SATU

262 17 13
                                    

Kina mengunyah baksonya lambat-lambat, sementara matanya sesekali mencuri-curi pandang ke arah segerombolan cowok yang duduk beberapa meja di sebrangnya. Salah satu dari gerombolan itu sudah mencuri perhatiannya sejak satu tahun yang lalu, Putra namanya.

Rasa-rasanya, hanya Putra yang terlihat paling normal dan paling menarik perhatian di antara gerombolan itu. Saking menarik perhatiannya seorang Putra, Kina sampai mengabaikan Sella yang sejak tadi menyerukan namanya dengan sebal.

"Lo ngelamunin apa sih?" Sella berseru jengkel setelah meletakkan gelas es jeruknya yang sudah tandas dengan sedikit hentakkan.

"Bukan apa-apa."

Setelah itu Kina kembali ke dalam lamunannya. Bola matanya yang berwarna coklat terang masih saja menatap gerombolan cowok yang kini tengah sibuk menertawakan entah apa, meskipun fokusnya tetap kepada Putra.

Kina senang tiap kali memperhatikan Putra yang tertawa lepas diantara teman-temannya. Mata cowok itu menyipit, bersamaan dengan lesung pipi yang muncul di pipi kirinya. Manis.

"Kesambet baru tau rasa lo," Tangannya kembali memasukkan sebutir bakso ke dalam mulutnya, setelah menelan makanannya, Sella kembali berbicara, "gue belum beresin tugas sosiologi dari Pak Ade nih, buruan deh makannya terus kita ke kelas."

"Makanya lo ngerjain tugasnya dari jauh-jauh hari dong, tugas ini kan udah dikasihin dari minggu lalu." Kina berseru keberatan. Dia tidak rela sesi memperhatikan Putra harus berakhir lebih cepat dari biasanya karena harus menemani Sella kembali ke kelas.

Katakan saja Kina pamrih, atau fake friend dan gadis itu tidak akan peduli. Dia sudah jatuh sampai ke tahap obsesi. Prioritasnya bukan lagi sahabat melainkan Putra, si pujaan hati yang entah kapan akan menyadari eksistensinya.

"Gue kan dari minggu lalu sibuk, lo sendiri tahu."

Kina memutar kedua bola matanya bosan. Risiko mempunyai teman yang super aktif di bidang ekstrakulikuler membuatnya menjadi tempat contekan dan sering ditinggal-tinggal dispensasi karena kesibukan Sella yang mendadak mengalahkan jadwal manggung One Direction. Dengan berat hati akhirnya cewek itu mengangguk.

***

Keduanya baru saja melewati ruang ekstrakulikuler teater begitu seseorang meneriakkan nama Sella, lantas hal itu membuat langkah keduanya berhenti dan membalikkan badan secara bersamaan.

"Garda!" Sella berlari-lari kecil mendekati cowok berambut keriting yang berdiri di dekat pintu. Cowok itu yang tadi meneriakkan nama Sella sehingga langkah Kina dan Sella terhenti.

Kina memperhatikan keduanya yang tengah berbicara tanpa ada niatan untuk bergabung dalam obrolan atau sekedar mendekat. Dia tidak mengenal lawan bicara Sella, meskipun mereka berada dalam angkatan yang sama dan Kina tidak tertarik untuk bergabung dalam pembicaraan mereka yang dirasanya tidak akan jauh dari dunia teater.

Daripada memperhatikan Sella dan Garda, Kina lebih memilih untuk memperhatikan teman-teman sekelas Putra yang tengah bermain futsal di lapangan. Tapi hingga saat ini matanya belum juga menangkap sosok jangkung yang dilihatnya beberapa menit lalu di kantin.

Apa Putra masih di kantin?

"Gue selalu penasaran apa yang ada di lamunan lo," Tahu-tahu Sella sudah berdiri di sampingnya dengan tatapan penasaran.

"Bukan apa, tapi siapa."

