Happy satnite... hahaha... entah yaaa aku lagi gak pinter berkata kata ini, jadi yaudah deh happy reading aja yaaa... wkwkwkk...
Ohiyaa... buat yang masih pengen peyuk peyuk Mas Langit versi berlembar-lembar kertas masih bisa yaa...
Inbox aja aku di wattpad kalo repot nyari sosmed aku yang lain yaa... wkwkkk...Udah sih gitu aja happy reading egen cayaaang...
***
Dengan amarah yang masih menggebu, Fabian menarik kasar tangan Nessa. Membanting pintu apartmentnya, Fabian mendorong wanita itu ke atas sofa. Tangannya langsung berkacak pinggang, padahal yang sebenarnya ingin di lakukan Fabian adalah mencekik Nessa sekarang.
Sudah gatal rasanya, well, sebenarnya Fabian tak keberatan menjadi pembunuh. Hanya saja, ia benci jika harus mendapat pukulan sana sini dari keluarganya sendiri. Juga sumpah serapah ibunya, yang pastinya akan di barengin dengan linangan air mata.
Fabian benci menjadi durhaka.
"Kesabaranku tidak banyak, Nessa." Suaranya mendesis dan tak bersahabat. "Katakan apa motifmu? Kamu hanya punya 30 detik untuk menjawab. "
Ketakutan dalam intimidasi fabian yang mengerikan membuat Nessa gemetaran. Ia yang hanya terbalut gaun tidur biru tanpa jaket, menggigil. Bukan hanya karena kedinginan, namun juga ketakutan.
Tanpa manusiawi tadi Fabian menyeretnya. Memasukannya dengan paksa ke dalam mobil, bahkan tak menghiraukan halangan Dylan. Fabian sudah kalap, ia butuh waktu berdua dengan Nessa. Kepalanya hampir meledak, dan jantungnya sudah menderak hingga ia bisa merasakan darah menggelegak di dalam tubuhnya.
Fabian tahu Dylan pasti mengikuti mereka. Dan Fabian tak peduli jika saudaranya itu nanti menggedor pintunya. Di sini ada pihak keamanan. Masa bodoh saja dengan Dylan.
Sekarang atensinya hanya berfokus pada wanita yang tengah meringis. Entah karena kesakitan, entah karena ketakutan. Terserahlah, yang penting ia sudah mendapatkan wanita itu. Tinggal mengeksekusinya saja.
Bangsat!
"Mas..."
Fabian menggeleng kuat, ia menggertakkan gigi. "Bicara saja langsung, brengsek!"
Nessa menangis, matanya memanas sementara gemetar tubuhnya tak mau berhenti. "M-maaf..."
"Bicara yang jelas, Nessa!"

YOU ARE READING
Not Perfect Tears
RomanceNessa mengandung bayi Fabian. Namun semesta mengharuskannya menerima lamaran Dylan, saudara kembar Fabian. Nessa pikir, perihnya hanya sampai di situ. Namun Tuhan, tidak berkata demikian. Sebab alih-alih bahagia dengan pernikahannya, Nessa harus me...