epilog

1.7K 45 0
                                    

Sudah kuputuskan akhir cerita ini...
_______________

Alifah duduk di tepi kasur kamarnya. Tempat yang merupakan kamar pengantinnya, yang sudah dihias dengan rangkaian bunga.

Dia terlihat sangat gugup, wajah nya yang sudah disapukan make up tipis itu sedikit menutupinya sehingga tidak terlihat pucat. Kakinya tidak bisa diam begitupun tangannya yang mencengkram ujung sprei kasur.

Kebaya peach yang dipakainya itu membuatnya kegerahan. Pintu kamar dibuka dan masuk lah para bridesmaid nya yang merupakan para sahabatnya, yang juga mengenakan gaun khusus berwarna sama dengan kebaya pengantinnya.

"Santai aja, masih pagi ini" kata April dan Alifah tidak mengerti maksudnya.

"Apasih! Gak jelas lu" sentak Alifah.

"Santai aja sih fah!" Eka menepuk pundak Alifah yang tegang.

"Mending kita foto dulu" seru Annisa yang sudah bertransformasi menjadi bumil sosialita.

"Siapa yang fotoin?" Tanya April.

"Tenang aja... gue bawa tiangnya" Annisa langsung mengeluarkan alat penyangga itu dan memasangnya di depan lalu mengaktifkan timer dan ikut berkumpul.

Cekrek...

Baru saja foto pertama itu selesai diabadikan. Brian muncul di depan pintu kamarnya. "It's time"

Angin semulir dari pantai menerbangkan anak rambut Alifah yang dibiarkan keluar. Dia hanya tampil dengan sederhana, menata rambutnya ala bridehair namun sederhana dan tidak menggunakan hiasan apapun lagi. Make up tipis yang terkesan natural terpoles di wajah tirusnya. Dan kebaya sederhana khas adat jawa berwarna peach yang tampak pas membalut tubuhnya.

Akad nikahnya itu berlangsung di tebing yang mengarah ke pantai. Tebing itu terlihat sangat tepat karena  rerumputan yang tumbuh disekitarnya ditambah tempatnya yang tinggi.

Alifah mengeratkan pegangannya pada lengan Brian yang menjadi pendamping nya menuju Nathan. Dia gugup. Nathan yang mengenakan stelan jas putih dengan dasi kupu-kupu hitam bertengger manis di sekitar lehernya terlihat tersenyum bahagia hingga menggosokkan matanya yang terlihat berkaca-kaca karena saking bahagianya.

Alifah pun ikut tersenyum lembut menatap pria yang akan menjadi pendamping hidupnya itu. Sejenak rasa gugup menghilang dari dalam dadanya. Matanya hanya terpaku pada satu titik dan itu Nathan. Hingga Brian melepaskannya, menyerahkan Alifah pada Nathan yang diterima dengan lembut olehnya.

"Bismillahirrahmanirrahiimm..." ucap penghulu itu sebagai pembuka.

Flashback on

"Nathan aku sedikit ragu mengingat kita..." Alifah menggantungkan kalimatnya dan menatap Nathan yang sedang merangkulnya dari samping.

Saat ini mereka berada di balkon apartemen Alifah setelah pulang dari pesta.

"Berbeda?" Sambung Nathan dan dibalas anggukan oleh Alifah

"Saat aku pergi ke turki setahun yang lalu aku bertemu dengan Ahmed, dia teman bisnisku disana dan dia memahami islam dengan begitu dalam."

"Saat ada waktu luang dengannya aku bertanya-tanya mengenai islam. Hingga seminggu kemudian aku memutuskan untuk pindah agama dan selalu belajar dengannya"

"Aku memberitau ibuku dan dia terlihat setuju dengan keputusanku dan dia juga akan ikut menjadi muslim"

"Apa motivasimu?" Tanya Alifah saat Nathan berhenti bicara.

"Haa?"

"Apa motivasimu pindah agama?"

Nathan mendekatkan mulutnya ke telinga Alifah "tentu saja untuk memilikimu" nafas hangat Nathan menggelitik kedalam telinganya, membuat Alifah merasakan sensasi geli. Kedua pipi nya ikut merona mendengar nada kepemilikan di dalam suara Nathan.

Love Different Religion (On Revision)Where stories live. Discover now