Bertautan

5.2K 303 68
                                    


Ketika rasa itu datang, mungkin kau tak akan menyadarinya. Karena hatimu telah kau bentengi sedari awal. Tapi tetaplah seperti itu, karena aku perlahan akan melubanginya sedikit demi sedikit hingga kemudian nanti menetap erat selalu. Karena sekeras apapun sebuah batu, pada akhirnya akan hancur oleh tetesan air yang menjatuhinya. Begitupula dengan hatimu.

~~~~ Intermezzo. Cilebut, 14 Juli 2016 ~~~~

Mentari mulai menampakan dirinya sedikit demi sedikit. Memancarkan sinar keemasan yang menggantikan pekatnya gelap malam. Burung-burung mulai berkicau merdu, saling bersahutan menyambut pagi. Aroma tanah basah bercampur rerumputan hijau sehabis hujan menghadirkan ketenangan tersendiri. Sisa tetes air hujan yang membasahi dedaunan menampilkan kemilaunya saat ditempa sinar mentari pagi. Membuat suasana pagi terasa damai dan indah. Terlihat sepasang manusia yang tengah terlelap dalam kedamaian tanpa terusik alunan suara burung ataupun terangnya mentari pagi. Keduanya seakan men ikmati kebersamaan mereka saat ini.

Lihatlah! Keduanya tampak memenuhi satu sama lain. Saling memberi kehangatan. Gama tertidur sambil duduk bersandar pada kursi penumpang belakang dan Alle tidur tepat di dada Gama. Lengan keduanya saling melingkupi. Sungguh apabila ada warga atau orang yang tengah melintas melihat keduanya akan beranggapan bahwa mereka adalah pasangan yang sedang berbulan madu dengan cara ekstrem di tengah hutan.

"Euuunghh!"

Sengatan rasa sakit di dadanya membuat Alle melenguh dan mencoba kembali tertidur. Mencari posisi nyaman, Alle bergerak dan semakin melekatkan dirinya pada bidang yang tengah dipeluknya. Tanpa disadari, pergerakan Alle menyentuh sesuatu yang saat ini tengah mengeras tanpa tahu malu.

"Shhhttt...ahh!"

Kening Alle mengernyit saat mendengar suara desahan seorang pria.

Tunggu.

Dirinya nggak salah dengar kan! Suara seorang pria? Sontak Alle membuka kedua matanya lebar-lebar. Lama dipandanginya area tempat ia tertidur saat ini. Pandangannya jatuh pada kancing kemeja yang berderet, terkait erat pada bahan katun yang menempel pas dengan tubuh seseorang . Dan aroma parfum yang akhir-akhir ini selalu hadir di indera penciumannya.

Panik.

Alle langsung menarik diri, bangun dalam kebingungan. Gerakan tiba-tibanya membuat sengatan rasa sakit kembali mendera lukanya. Membuat ia mengeraang menahan sakit.

"Arrgghh!!"

Erangan Alle membuat Gama terbangun seketika. Sesaat dirinya merasa linglung dengan keadaan sekitar. Namun saat ia melihat Alle yang kini tengah memegang luka di dadanya membuat dirinya sadar dan mengingat kembali kejadian tadi malam.

"Alle ... kenapa? Apa terasa sakit lagi? Kau harus duduk tegak agar lukanya tidak terjadi pendarahan," ucap Gama panik jikalau terjadi sesuatu pada Alle.

Alle menggeleng dan mencoba duduk dengan tegak. Beberapa kali ia menarik napas dan menghembuskannya perlahan. Mencoba menenangkan dirinya, agar rasa sakitnya berkurang. Ketika dirasa dirinya sudah lebih baik. Alle membuka matanya dan memandang Gama dengan raut kecemasan.

Namun tak sengaja matanya malah memandang pada sesuatu yang ... ehmmm membuat rona kemerahan di pipi Alle.

"Dasar mesum!" Alle bergumam kesal sembari mengalihkan pandangannya.

"Hah?!" Gama melongo mendengar ucapan ajaib Alle padanya. Lama ia berfikir dan ketika pandangannya mengikuti arah pandang Alle tadi. Ia melihat miliknya yang saat ini terlihat menonjol tanpa tahu malu diantara kedua kakinya. Sial.

Valerrie ( My ANGEL)Where stories live. Discover now