2.3

23.4K 2K 32
                                    

Goddammmiittt!!! Apa dia bisa berhenti menjadi seorang penguntit? Atau berhenti saja membuatku terkejut dengan kedatangannya.

Dia menahan senyumnya. "Kenapa, Barbie? Kenapa selalu terkejut melihat pujaan hatimu, Pangeran Ken?"

"Apa yang kau lakukan di sini?!"

"Bebas. Ini perusahaanku."

"Maksudku di toilet wanita, apa kau berencana di kebiri seperti pacarku yang sedang koma?"

"Hei, hei, jaga mulutmu, Nona Winsley. Kau tidak tahu berbicara dengan siapa."

Aku mengibaskan tanganku lalu menyambar tasku dan berdiri dengan menantang ke arahnya. "Aku tahu siapa yang kuajak bicara. Dia adalah bossku, separuh waktu orang tolol, separuh waktu penguntit, dan sepanjang hari sebagai tukang perintah!"

"Pluss!!" Bentakku. "Separuh waktu berharap ingin di kebiri."

Wajahnya jadi datar. Dia marah. Oh, aku senang sekali dia marah. Dia marah dan membuat orang lain marah sepanjang waktu. Dia pantas mendapatkan itu.

"Don't you dare said that anymore."

"Kenapa?" Aku melipat tangan di dadaku dan mendongak untuk menantangnya. "Kau sudah menghina pizza keju yang suci. Dan kau terus mengulanginya meskipun aku tidak suka."

"Kau ingin bertengkar lagi? Kau ingin gulat lagi? Itu cuman pizza! Aku akan membelikannya satu ton untukmu!"

Aku mendengus.

"Omong kosong. Kau bahkan tidak mengganti persediaan sosis di lemari pendinginku. Jangan sok kaya!"

Well, sebenarnya Ethan memang kaya. Hanya saja egoku terlalu tinggi.

"Hentikan, Barbara! Atau aku akan--"

"Akan apa? Memecatku? Tidak berhak! Tidak ada orang lain yang melihat pertengkaran kita!" Tukasku lalu mengeringkan tanganku ke rok-ku.

"Or I'll fuck you here. Over and over and over and over." Jawabnya dengan ekspresi wajah yang dia gunakan saat dia berpidato formal di hadapan banyak orang.

Aku menutup mulutku merasa aku di intimidasi. Dia selalu berhasil membuatku bertekuk lutut kalau dia memasang wajah formal itu.

Kepalaku memutar kejadian di restourant malam itu ketika Ethan mengajakku kencan untuk yang ke dua kalinya. Dia seperti selayaknya direktur yang mendemonstrasikan pekerjaan kami di awal wawancara beberapa waktu lalu. Dia sangat tampan waktu di restourant dan aku hampir berpikir kalau mungkin Ethan adalah orang yang sulit aku raih. Terlalu kaya, terlalu tampan, dan terlalu sempurna sampai aku takut membayangkannya.

Kemudian dia bertanya tentang keluargaku. Bertanya banyak hal seperti kisah hidupku adalah dongeng sebelum tidur yang paling keren.

Dan malam itulah, dimana aku berbagi ranjang dengannya. Jangan tanya bagaimana dia di ranjang. Dia sangat hebat dan maniak. Oh, astaga. Aku benci menyebut dia maniak.

Sampai malam itu baik-baik saja, dia Ethan yang formal. Tapi ketika di pagi hari BLAMMMM!! dia tolol, menendangku terjun dari ranjang dan menertawakanku karena aku ngorok.

The fuck.

"Jadi aku harus menyeramkan dulu baru kau diam?" Ujar Ethan yang tanpa kusadar dia sudah membuatku terpojok ke wastafel, wajahnya beberapa inchi di depanku.

Aku kembali pulih dari trans pertama kami kencan dan aku gugup karena dia seperti ini. Dengan spontan aku tertawa gugup.

"Kau bahkan tidak bawa peluru, jangan macam-macam." Well, peluru adalah kode yang berarti kondom. Kami tidak bahas kondom terang-terangan di tempat kerja.

Dia memiringkan kepala ke satu sisi dan menunjukan paket yang banyak membuatku menahan nafas.

"Whoa, itu paket yang keren."

"Yeah, dan peluru ini akan menolongku untuk menembakmu, Idiot Barbie!"

Mataku melotot ke arah Ethan. "Tidak! Cukup tidak! Jangan disini! Apa kau tolol?!!!"

*****

Living With an Idiot Where stories live. Discover now