-Empat-

23.9K 1.4K 15
                                    

Sudah tiga hari berlalu sejak obrolan Harris dengan Arumi, Armadi dan Alana di ruang keluarga. Sejak saat itu pula Harris jarang melihat Arumi berada di sekitar rumah, entah itu di dapur, ruang keluarga atau pun taman belakang. Harris berpikir kalau Ibunya memang benar-benar marah dan tidak ingin bertemu dengannya. Dan Harris, Harris benar-benar merindukan Ibunya yang cerewet itu.

"Aku mau nonton tv, sekarang giliran aku." Alana merebut remote televisi yang sedang di genggam Harris.

"Emang tv kamu kenapa?"

"Rusak."

"Sejak kapan?"

"Tadi pagi."

"Kamu kenapa sih?"

"Nggak apa-apa."

"Lihat Abang, Lana."

Harris menarik pundak kiri Alana supaya mau berbalik dan menatapnya. Alana memang menatapnya, tapi hanya sementara karena setelah itu Alana justru mangalihkan pandangannya ke sembarang arah.

"Kamu marah sama Abang?"

"Kenapa aku harus marah?"

Harris mendengus kesal. "Dari tadi kamu cuekin Abang, jelasin alasan kenapa kamu marah."

"Aku emang marah sama Abang. Gara-gara Bang Harris Mama jadi nggak mau makan dari kemarin, Mama juga nggak mau keluar kamar dari tadi pagi."

"Apa?" Harris terkesiap begitu Alana menyelesaikan kalimatnya. "Kok kamu nggak bilang Abang?"

Alana memutar matanya. "Emang kalau aku bilang sama Abang, Bang Harris mau lakuin apa buat Mama? Percuma kan? Keinginan Mama nggak bakal terpenuhi gitu aja."

Lagi, perasaan Harris kembali tertampar untuk ke sekian kalinya. Ternyata Ibunya sudah berubah gara-gara dirinya.

"Coba deh Abang ngerti perasaan Mama sekali aja. Bang, Mama itu pengen punya menantu, pengen punya cucu juga. Susah ya buat Abang cari cewek terus di seriusin gitu? Nggak harus Mbak Khanza kok, Mama juga nggak paksa Abang buat nikah sama Mbak Khanza kan?"

"Tapi Lana.."

"Stop! Selama Mama belum mau bicara sama Abang, Alana juga nggak mau bicara sama Abang. Udah ah, Alana laper, mau masak mi instan dulu."

Harris ikut beranjak dari sofa kemudian mengikuti langkah Alana menuju dapur dan memperhatikan gerak-gerik adiknya dari balik meja bar. Lucu sekali Alana saat ngambek seperti ini, sebelas duabelas dengan Ibunya. Jika sedang marah, mereka pasti sama-sama bungkam dan mengacuhkan lawan bicaranya. Seperti saat ini.

"Alana jangan ngambek dong, Abang kok nggak enak hati gini ya."

"Biarin!"

"Ciee.. yang lagi marah, nanti Abang beliin makanan deh, keripik singkong, keripik kentang atau cokelat? Atau kita belanja? Abang beliin kamu apa aja deh."

"Nggak mau!"

Lagian Papa udah kasih aku uang jajan sama uang belanja, Alana membatin.

"Yakin mau marahan terus sama Abang?"

"Ih Abang! Aku kan udah bilang kalau Mama masih marah berarti aku masih marah. Abang ganggu aja deh, pergi sana."

Harris terkekeh geli, Alana sedang marah dan tidak ingin bicara katanya? Tapi kenapa dia malah bicara panjang lebar seperti itu. Dasar menggemaskan!

¤¤¤

"Hallo assalamualaikum, Tante?"

"Waalaikumsalam, ini Khanza?" suara parau Arumi menyahut di seberang sana.

Istri Pilihan AllahWhere stories live. Discover now