Bab 3

26.7K 1.1K 55
                                    

Dua minggu berlalu sudah sejak pernikahan Dinda dengan Dimas. Dan besok Dimas harus segera kembali ke Jakarta karena hari Senin-nya dia harus sudah mulai kembali bertugas di Rumah Sakit tempatnya bekerja. Dan Dinda tentu saja harus ikut serta dengannya. Meskipun dengan hati yang saaaaangat berat. Terbayang sudah bagaimana beratnya penderitaannya kelak hidup bersama dengan Dimas.

Ah..harusnya aku kemarin melihat fotonya terlebih dahulu sebelum setuju menikah dengannya,sesal hati Dinda. Setidaknya dia jadi tahu dengan siapa dia akan menikah dan mempunyai waktu untuk bersiap-siap menghadapinya. Tapi,dia malah terlalu sibuk memikirkan apa saja yang harus dipersiapkannya demi untuk bisa meneruskan kuliahnya ke Program Magister. Sekarang ibarat kata pepatah,nasi sudah menjadi bubur. Nasib..Nasib..

*******


"Wow..Dinda..Tak disangka ya kau malah menikah dengan dr.Dimas. Padahal kemarin dulu kau bilang kau sangat membencinya. Benar kata orang,rasa benci bisa berubah jadi suka." Kata Tiur ketika datang menghadiri resepsi pernikahan Dinda yang diadakan sekali lagi di Medan,dirumah kediaman orangtua Dimas. Ngundoh mantu,istilahnya.

"Aku itu nggak mencintainya ya Tiur!" kata Dinda sedikit kesal. "Dan rasa yang kurasakan sekarang masih sama dengan yang ku rasakan dulu. Aku masih tetap tidak menyukainya!"

Tiur terdiam mendengar ucapan Dinda. Perasaan dia nggak ada bilang kata-kata cinta deh tadi kok Dinda malah sewot dan bilang nggak cinta sama dr. Dimas. Aneh..

"Aku benar-benar nggak tahu akan dinikahkan dengan Dimas. Yang penting bagiku waktu itu bisa melanjutkan studiku. Jadi,dijodohkan dengan siapa saja aku ok-ok aja. Nggak tahunya dijodohkan dengan Dimas. Aku pikir aku dijodohkannya dengan Dimas yang lain. Yang namanya Dimas-kan banyak. Nggak tahunya dengan Dimas yang itu!"

"Masa sih kau nggak tahu akan dinikahkan dengan dr.Dimas?" tanya Tiur dengan wajah sedikit tidak percaya.

Dinda menggelengkan kepalanya kuat-kuat.

"Memangnya kau nggak pernah lihat undangan pernikahanmu? Disitukan pasti tercantum nama calon suamimu". Kata Tiur masih sulit untuk percaya pada perkataan Dinda.

"Mamak yang mengurus semua detail pernikahanku ini Tiur. Dari urusan undangan dan lain sebagainya. Aku hanya tinggal duduk manis saja."

"Ooo.." Tiur membulatkan bibirnya lucu. "Hm..aku rasa kau juga pasti nggak lihat foto calon suamimu itukan sebelum kau menyetujui pernikahanmu ini? Kalau tidak mana mungkin kau bersedia dinikahkan dengannya."

"Iya.. Dan itu adalah kesalahan terbesarku." Kata Dinda lemah menyesali tindakan yang telah dia lakukan itu.

"Ah..Tapi bagaimanapun juga kau sangat beruntung Dinda bisa menikah dengannya. Kau tahukan..banyak gadis-gadis yang terpikat pada dr.Dimas dan berusaha mati-matian untuk bisa mendapatkan hatinya dengan menggunakan berbagai macam cara. " Kata Tiur mencoba membesarkan hatinya.

"Sementara kau yang hanya duduk diam saja dan nggak pedulian pada dr. Dimas serta tidak melakukan apapun untuk menarik perhatiannya,eh..akhirnya malah menikah dengannya. Kau sungguh beruntung Dinda.

Dan..aku jamin kau itu pasti akan hidup bahagia dengan dr. Dimas. Bagaimana tidak coba? dr.Dimas itu kan ganteng,pintar,baik hati, nggak sombong meskipun dia itu putra tunggal dari pengusaha kaya-raya yang akan mewarisi seluruh kekayaan orangtuanya. Kau jelas-jelas nggak akan kekurangan seumur hidupmu dengan memiliki mertua konglomerat begitu. Bahkan hingga ke anak-cucumu. Harusnya kau itu bersyukur bisa menikah dengan dr. Dimas. Bukannya malah sedih dan menyesal begitu!" Kata Tiur berapi-api.

Ah Tiur..kau tidak tahu aja gimana tabiat asli Dimas yang kau puji-puji setinggi langit itu persis seperti pedagang di Pasar Petisah yang memuji-muji barang dagangannya. Kalau kau tahu,kau pasti juga nggak akan menyukai Dimas rese itu sama sepertiku.

Pelangi Hati (SELESAI)Where stories live. Discover now