"Aha! Lo falling in love, eh?"

"Enggak."

"Alah jujur deh lo. Apa lagi coba yang bisa ngerubah seseorang sebegitu drastis selain cinta?"

Kina mengernyit tidak suka, "Narik kesimpulan dari mana lo? Ngarang."

"Omong-omong soal ngarang, gue lupa belum beresin tugas mengarang bebas dari Bu Sita! Gue nggak paham deh kenapa bu Sita masih ngasih kita tugas mengarang bebas. Dia pikir gue anak SD?"

Sementara Sella sibuk berkeluh kesah, Kina lagi-lagi mengedarkan pandangannya menyisir lapangan yang semakin ramai. Matanya meneliti tiap anak laki-laki yang sibuk lari kesana-kemari dengan seragam yang basah oleh keringat.

"Apa sih yang buat lo sebegitu tertariknya sama lapangan itu?" Sella ikut mencari objek yang dipandang Kina, tapi dia tidak menemukan satu pun.

"Bukan apa-apa."

"Tapi serius deh, gue bener-bener penasaran. Siapa sih yang lo cari dari tadi?"

"Nggak ada. Udah ah katanya mau ngerjain tugas."

****

Gadis itu meluruskan langkahnya, kepalanya ditundukkan dalam-dalam sementara tangannya memegang sebuah novel bersampul biru. Kedua matanya tetap fokus memperhatikan tiap baris kalimat yang tertuang di dalam novel, tanpa sadar seseorang memperhatikannya lekat-lekat.

Kemudian Kina hampir menjerit histeris ketika seseorang memegang pundaknya tiba-tiba. Dengan refleks dilemparnya novel yang sejak tadi dibawanya sampai menimbulkan bunyi yang cukup keras.

"Aw!"

"Astaga! Maaf-maaf, gue kira siapa. Lagian lo ngapain sih ngagetin gue?"

Bagaimana Kina tidak panik kalau cowok yang sudah dilemparinya dengan novel tebal adalah cowok yang sudah menyita pusat perhatiannya selama satu tahun terakhir?

"Nggak apa-apa, gue yang salah." Putra mengaduh sekali lagi sambil mengusap dahinya yang lebam.

"Duh gimana nih, biru gitu jidat lo."

"Nggak masalah,"

Meskipun Putra berkali-kali mengatakan dirinya baik-baik saja tapi Kina bisa melihat dengan jelas kalau cowok itu berkali-kali meringis. Hal itulah yang membuatnya keukeuh menarik Putra kembali memasuki gedung sekolah dan membawa cowok itu ke dalam ruang kesehatan sekolah.

"Gue ngerasa bersalah," jelas Kina begitu selesai menutup luka Putra dengan hansaplas. Setelah mendapati pelototan dari petugas piket yang hendak mengunci pintu UKS, akhirnya Kina dan Putra dibiarkan masuk dan meminjam beberapa obat.

Putra terkekeh, dia merasa cewek di depannya ini lucu.

"Lagian ngapain lo ngikutin gue sih? Ngapain pake acara ngagetin segala?" kejarnya kemudian. Kina menyimpan tumpukan kunci UKS ke dalam tasnya.

"Gue nggak ada maksud, cuma penasaran aja."

"Penasaran?"

"Iya," Putra terkekeh. "Penasaran gimana caranya lo bisa jalan lurus ke depan tapi mata serius merhatiin novel. Untung nggak nabrak."

Dan kalimat itu sukses membuat pipinya memerah karena malu.

***

A/N : Hai. nggak tau lagi harus bilang apa, seharusnya emang ABY yang dilanjutin, tapi ternyata malah pengen update ini. duh maafkan. omong-omong, tolong koreksi kalau ada kata-kata yang salah ya, inshaallah akan aku perbaiki secepat mungkin. terima kasih sudah mau baca :)

Terakhir, makasih juga buat teman-teman yang udah bantu nyari judulnya =))

PENTAGONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang