EMPAT

82 5 4
                                    

EMPAT

Putra menenggak minuman kalengnya sampai habis, kemudian menghisap rokok ketiganya dalam-dalam. Matahari sudah beranjak sejak lima belas menit yang lalu, tapi dia masih bergeming di sudut warung yang temaram. Sambil menunggu orang yang menghubunginya setengah jam yang lalu, ingatannya mengambang ke masalalu. Tepatnya satu minggu yang lalu.

Kepada gadis yang entah kenapa terlihat kikuk dan seperti gagu jika bertemu dengannya. Jangan bilang kalau Putra bukanlah orang yang tidak peka, karena dia sadar betul reaksi seperti apa yang dihadirkan Kina tiap kali bertemu dengannya.

Cewek itu menyukainya. Sudah terlihat jelas dari caranya bertingkah laku ataupun berbicara. Pipinya yang terkadang merona tiap kali Putra menatapnya, ataupun cara bicaranya yang terdengar gugup, semuanya terbaca dengan jelas. Kina bagaikan buku yang terbuka untuknya.

Hal itu tentu saja menguntungkannya dari berbagai sisi. Kina sudah jelas termasuk dalam kriteria target berikutnya. Maka, begitu orang yang ditunggunya sejak setengah jam yang lalu sudah duduk dihadapannya dengan tenang, segera disuarakannya rencana yang baru saja melesat di pikirannya.

"Gue bakalan deketin Kina. Dia target berikutnya." Dengan nada datar dan pandangan yang entah ke mana.

Sementara itu, orang yang ada di depannya mendadak kaku. Sambil mengencangkan kepalan tangannya, dimantapkan kembali seribu satu rencana yang telah tersusun rapi di kepalanya.

Tidak akan dibiarkan Putra mendekati Kina. Bagaimanapun caranya, Kina dan Putra harus dipisahkan karena gadis itu berpotensi untuk menghancurkannya.

***

"Jadi mau survey ke mana nih kita?" tanya Kina begitu bu Noor selesai menerangkan. Kina satu kelompok dengan Sella dan Terre, jadi mereka duduk berhadap-hadapan untuk mendiskusikan lokasi survey mengenai bisnis mengolah barang bekas menjadi seni.

Entah ya, seni apa yang dimaksud. Tapi, bukan tugasnya yang membuat Kina pusing setengah mati. Kenapa teman-temannya malah sibuk sendiri sih?

"Terserah deh terserah, gimana kalian aja deh." jawab Sella yang masih fokus pada kesepuluh jarinya yang kali ini diolesi cat kuku berwarna hitam.

"Gue juga bebas sih, ngikut aja." Kali ini Terre yang menjawab.

   "Di daerah Dago kayanya ada deh, kita ke sana aja ya hari Sabtu?"

   "Yah kalau Sabtu gue nggak bisa, mau bantuin anak teater bikin property buat pagelaran."

    "Yaudah deh, Jumat aja."

    "Err... Sorry nih, gue hari Jumat udah ada janji ..." kali ini Terre yang menyahut.

     Kina menghela nafas lagi, kalau di film kartun, kepalanya pasti sudah mengeluarkan asap.

      Katanya terserah, giliran udah ditentuin jadwalnya pada nggak bisa.

      Kina sudah akan mengeluarkan protes kalau saja seseorang tidak meneriakkan namanya dengan heboh.

       Detik ketiga setelahnya, Garda sudah muncul di depannya sambil nyengir lebar. Rambut keritingnya terlihat agak brrantangan sementara nafasnya agak memburu.

       "Heboh banget sih lo jadi manusia." Sella mencibir sambil memasukkan buku-bukunya yang berserakan di atas meja.

     "Sejak kapan bu Noor pergi? Sejak kapan lo ada di sini?"

     "Sejak semesta menyatukan kita,"

      "Najis. Amit-amit bahasa lo,"

      Garda nyengir lagi, sementara Kina memperhatikan perdebatan antara Sella dan Garda.

       "Ngapain sih lo ke sini? Berisik tau!" seru Sella sekali lagi, yang dihiraukan oleh Garda. Gantinya, cowok itu malah menarik tangan Kina dengan semangat.

       "Yuk ah ke Kantin!" seru Garda semangat kemudian membawa Kina keluar dari kelas.

         "Tuhkan, gini nih kalau udah ketemu gebetan, gue dilupakan!" Sella misuh-misuh.

         "Kina kenal sama Garda?" Terre angkat suara setelah menjadi penonton sejak tadi.

          "Kenal. Kayaknya sih Garda naksir si Kina tuh, tiap hari pepet pepet si Kina mulu."

         Setelah mendapat jawaban dari Sella, Terre bergegas menuju bangkunya dengan perasaan tidak karuan. Firasatnya mengatakan ada yang tidak benar.

                    ****

HA.HA.HA.
Sedikit ya part kali ini, cuma 556 kata tapi aku sudah mentok. Ya sudah, semoga part kali ini yang cuma 556 bermanfaat untuk kalian. Setidaknya aku sudah bayar hutang part empat ini.

Sorry for typo(s).

Kritik dan saran ditunggu sekali.

PENTAGONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang