Sehun.
Sehun sadar dia memang tidak boleh meremehkan Andrew, karena Andrew punya teman-teman penting di balik bisnis kotornya. Berdasarkan penyelidikan yang dilakukan anak buahnya, lelaki itu berhubungan dengan sindikat senjata gelap dan kelompok-kelompok bawah tanah.
Tidak menutup kemungkinan Andrew pada akhirnya akan menyewa salah seorang dari mereka untuk membunuhnya. Sehun, meskipun dibekali dengan kemampuan bela diri dan sangat ahli dalam berbagai jenis senjata serta dikelilingi oleh pasukan pengawalnya yang kompeten, harus selalu waspada.
Suatu saat, ketika Andrew sudah terasa sangat mengganggu seperti hama penyakit yang harus dibasmi, Sehun sendiri yang akan membereskannya. Tetapi tidak sekarang, mungkin reputasi Sehun yang kejam membuat Andrew sangat berhati-hati dalam bertindak, Sehun ingin melihat sejauh mana gerakan Andrew, baru setelah itu dia memutuskan akan dibagaimanakan sampah itu.
Nanti. Gumam Sehun dalam hati, Sekarang dia harus makan malam dengan perempuannya. Setelah merasa puas dengan penampilannya, Sehun memutar tubuhnya dan mengedikkan bahunya kepada Xiumin, "Dia sudah siap?"
Xiumin menganggukkan kepalanya, "Dion sudah menyiapkannya dari satu jam yang lalu,"
Xiumin membungkukkan badannya, lalu membukakan pintu untuk Sehun.
***
Ketika didandani oleh Dion, Yoona sudah terlalu lelah untuk melakukan pemberontakan sekecil apapun. Dia bahkan tadi tidak bertanya apapun ketika Xiumin mengantar Dion ke kamarnya dan laki-laki itu tiba-tiba mendandaninya, "Sepertinya kau berubah menjadi pendiam, kau tidak ingin tahu mengapa kau didandani?," Dion bertanya setelah dia selesai mengoleskan eye shadow warna keemasan di kelopak mata Yoona.
Yoona hanya menggelengkan kepalanya, tidak mampu menjawab. Ingatan akan kejadian di kamar mandi tadi membuat perasaannya campur aduk. Oh ya, sesuai janjinya, Sehun hanya mandi. Setelah Yoona selesai menyabuni punggungnya, Sehun meneruskan mandi dan kemudian dengan tatapan lancang, menawarkan diri untuk memandikan Yoona – yang tentu saja langsung ditolaknya mentah-mentah dengan berbagai sumpah serapah yang menyembur dari bibirnya. Sehun hanya tersenyum, mengambil handuk putih, mengikatkannya di pinggangnya dan melangkah pergi dengan santai. Meninggalkan Yoona yang masih terpaku dalam guyuran air shower kamar mandi itu.
Sehun benar-benar terangsang. Yoona tidak perlu memegang untuk mengetahui itu, bukti kejantanan Sehun sudah menonjol tanpa tahu malu. Tetapi kenapa lelaki itu tidak melakukan apa-apa kepadanya? Bukannya Yoona ingin Sehun melakukan apapun kepadanya. Tetapi bayangan itu, bayangan Sehun yang bergitu bergairah tidak bisa hilang dari pikirannya.
Entah kenapa perasaan malu dan terhina merambati pikiriannya, Sungguh memalukan! Mungkinkah sebenarnya di dalam dirinya tersembunyi sosok perempuan jalang yang siap meledak? Atau jangan-jangan Sehun memang begitu ahli merayu perempuan sehingga membuat Yoona hampir-hampir bertekuk lutut di kakinya?
"Sudah selesai," suara Dion terdengar puas, mengembalikan Yoona dari lamunannya.
Yoona sedikit melirik ke cermin, pada mulanya tidak begitu tertarik akan hasil dandanan Dion, tetapi mau tak mau pandangan matanya tertahan lebih lama di sana.
Gaun hitamnya tampak menjuntai di belakang, dengan potongan sederhana, tetapi elegan. Rambutnya diangkat ke atas, memamerkan telinganya yang dihiasi anting rubi dengan ukiran emas. Secara keseluruhan, penampilannya tampak begitu elegan dan berkelas.
Dion memang hebat bisa membuat penampilannya berubah drastis seperti ini.
"Tuan Sehun akan mengajakmu makan di Atmosphere," Dion mengernyit ketika melihat Yoona tampak biasa saja mendengar nama restaurant itu, "Hei itu restaurant bintang lima paling berkelas di sini, di sana akan ada banyak mata yang melihat dan menilamu, tapi jangan pedulikan mereka,"
Dion memutar matanya genit, "Mereka hanya iri karena kau bersama bujangan yang paling diminati."
