Don't Want! -16-

13.7K 1.6K 75
                                    

[RYOU]

Aku hanya diam meski kedua tanganku sudah memegang mangkuk nasi dan sumpit sedari tadi. Pikiranku sama sekali tidak tenang setelah apa yang terjadi pada Ichimatsu-senpai. Dia harus dikeluarkan dari sekolah.

"Haaah...." aku menghela napas dan meletakkan mangkuk juga sumpit kembali ke meja makan lalu menepuk kedua tangan dan mengucapkan terimakasih untuk hidangannya. "Ryou, kau sama sekali belum makan makananmu.." tegur Aki-nii. "Maafkan aku, Niichan... aku masih kenyang." jawabku seraya tersenyum canggung. "Memangnya sebelum makan malam, kau makan sesuatu?" tanya Reo-nii. "Ya, sebelum pulang aku dan Gotou mampir ke warung ramen." jawabku, berbohong. "Ryou... sudah Niichan bilang bukan? Jangan makan di luar sebelum makan malam." Aki-nii menekuk wajahnya kesal. "Maafkan aku, Niichan.." balasku lalu kembali mengambil sumpit namun Aki-nii mencegahku dan tersenyum lemah. "Tidak sopan makan kembali setelah mengucapkan terimakasih. Kalau kau masih kenyang tidak perlu dimakan, Niichan akan simpan untukmu nanti jika kau lapar lagi, ya?" Aku menganggukkan kepala dan beranjak dari kursiku.

"Arata, Yuuto, jangan sisakan wortelnya." ujar Reo-nii

"Heeh... tapi aku tidak suka wortel!" jawab Arata

"Yuuto juga!" jawab Yuuto.

"Wortel bagus untuk mata kalian, kalau tidak mau makan besok kalian tidak dapat uang saku." ujar Reo-nii, Arata dan Yuuto kemudian merengek kesel mendengar ancaman Reo-nii.

Aku berjalan meninggalkan ruang makan dan kembali ke kamar, merebahkan diri di atas tempat tidur seraya memandang langit-langit kamar.

Apa yang terjadi pada Ichimatsu-senpai benar-benar membuatku gelisah. Aku tahu dia marah karena aku menyalahkan diriku sendiri atas apa yang terjadi, tapi aku melakukan itu karena aku memang merasa bersalah. Aku berjanji untuk melindunginya, tapi aku sama sekali tidak mampu melindunginya.

"Tsk..! Sial..!" umpatku kesal lalu menutup wajahku dengan bantal. Apa yang harus kulakukan? Aku tidak punya wewenang untuk membatalkan Ichimatsu-senpai dikeluarkan dari sekolah. Seraya berpikir apa yang aku lakukan, salah satu ide yang sebenarnya tidak aku sukai muncul dalam benakku. "Apa aku harus meminta Presiden bicara lagi pada kepala sekolah?" gumamku pelan. Tapi aku sama sekali tidak ingin minta bantuan dari orang seperti dia!

"Ryou, apa kau di dalam? Boleh aku masuk?"

"Eh? Ah! Ya!"

Aku bangun dari tidurku dan melihat Luca-niisama membuka pintu kamarku lalu masuk ke dalam kamar, berjalan menghampiriku.

"Luca-nii? Eh? Ada apa?" tanyaku heran melihat kedatangan Luca-nii. Luca-nii menyodorkan sebuah bingkisan kepadaku. "Nagi memintaku memberikan ini untuk Tokiya." jawab Luca-nii, aku mengambil bingkisan yang ia berikan dan membuka isi bingkisan itu. "Eh? Krim yang waktu itu.." ujarku saat melihat krim yang Ichimatsu-senpai minta dari Nagisa-nii. "Tolong berikan padanya, Nagi bilang dia merasa tidak enak karena tidak bisa memberikan krim yang diminta." ujar Luca-nii.

"H-Hmph... besok akan kuberikan. Luca-nii, terimakasih banyak, untuk Nagisa-nii juga." ujarku. Luca-nii menganggukkan kepalanya lalu berjalan menjauh dariku. "Luca-nii, baru pulang kerja?" tanyaku, "sudah makan malam?" tanyaku lagi. Luca-nii membuka pintu kamarku dan menatapku lalu menjawab, "aku akan makan malam di rumah." setelah itu pintu kamarku kembali tertutup.

Aku meletakkan krim yang diberikan di atas meja belajar lalu berlari keluar dan bergegas mengejar Luca-nii yang sedang bicara dengan Reo-nii di lantai satu.

"Ryou? Ada apa?" tanya Reo-nii, aku menatap Reo-nii dan Luca-nii bimbang, apakah aku harus bertanya dan meminta nasehat dari mereka, atau memikirkan jalan keluar lainnya? Tapi aku rasa Luca-nii atau Reo-nii pasti lebih mampu... mereka punya status dan wewenang, bukan? Apa mereka bisa membantuku... bicara dengan kepala sekolah.... memberi uang sogokan supaya—

The Love That Won't Be Apart [ 3 ]Where stories live. Discover now