-Dua-

28.5K 1.4K 16
                                    

Warning!

Cerita ini absurd-nya kebangetan. Tapi, mohon di maklumi ya 🙏😊

*****

"Bunda, ada yang ingin bertemu."

Astrid muncul di ambang pintu ruangan Khanza, di belakangnya ada seorang wanita paruh baya yang tampak elegan dan terlihat segar di usianya yang sudah tidak muda lagi. Wanita itu tersenyum ke arah Khanza setelah sebelumnya Khanza menyuruh Astrid kembali dan mempersilahkan wanita paruh baya itu untuk duduk di sofa kecil yang menghadap ke meja kerja Khanza.

"Sebelumnya perkenalkan nama saya Arumi, kamu boleh panggil saya Tante atau apapun asal jangan panggil saya Ibu, ya."

Khanza tersenyum seraya mengangguk, sedikit geli dengan tingkah wanita yang ada di hadapannya. "Nama saya Khanza," ucapnya sambil menerima uluran tangan kanan Arumi.

"Cantik sekali," puji Arumi. "Oh iya, saya ke sini untuk memesan baju pengantin, rencananya pernikahan itu akan di adakan satu bulan lagi, saya mau baju pengantin yang elegan dan indah."

Khanza mengangguk, "Baik Tante, saya akan buatkan desainnya."

"Tolong buatkan yang paling indah ya Khanza, indaaaaahh sekali.. saya mau buktikan pada keluarga pengantin pria yang sombong itu kalau keluarga saya mampu membeli baju pengantin yang indah dan mahal."

"Itu calon menantu Tante.."

"Oh bukan bukan, dia bukan calon menantu saya karena yang akan menikah itu bukan anak saya tapi keponakan saya. Berhubung keluarga wanita memang sedang sibuk sana sini, jadi saya di utus mencari butik untuk memesan baju pengantinnya."

"Oh begitu."

"Dan berhubung ada teman saya yang merekomendasikan butik ini, akhirnya saya datang dan bertemu kamu. Ngomong-ngomong, kamu hanya desainer atau merangkap pemilik?"

"Saya desainer sekaligus pemilik butiknya, Tante."

"Whooaa.. masih muda tapi sudah sukses, hebat! Itu bagus, sibukkan dulu masa muda sebelum punya anak nanti."

"Saya sudah punya anak, Tante."

Arumi tersenyum kikuk, matanya menatap Khanza dengan ragu. Namun, senyum tulus dari wanita di hadapannya membuat Arumi ikut tersenyum tulus. "Tante kira kamu belum punya anak, masih muda sekali. Suami kamu pasti beruntung karena punya istri seperti kamu."

Khanza kembali tersenyum, setelah sedikit basa-basi mereka kembali melanjutkan obrolan tentang desain baju dan curhatan Arumi tentang keluarga pengantin pria yang sombong. Dua jam mereka terlarut dalam obrolan seru hingga Arumi memutuskan untuk kembali pulang.

"Karena anak Tante yang sensitif itu udah dateng buat jemput Tante, jadi obrolan kita sampai di sini aja."

"Iya Tante, Tante boleh kembali lagi setelah pembuatan bajunya selesai tujuh puluh persen, mungkin akan memakan waktu hingga dua minggu, Tante bisa sesekali ke sini untuk melihat hasil rancangannya sebelum bajunya selesai seratus persen."

"Baiklah Tante mengerti. Kalau begitu Tante permisi dulu ya. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam," Khanza tersenyum seraya menatap Arumi yang sudah menghilang di balik pintu.

¤¤¤

"Mama lama banget sih, Harris harus balik lagi ke kantor. Emang di rumah nggak ada siapa-siapa gitu sampai harus Harris yang jemput?"

Arumi baru duduk ketika ia di teror kalimat oleh anaknya. Harris terlihat santai dengan kemeja biru laut dan celana kain berwarna hitamnya. Tadi Arumi memang sengaja menelepon Harris untuk menjemputnya di butik Khanza, tadi ia di antar Alana yang kebetulan akan berangkat kuliah, jadi untuk urusan pulang ia memilih Harris untuk menjemputnya.

Istri Pilihan AllahWhere stories live. Discover now