Suatu Malam Yang Panas

4.8K 281 49
                                    

"Astagah panasnya!!!!" Untuk kesekian kalinya Paijem menggerutu seraya mondar-mandir di depan kipas angin yang muter. Iya, mondar mandir ngikuti gerakan kipas. Diliriknya Paijo, suaminya yang pulas tidur, seakan panas tidak mengganggu lelaki sama sekali. Paijo memang pelor, nempel molor. Mungkin karena kelelahan. Berangkat kerja pagi sekali, desak-desakan di kereta, setelah itu masih harus kuliah malam, dan sampai rumah bisa jam 11 malam, membuat energi lelaki itu terkuras. Panas sama sekali tidak sebanding dengan lelahnya.

Paijem ini punya satu penyakit. Namanya penyakit sirik sama suami. Wanita satu ini paling sirik kalau dianya blingsatan atau ga nyaman karena sesuatu dan suaminya di lain pihak bisa merasa damai. Catat ya, hanya dengan suaminya Paijem seperti itu. seperti saat ini Paijem seakan ga rela dia kelojotan macam cacing kepanasan dan Paijo mendengkur pulas. Bagi Paijem, susah senang bersama itu artinya, kalau dia susah, ya Paijo harus ikut susah juga. Kalau dia kepanasan, ya paijo mustinya kepanasan juga. Itu kenapa setiap Paijo tampak damai dan tenang sendiri, Paijem akan menjadi rewel malah cenderung rusuh untuk merusak kedamaian Paijo.

"Mas, kamu kok ga kepanasan sih?" Paijem mulai melancarkan serangannya. Paijo bukannya terbangun malah mendengkur lebih keras, entah sengaja atau memag mendengkur beneran.

Kesal lah si Paijem. Wanita itu berhenti mondar-mandir di depan kipas dan mendekati Paijo, ditowel-towellah idung Paijo yang besar kayak buah jambu mete itu.

"Apa sih, Jem??" Tanya Paijo dengan suara sengau dan sedikit gusar.

"Katanya Bogor itu kota hujan, mana??? Itu yang Jakarta bahkan yang Bekasi pada posting tentang hujan, lha di sini??? Kalau siang panasnya sudah kayak apa, kalau malam gerahnya kebangetan. Maaaaassss...." Paijem mulai rusuh merengek.

Paijo dengan sekuat tenaga berusaha membuka matanya yang lengket macam dilem pake lem alteco. Lelaki itu menatap istrinya lalu berkata,

"Iya, memang kota hujan. Gara-gara kita pindah ke sini kali jadi panas begini," Jawab Paijo seraya membalikkan badan, dan lanjut mendengkur.

Paijem makin sirik. Dengan kesal wanita ndusel-ndusel ke tubuh suaminya. Tujuannya sih biar suaminya merasa gerah lalu ikutan bangun. Namun Paijo yang sudah hafal semua tabiat Paijem sama sekali tidak terpancing. Bahkan lelaki itu malah makin keras mendengkur. Semenit, dua menit, sepuluh menit, 20 menit... Paijem akhirnya lelah juga mbanyaki sendiri. Wanita itu akhirnya menyerah, beranjak dan kembali mondar-mandir di depan kipas angin.

~*~

Pagi harinya Paijo bangun dan kebingungan ketika tidak menemukan Paijem di kasurnya. Lelaki itu geleng-geleng kepala, pasti istrinya itu begadang di depan lappynya sampai pagi. Pernah Paijo menemukan Paijem tertidur dalam posisi duduk bersandar di tembok dengan Lappy di pangkuannya, di ruang tamu.

Paijo keluar kamar dan terkejut ketika menemukan tubuh Paijem di lantai ruang tamu dengan posisi yang sangat tidak simetris. Paijem tidur pulas di lantai dengan mulut terbuka. Namun bukan itu yang membuat Paijo mengertukan kening. Ada lakban hitam di lantai yang membentuk posisi tubuh manusia, semacam garis polisi di film-film tentang pembunuhan. Istrinya ini sebenarnya sedang apasih, pikir Paijo.

Dengan lembut, lelaki itu menepuk nepuk pipi Paijem.

"Jem, pindah kamar," panggil Paijo pelan.

Setelah beberapa saat, baru Paijem mengerjap dan membuka mata. Setengah sadar setengah tidur wanita itu bangun dan beranjak ke kamar.

"Jem, itu lakban buat apasih?" Tanya Paijo seraya menuntun istrinya ke kamar.

"Lakban? Oooh, itu garis mayatku ceritanya. Semalam aku rencananya mau tidur dalam posisi itu sampai pagi, biar pas kamu bangun, kamu kaget dan sadar kalau istrimu mati semalam karena kepanasan dan suaminya ndak peduli. Tapi kram juga tidur dalam satu posisi lama-lama," Jelas Paijem seraya menjatuhkan dirinya ke kasur dan langsung pulas, mengabaikan Paijo yang melongo. Dia tahu istrinya itu daya imajinasi memang di luar batas normal tetapi tetap saja dia masih suka takjub. Setelah puas melongo, Paijo mendekati Paijem yang sudah kembali tertidur dengan mulut menganga. Dengan sayang dikecupnya kening Paijem, seraya berbisik,

"Sabar ya, jem. Nanti kalau ada rejeki kita beli AC."

~*~

Cilebut, 9 Juni 2016

Sorry for stupid typo

PASANGAN KURANG PIKNIKWhere stories live. Discover now