Part 15

17K 1K 17
                                    

Aku mematut diriku dicermin. Seragam telah kupakai dan juga tas.  Begitupun sepatu. Oke semuanya lengkap. Ku pandangi wajahku yang hanya di poles bedak bayi. Tidak tebal. Tapi kenapa terasa ada yang kurang? Oh aku tau, kurang cantik. Baiklah ku akui, aku memang tidak cantik. Tapi aku manis, menurutku saja sih. Mataku turun mengamati bentuk tubuhku di cermin.

Lupakan tentang cantik, manis, ataupun tinggi. Fokus pada tujuanmu Rain, kau ke sekolahan untuk menuntut ilmu bukan pacaran. Ya, walaupun aku pacaran sih tapikan tidak mengganggu jam belajarku. Membela diri sendirikan tidak melanggar hukum.

"Bukan begitu?" tanyaku pada pantulan diriku di cermin.

Sejenak aku terdiam, lalu mataku turun ke bawah. Ku perhatikan bentuk bibirku yang tidak terlalu tipis, terlihat sebuah luka di sudutnya. Tidak terlalu menonjol namun samar.

Aku termenung sambil mengelus sudut bibirku "kenapa bisa luka ya? Apa aku tadi terjatuh dari  tempat tidur?...ah, tapi rasanya tidak. Ada apa ya?"

Kilasan demi kilasan ingatan berusaha ku ingat. Mulai dari kegiatan pagi, malam kemarin hingga waktu di sekolah. Tapi tidak ada satupun kejadian ganjal yang membuat bibirku bisa seperti ini.

"Ah, masa di cium hantu jadi seperti  ini sih?" Racau ku tak jelas.

Lalu aku tertawa mendengar perkataanku sendiri "hahaha...aduh, otakku error kayaknya. Masa dicium ha-"

Mataku langsung terbelalak mendengar kata dicium. Dalam sekejap otakku memproses kejadian saat di peepustakaan. Kemudian terbayang aku dihukum, pertengkaran antara lano dan agung, dan berhenti pada kejadian....

Jangan lakukan lagi....

Karena kau hanya milikku...

Suara lano terus terngiang di kepalaku seiring menyusul kejadian yang membuatku ingin membenturkan kepala ke cermin.

Rasanya darah yang ada di sekujur tubuh langsung naik ke wajah. Begitu pun jantung, yang semula memompa dengan normal kini menjadi tak terkendali. Wajahku bahkan tak ubahnya tomat busuk.

"Aaaaaaa.... mati aku!"

Tidak, tidak, aku harus bagaimana sekarang? Bagaimana caranya aku menyingkapi ini semua? Aku tidak punya wajah lagi untuk sekedar bertemu dengan lano. Tapi yang mulai duluankan lano, bukan aku. Kenapa aku harus malu?

"Tapi yang minta nambahkan kamu" ujar hatiku

Jantungku serasa ingin melorot ke perut. Kepalaku tertunduk lesu. "Kau tidak memiliki harga diri lagi, rain"

Terdengar ibu mengetuk pintu, badanku langsung tegap  "ada temanmu di luar..."

Please, jangan Lano

"....Katanya dia pacarmu" lanjut ibu

"Bentar bu, aku mau operasi plastik dulu" cicit ku lemah. Lalu membenamkan wajah ke bantal.

***

Menghindari tatapannya, berjalan tak tentu arah. Lalu ketika rasa penasaran ingin melihat dirinya muncul. Mataku langsung bertemu pandang dengannya dan aku langsung berbalik arah kembali ke rumah. Padahal jelas-jelas Lano berdiri menungguku dengan kedua tangannya yang ia masukan ke saku celana. Baiklah, mungkin dia menganggap tingkahku ini aneh. Tapi siapa sih yang memiliki percaya diri jika dia melakukan sesuatu hal yang konyol di depan orang yang kau sukai!

Melalui celah korden, aku melihat Lano yang memandang pintu rumahku dengan kening berkerut. Kemudian matanya membentuk lengkungan dan salah satu tangannya menutupi bibirnya dengan bahu yang bergetar.

Jangan bilang dia mentertawakanku?

"Kenapa nggak disamperin?" Ibu menunjuk Lano dengan dagunya.

Diary Of Rain [END]Where stories live. Discover now