6. Mission (Un)complete

21.2K 3K 326
                                    

Warning! Part ini rada panjang mwehehe😂😂


Mingyu

Aku merebahkan tubuhku di atas sofa sambil melepas dasiku yang serasa mencekik leher. Akhirnya aku bisa merasakan apa itu bebas dari lembur. Haha.

"Aku pulang!"

Suara cempreng dari ambang pintu berhasil menyentakku. Mataku melebar melihat kondisi Daerim yang hampir basah kuyup. Jadi dia baru sampai rumah?

"Hei, kenapa tubuhmu basah? Nggak bawa payung?" tanyaku sambil menghampirinya. Dia hanya meringis.

"Tadi ada yang minjemin sih om. Tapi gara-gara naik bis, jadi ya gitu. Basah dikit nggak apa-apa kan."

Aku berdecak pelan. Bisa panjang urusannya kalau Hansol sampai tahu. "Kok nggak naik taksi? Kenapa nggak telepon aku saja? Kakakmu bisa marah besar tahu!"

Dia memasang senyum cerah khas perempuan puber. Apaan sih? Susah mendeskripsikannya.

"Om khawatir ya? Uh, aku meleleh nih."

Aku mendesah pelan. "Cepat mandi terus ganti baju. Aku buatkan susu hangat," perintahku. Terserah dia ah. Namanya juga peduli sama adik. Wajar dong.

⚫⚫⚫


"Pokoknya aku mau masuk, kak! Aku ada ulangan nih!"

"Nggak, dik! Lihat, wajahmu pucat, badanmu panas. Pokoknya istirahat di rumah. Kakak temenin."

Aku hanya menggelengkan kepala mendengar pertengkaran mereka (yang kenapa harus dilakukan di meja makan?)

Daerim menghentakkan kakinya kesal. Aku jadi ingat dulu dia pernah seperti Daerim. Sakit, tapi memaksakan diri masuk sekolah. Dan hasilnya dia pingsan.

Aku mendesah pelan. Kenapa tiba-tiba jadi ingat dia?

"Adik kecil, kau tidur di rumah saja. Okay? Ambil cuti ditengah-tengah kesibukan itu susah loh. Anggap saja ini waktumu dan Hansol buat berduaan."

Daerim menatapku dengan mata polosnya lalu mengangguk. Sebenarnya apa yang aku lakukan? Dia begitu patuh haha.

Setelah menyelesaikan sarapanku, akupun bergegas berangkat ke Jeon Grup menggunakan mobil Hansol. Laki-laki itu melarangku mencari apartemen dan membeli mobil. Padahal uang tabunganku lebih dari cukup untuk mendapatkan semuanya. Dasar.

Rutinitas awalku masih seperti biasa. Mengecek dokumen-dokumen penting seperti surat kontrak, obligasi dan file-file dari investor lainnya. Entahlah, Jeon Wonwoo mempercayakan semuanya padaku. Dia hanya ingin terima beres. Tanda tangan dan selesai. Kata Pak Song sih, dia memang selalu mengandalkan tim hukum dalam berbisnis. Maklum, dia masih pemula.

Jeon Grup ini luar biasa. Untuk ukuran perusahaan besar, mereka termasuk bersih dari pelanggaran hukum. Super sekali.

"Maaf, pengacara Kim. Pak Jeon ingin bertemu."

Aku menyerngitkan dahi mendengar suara Songmi. Dia sekretarisku kalau kalian penasaran. Entahlah, Jeon Wonwoo yang mempekerjakan dia. Padahal aku tidak terlalu butuh sekretaris.

"Baiklah, suruh dia masuk."

Aku merapikan kertas-kertas di atas meja. Tumben dia datang langsung? Biasanya Pak Song yang ambil dokumennya.

"Boleh aku duduk?"

Aku menatapnya sejenak lalu membungkukkan badan. Dia tetap bosku kan?

"Silahkan," jawabku. Wonwoo duduk di hadapanku, dan yeah. Super canggung. Kita belum pernah mengobrol selama aku bekerja disini. Dia terlalu sibuk. "Dokumen dari perusahaan China belum selesai aku periksa. Mungkin siang nanti pak Song bisa mengambilnya."

Om Mingyu✔Where stories live. Discover now