Don't Want! -20-

13.6K 1.6K 155
                                    

[RYOU]

Setelah hari yang panjang dan melelahkan, aku berjalan pulang ke rumah dengan perasaan yang lebih baik meski badanku masih terasa sakit dan lelah. Aku merasa begitu gembira hanya tahu dengan pasti Ichimatsu-senpai masih diijinkan untuk tinggal di sekolah. Tapi entah mengapa sedari tadi bulu kudukku berdiri dan perasaan dingin tak enak menghantuiku sepanjang hari.

"Oi! Narufumi!!"

Aku menoleh ke belakang ketika mendengar seseorang memanggilku. Di belakangku berlarilah dengan sekuat tenaga Ichimatsu-senpai. "Narufumi!! Tunggu!!" seru Ichimatsu-senpai lagi. Akupun menghentikan langkahku dan kini sepenuhnya berbalik menghadap Ichimatsu senpai. Beberapa detik kemudian Ichimatsu-senpai sudah di depanku dengan napas yang terengah-engah.

"Ada apa, Ichimatsu-senpai?" tanyaku. Ichimatsu-senpai memintaku menunggu beberapa detik sebelum ia menjawab. "Bocah brengsek!!" ujarnya sambil nudingkan jari telunjuk ke arahku. Aku menatapnya heran. "Kenapa tiba-tiba marah padaku?" tanyaku lagi, sama sekali tidak mengerti alasannya marah padaku. "Siapa yang tiba-tiba marah?! Sejak tadi aku sudah menahan diri dari marah!" jawab Ichimatsu-senpai. "Hm?" balasku. "Hm?! Apanya yang HM?!" Tanya Ichimatsu-senpai lagi. "Hm, aku tidak mengerti kenapa Senpai marah-marah." Jawabku lagi.

"Aku marah karena kau tiba-tiba menciumku—"

"Ahhh, kalau soal itu aku minta maaf, lain kali aku akan minta ijin dulu sebelum mencium Senpai."

"AARRGHH!! Kenapa kau bisa begitu santai menjawab seperti itu?!"

"Tentu saja aku tidak santai, tapi mau bagaimana lagi... karena aku juga bersalah dan aku tidak bisa marah pada Ichimatsu-senpai." Jawabku

"Sudah lupakan saja!"

"Maafkan aku..."

Aku menundukkan kepalaku, lalu Ichimatsu-senpai menghela napas panjang. "Lupakan saja, aku sudah tidak marah lagi. Lagi pula kau juga sudah minta maaf! L-Lain kali jangan tiba-tiba mencium begitu!" ujar Ichimatsu-senpai. Aku mengangkat kepalaku dan tersenyum senang ke arah Ichimatsu-senpai. "Aku mengerti! Lain kali aku akan minta ijin! Senpai, bolehkah aku menciummu?" Mendengar apa yang aku katakan, Ichimatsu-senpai membelalakan matanya dan menatapku dengan wajah yang merah. "A-Apa yang kau k-katakan?!" serunya panik, melihatnya panik seperti itu aku hanya tertawa kecil.

"Kalau begitu sampai jumpa besok, Ichimatsu-senpai." Ujarku seraya membungkukkan badan lalu kembali berbalik ke arah jalan pulang. Namun sebelum aku beranjak pergi, Ichimatsu-senpai menggenggam lenganku dan membuatku berbalik ke belakang menatapnya.

"Ada apa?" tanyaku

"U-uh..."

"Ya?"

"Kau...harus... tanggung jawab.." ujar Ichimatsu-senpai lemah dengan wajah merah. Spontan aku menatapnya bingung, "Hm? Tanggung jawab? Untuk hal apa?" tanyaku bingung. Seingatku aku tidak pernah melakukan apapun sampai harus diminta pertanggungjawaban.

"Untuk hal apa, tanyamu? Kau tidak ingat kalau tadi di kantor kepala sekolah kau mengancam akan merampas tindik telingaku dan mencukur habis rambutku kalau aku tidak mengganti warna rambutku?!" ujar Ichimatsu-senpai lalu menonjok lenganku.

"Oh, soal itu rupanya. Apa yang bisa aku lakukan untuk bertanggungjawab?" tanyaku

"A-Aku tidak yakin apa aku cocok dengan warna rambut yang natural... dan kalau harus gantipun aku juga ingin mengganti gaya rambut yang sekarang." Jawab Ichimatsu-senpai.

"Senpai, mau kutemani ke salon?" tanyaku, Ichimatsu-senpai menganggukkan kepala dengan wajah memerah. Melihatnya begitu menggemaskan membuatku tidak mampu lagi menahan diri. Aku mencengkram lengan Ichimatsu-senpai dan menariknya lari bersamaku.

The Love That Won't Be Apart [ 3 ]Where stories live. Discover now