Bujangan paling diminati? Tanpa sadar Yoona memutar matanya, mungkin orang-orang itu terlalu silau akan ketampanan Sehun hingga buta akan semua sifat buruknya.
Pintu terbuka dan Xiumin masuk, "Sudah siap?," pengawal berwajah dingin itu sedikit mengangkat alisnya melihat penampilan Yoona, tetapi wajahnya tetap datar, " Tuan Sehun sudah menunggu di bawah."
***
Yoona diantar ke ballroom bawah dan Sehun berdiri di sana. Lelaki itu sekilas melemparkan pandangan memuji, tetapi tidak mengatakan apa-apa.
Di dalam mobilpun dilalui dalam keheningan. Lelaki itu rupanya berniat mempertahankan keheningan sampai ke tujuan. Tetapi Yoona tidak tahan, satu-satunya senjata agar dia tidak jatuh dalam pesona Sehun adalah dengan terus menerus melawannya.
"Kenapa kau ajak aku makan malam di luar?," akhirnya Yoona memecah keheningan itu dengan pertanyaannya.
Sehun menoleh sedikit dan menatap Yoona dengan pandangan malas, "Aku lapar"
Yoona mendengus jengkel mendengar jawaban itu, "Kau punya 3 koki hidangan internasional di rumahmu," begitu yang sempat Yoona dengar dari obrolan para pelayan.
"Aku sedang ingin makan di luar, dan kau....," Sehun menatap Yoona dengan tatapan – awas kalau kau berani membantah-, "Kau adalah kekasihku, jadi kau harus mendampingiku"
Tentu saja Yoona membantah, "Aku bukan kekasihmu"
"Ya, kau adalah kekasihku. Perempuan yang kutiduri lebih dari satu kali otomatis menjadi kekasihku"
"Bukan!," Yoona menyela keras kepala, mukanya memerah mendengar omongan Sehun yang vulgar itu.
"Yoona," Sehun mengeluarkan suara mengancamnya yang khas, "Jangan menantangku. Kau tahu aku sedang tidak ingin berdebat denganmu, suasana hatiku sedang buruk dan aku muak dengan semua perlawananmu. Jadi jangan coba-coba memancing kesabaranku"
"Kalau kau muak denganku seharusnya kau lepaskan aku"
"Tidak," Sehun menjawab cepat, hanya sepersekian detik setelah Yoona menutup mulutnya, "Hentikan Yoona, kau tidak akan kulepaskan."
"Kenapa?'
"Kau tahu kenapa.," Sehun jelas tampak jengkel.
"Tidak, aku tidak tahu," jawab Yoona keras kepala.
"Karena," suara Sehun sedikit menggeram, dan dalam sekejap lelaki itu mencengkeram rahang Yoona dengan jemarinya, lembut tetapi mengancam, "Karena aku sangat suka memasukimu, merasakan kewanitaanmu membungkusku dengan panas, lalu mendengarmu merintih karena orgasmemu. Jelas??"
Sangat Jelas. Dan Sehun berhasil membuat Yoona terdiam. Sepanjang Perjalanan mereka tidak berucap sepatah katapun lagi.
***
Di suatu sudut yang gelap sebuah telephone terangkat, Andrew Park sedang duduk di kursi besarnya sambil merokok. Segelas brandy dengan botolnya yang setengah penuh tampak di sampingnya, tampangnya yang jelek dengan hidung memerah karena mabuk tampak waspada, "Sudah berhasil?," lelaki itu bertanya cepat.
Jeda sejenak, lalu suara dalam di sana menjawab dengan tenang, "Mereka sudah keluar dari rumah itu. Rencana akan dijalankan nanti ketika mereka pulang."
"Bagus, kabari aku kalau sudah beres."
"Baiklah. Anda tidak akan kecewa karena telah menyewa saya untuk membunuh Oh Sehun." Telephone ditutup, dan Andrew terkekeh dalam kegelapan.
Menenggak minumannya, untuk perayaan awal. Oh Sehun, musuh besarnya. Lelaki itu sudah menghancurkan bisnisnya dengan ekspansi yang dilakukannya. Dan bukan hanya itu, Andrew didera oleh perasaan iri dan benci yang luar biasa kepada Sehun.
Entah kenapa Sehun diciptakan begitu sempurna, dari segi fisik. Sehingga semua wanita berhamburan untuk berlutut di kakinya. Andrew dengan wajah jeleknya sudah terlalu sakit hati karena ditolak perempuan, semua perempuan yang mau tidur dengannya hanyalah pelacur-pelacur yang harus dibayar.
Oh Sehun harus dienyahkan, lelaki seperti itu tidak boleh hidup di dunia ini. Dan malam ini mungkin adalah malam terakhir lelaki itu hidup.

TBC

Karena banyak adegan yg 18+ nanti aku bakal post cepat ya :v menghargaii readers yg beragama muslim yg akan menjalankan puasa :v

Dont forget to vote and comment❤️

sleep with the devil ;Where stories live. Discover now