Chapter 3

152 13 0
                                    

"Saya tidak melihatnya, Tuan." Juran mengeratkan bibir setelah mengucapkan penyangkalan, pipinya memerah menahan malu. "Saya tidak melihatnya." Ia bersikeras mengelak, Juran langsung mempercepat langkah untuk segera kabur dari kamar. Sikapnya itu menunjukkan jika dirinya sudah melihat sesuatu milik lelaki itu.

Kening Kangsoo berkerut, padahal ia hanya ingin berterimakasih kerana sudah membersihkan kamarnya.

Juran menghela napas panjang, lega rasanya setelah bisa keluar dari ruangan yang hampir saja membunuhnya karena kekurangan oksigen. Sepanjang lorong ia mengoceh sendirian, mengumpat pada diri sendiri. Bagaimana bisa ia masuk kamar di saat si pemilik masih ada di dalam? Benar-benar bodoh, memang bukan salah Juran, Kangsoo sendiri yang tidak melepas kartu layanan.

"Oh Taejoon, orang itu membuatku merindukanmu." Juran mengambil ponsel di saku, ia memutuskan untuk menghubungi kekasihnya. Kemudian meminta pada Taejoon agar menyewa kamar hotel.

"Aku sedang ada rapat, Sayang. Bukankah saat ini kau ada kursus memasak?" tanya Taejoon mengingatkan.

Juran mengembuskan napas dengan kesal. Ia benar-benar benci berada di dapur, tetapi jika ia tidak menuruti ucapan Taejoon, lelaki itu pasti akan marah. Rasanya ia menyesal telah menghubungi Taejoon. Kalau saja ia tidak melakukan itu, ia bisa saja berpura-pura lupa, kan?

"Tapi suamiku aku baru saja kena pisau kemarin," rengek Juran dengan mempoutkan bibirnya.

"Jangan banyak alasan, sebentar lagi supir akan menjemputmu!"

"Suamiku! Kau tidak mau menyewa kamar hotel untukku?"

"Nanti setelah kau belajar memasak. Jangan banyak mengeluh, kau akan menjadi istri Kim Tae Joon jadi kau harus pintar memasak, apa kau mengerti?"

"Kau punya uang banyak, tidak bisakah kita beli saja?" gerutu Juran pelan.

"Apa?"

"Tidak, tidak. Lebih baik kau melanjutkan rapatmu, aku akan belajar memasak dan membuatkan makanan yang lezat. Tetapi, jika kau macam-macam dengan sekretarismu yang genit itu tamatlah riwayatmu!" Juran mematikan panggilan secara sepihak, ia menyandarkan kepala di dinding sembari merutuki nasib. Bisa-bisanya ia jatuh cinta pada lelaki yang sangat bawel seperti Taejoon.

***

Taejoon melonggarkan dasi, ia merasa sesak. Pekerjaan yang menumpuk membuatnya jenuh, namun tak ada yang bisa ia lakukan kecuali mulai mengerjakan satu persatu. Kekasihnya baru saja mematikan panggilan telepon saat tiba-tiba sekretaris seksinya masuk.

Wanita nan cantik, bertubuh tinggi dengan rambut tergelung rapi itu meminta tanda tangan. Ia sedikit membungkukkan tubuh agar Taejoon dapat melihat lipatan dadanya. Ia juga menunjuk ke arah kertas yang harus ditanda tangani oleh Taejoon. Berani sekali wanita itu, jika Juran sampai tahu bisa panjang urusannya.

Tatapan menggoda sang sekretaris terlihat jelas. Taejoon mengambil pena di saku jas depan dada. Sedikit pun tidak menunjukkan rasa ketertarikan pada sekretaris seksinya. Ia menutup map sedikit keras, tatapannya dijatamkan.

Kesal sudah pasti dirasakan wanita penggoda itu, bukan hanya itu saja rasa malu terukir di wajahnya. Ia membungkuk kemudian keluar ruangan dengan langkah kaki terseret.

"Kau!" Wanita itu berhenti, tersenyum licik lalu membalikkan tubuh. "Dipecat!" tambah Taejoon.

Sudah pasti sekretaris itu akan dipecat. Taejoon adalah lelaki yang menuntut kesempurnaan, bukan hanya pada Juran saja, tetapi pada siapa pun yang berada di dekatnya. Ia tidak akan membiarkan para pegawai bermalas-malasan. Ia paling benci dengan langkah kaki terseret yang juga akan menunjukkan sikap malas para pegawai.

Tak Seorang pun Tahu ✔ #Wattys2020Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang