Thirty

817 38 2
                                    

Saat keluar dari toilet aku terkejut bahwa Nathan sedang bersandar di tembok di samping pintu, aku berjalan dengan cepat melewatinya namun kurasa dia mengikutiku dari belakang.
'Please jangan ikutin gue' Rutukku dalam hati, aura Nathan benar-benar menusuk punggungku bahkan rasanya aku tidak bisa bernapas dengan tenang.

Aku berusaha mencari Tian di antara kerumunan orang-orang, tidak kuhiraukan teriakan Nathan yang memanggil namaku. Aku berlarian menuju ke arah taman belakang dan melihat mereka berďua sedang saling berpelukan, Annisa akan kecanduan pelukan Tian nih bisa-bisa. Niatnya mau isengin Annisa sih ntar aku datang kesana trus pura-pura kesal pasti seru tapi lagi mellow gini suasananya gak jadi deh, bisa-bisa tekanan batin tuh anak.

Kurasakan ada yang menggenggam pergelangan tanganku dan langsung kutepis saat mengetahui itu Nathan tapi dia tetap pada pendiriannya "Dengerin penjelasan gue dulu"

"Dengerin apaan lagi sih? Lo udah punya tunangan dan masih deketin gue?"

"Gue dipaksa tunangan sama dia" jawab Nathan, seketika hatiku melemah dengan ucapannya.

"Tapi intinya lo udah punya calon dan gue juga udah punya pacar" ucapku menguatkan hati.

"Pacar?!" Suara Nathan terdengar sarkas, "Kenapa pacar lo pergi berduaan dengan perempuan lain?" Nathan menunjuk ke arah gazebo.

Aku menggeram kesal dengan sikap seenaknya ini "lo pergi atau gue teriak?"

"Teriak aja" Nathan bersedekap sambil tersenyum sinis.

"Tooo....-" Nathan membekap mulutku dengan tangannya dan menyeretku masuk ke dalam, aku meronta untuk dilepaskan kemudian kami berhenti tepat di pinggir kolam.

"Mau lo apa sih?"

"Gue butuh lo"

"Hah?"

"Selalu ada di sisi gue"

"Kalo gue nolak?"

"Gua paksa" Nathan menarik tanganku tapi kutahan karena aku tidak ingin ikut dengannya hingga dia melepas pegangannya dan

Byaaarrr....

Aku tercebur ke dalam kolam renang, begitu aku memunculkan kepalaku di permukaan air. Bisa kulihat semua orang menatapku terutama pria sialan yang membuatku tercebur ini, aku menatap sinis ke arahnya. Astaga malu sekali rasanya diperhatikan banyak orang.

Semuanya basah kuyup dan aku baru menyadari jika bagian dalam atasanku menerawang karena aku memakai kaos putih langsung saja kututupi dengan kedua tanganku,  aku memandang marah ke arah Nathan dan kulihat dia turun ke kolam lalu melepaskan jaket kulitnya berjalan mendekat kearahku kemudian memakaikannya untuk menutupi tubuhku yang basah.

Nathan menyelipkan sebelah tangannya ke bawah lututku dan satu lagi untuk menopang pundakku, dia mengangkatku ke atas melalui tangga berlapiskan keramik yang ada di dalam sini, pikiranku menyuruh untuk memberontak tapi hati dan tubuhku sepertinya tidak. Aku memperhatikan wajah Nathan, rahangnya terlihat mengeras dan kedua alisnya bertautan. Astaga sepertinya malam ini aku menyaksikan sisi gelap pria ini, melihat wajahnya seperti itu membuatku mengurungkan niat untuk melawannya.

Orang-orang menatap kepergian kami yang meninggalkan jejak basah di lantai karena tetesan dari bajuku yang basah, Nathan memasukanku ke dalam mobil hitamnya dan meletakkanku dengan lembut di kursi penumpang kemudian dia masuk ke kursi pengemudi.

Kami saling berdiam diri di dalam mobil tidak ada percakapan apapun hingga berhenti di sebuah toilet umum?! Kenapa harus toilet umum?!

Nathan memberikanku stelan pakaian dan kulihat dia juga membawa miliknya, kami masuk ke dalam toilet masing-masing, setelah kulihat ternyata Nathan memberikanku celana dan hoodie miliknya yang kebesaran saat kupakai. Kuputuskan untuk memakai hoodie hitam tebal itu saja yang panjangnya sampai ke lututku.

Love Different Religion (On Revision)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang