2. E

289 47 5
                                    

       "Xyl,"

       "Ya?"

       "Aku ingin kita putus."

       Xyla terkesiap, setelah setahun lamanya menjalin hubungan dengan sang pacar--Refaldi Anderson--tanpa disangka lelaki berbadan tegap itu tiba-tiba memutuskan untuk mengakhiri hubungan asmara diantara keduanya.

       "A-Apa? Kamu cuman bercanda kan. Iya kan?" balas Xyra tak percaya. Ia hanya menatap lelaki di depannya dengan mata berkaca-kaca.

       Refaldi lantas meraih kedua tangan Xyla dan menggenggamnya. "Aku nggak bercanda, Xyl. Aku serius. Aku ingin hubungan kita berakhir."

       "Kenapa? Apa ada orang lain? Jawab aku Re?!"

       "Tidak, bukan itu maksudku. Aku merasa ada yang menghalangi hubungan kita, seperti pemisah atau semacamnya. Aku tak tahu itu apa dan karena apa. Tapi aku hanya merasa... kalau hubungan kita harus berakhir disini," Refaldi melepaskan genggamannya dari Xyla.

       "Maafkan aku Xyl," lelaki itupun pergi dari cafe tempat Xyla duduk termenung kaku.

       Gadis malang ini hanya mampu sesenggukkan menerima nasib yang ditakdirkan padanya. Refaldi telah menghancurkan hatinya untuk yang pertama kali.

*****

       Xyla membanting pintu apartementnya dengan keras. Gadis itu mulai berlari kearah kamar dengan mata yang sembab dan pipi berurai air mata. Kenyataan pahit di cafe tadi harus ia rasakan sendirian di malam yang suntuk ini. Tak mampu lagi ia berdiri, seluruh raganya seolah mati rasa.

       "KAU PUAS SEKARANG HAH?! MENGHANCURKAN HIDUPKU LAGI! DI HARI ULANG TAHUNKU!!" teriak Xyla melampiaskan seluruh emosinya.

       "Ini pantas kau dapatkan,"

       "KAU SELALU SAJA MEMBUATKU MENDERITA! APA SALAHKU?! AKU HANYA INGIN HIDUP SEPERTI GADIS 17 TAHUN YANG MERAYAKAN HARI ULANG TAHUNNYA DENGAN BAHAGIA!"

       Xyla terhenti sejenak. Napasnya sesenggukkan seperti halnya buliran bening di matanya.

       "KAU SUKA KAN AKU DENGAN REFALDI PUTUS!! Hiks..."

       "Ini demi kebaikanmu,"

       "KEBAIKAN APA?! KAU MALAH MEMBUAT HIDUPKU HANCUR!!"

       ZRESSSH

       Jendela balkon kamar Xyla seketika tersibak membuka dengan sendirinya. Hembusan angin malam yang kelabu mulai bersenandung di sekitaran kamar Xyla. Gadis itu masih tetap tegar menangisi kenyataan pahit yang menimpanya sejam lalu.

       "Kau tahu..." Xyla berujar "aku takkan kalah darimu"

Imaginary Friends ✔ [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang