CHECKMATE

81 3 0
                                    

Ch. 1

Langit musim gugur masih begitu setia memayungi kubah langit Kyoto. Warnanya tampak kemerahan, terlebih lagi pada sore hari seperti saat ini. Sepasang mata milik seorang gadis kecil yang berusia 8 tahun tampak sedang menikmati pemandangan langit musim gugur dengan perasaan hampa. Sangat hampa. Ia teringat akan apa yang dikatakan oleh sang kakak setahun lalu.

FLASH BACK

" Chika dengar baik-baik. Sekarang kita akan pergi ke Jepang. Lupakan apa yang pernah kau lihat tadi. Lupakan semuanya. Dan jangan sampai siapa pun melihat tanda yang terukir di lengan kanan serta wajahmu itu. " kata sang kakak kepada adiknya yang masih berusia 7 tahun.

" Kakak yakin kau pasti mengertikan, Chika? " kata sang kakak lagi samba ltersenyum kepada adiknya.

Sang adik – Chika – mengangguk seraya bahwa ia mengerti.

" Aku ragu kalo Chi mengerti... " kata sang kakak kedua – Kuro.
" Jangan khawatir, di usianya ini bisa dibilang ia termasuk orang yang jenius. " kata sang kakak kepada adiknya – Kuro .

FLASH BACK END

Ishikawa Chika atau yang biasanya dipanggil Chika menatap keluar jendela kereta pai yang sedang melesat. Chika masih tetap berdiam diri begitu sampai di Kyoto. Kyoto dikenal sebagai tempat peristirahatan orang-orang Jepang dari hiruk-pikuk kesibukan di Tokyo. Kyoto bukanlah kota yang kecil hanya saja populasi penduduknya tidak seramai dan sepadat di Tokyo, lagi pula Kyoto masih kental dengan unsur tradisional Jepang.

Chika dalam genggaman seorang pria berusia sekitar 30-an, sedang berjalan melalui beberapa rumah yang berderet. Beberapa menit kemudian pria tersebut menghentikan langkahnya di depan sebuah bangunan khas orang jepang. Paling tidak itulah tanggapan Chika ketika melihat rumah adat tersebut.

" Mulai sekarang kau akan tinggal disini... " kata pemuda tersebut sambil menatap Chika.
" ... " Chika hanya diam. Ia membalas kata-kata pemuda tersebut dengan sebuah anggukan.

Drap... drap... drap... suarah langkah kaki sesorang yang sedang berlari semakin lama semakin mendekat. Pintu kemudian dibuka dan disusul oleh munculnya seorang laki-laki berusia sekitar 14 tahun. Begitu melihat kedatangan ayahnya ia langsung menuju pintu depan dan membukanya ia tertegun sejenak sambil menatap Chika, tentu saja kemudian ia bertanya :

" Ayah, siapa gadis kecil itu? "
" Ah. Mulai hari ini dia akan menjadi adikmu, Shu. " kata sang ayah kepada laki-laki tersebut begitu masuk ke dalam rumah.
" Siapa namanya? " tanya Shu kepada ayahnya lalu menatap Chika.
" Chika, begitulah orang-orang dip anti memanggilnya. " ujar ayah sambil mengambil air untuk dirinya serta untuk Chika.
" Kenapa kau tidak mengajaknya ngobrol Shu? " tanya ayah sambil memberikan gelas berisi air kepada Chika.

" Ide bagus. Nee, siapa nama panjangmu Chiaka? " tanya Shu sambil menatap Chika yang akan menjadi adiknya tersebut.

Chika menatap bingung kearah Shu. Chika tidak mengerti. Ia justru balik bertanya :

"Dicosa stai parlando? "
" ... " Shu hanya menatap adiknya dengan wajah bingung.
" Can you speak English? " tanya Shu beberapa saat kemudian.
" What are you talking about? " ujar Chika mengulangi pertanyaannya.
" I asked What's your full name? " jawab Shu masih dengan tatapan bingung.
" Oh, My name is Ishikawa Chika. Nice to meet you. " kata Chika begitumenyadari apa yang ditanyakan oleh Shu kepadanya tadi.
" Nice name. Where- " sebelum menyelesaikan pertanyaannya Chika langsungmenjawab seakan-akan bisa menebak apa yang ingin ditanyakan oleh Shu.
" Thanks. I'm from italia. " jawab Chika sambil tersenyum kecil.


CHECKMATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang