Puisi 17 || Eviden

553 49 6
                                    

Dan,
dikau,
kembali,
tak terkira.

Enam bulan,
desus berdesau,
tiadalah kupeduli,
lebih lagi risiki dura.

Aku teguh.
Aku tangguh.
Aku bersungguh.

Kepadamu.
Hanya dirimu.
Tiada duplikatmu.

...

Tuhan lunaskan kerinduanku,
bordir takdir, memalu kelu,
kausal suaku denganmu,
tertunu nian kontinu.

Kuas-kuas kuasi mengelupas,
di mana lamina nyana fana,
dibalur hening janur kuning.

Berjanji suci menguji kunci,
syahdan badan berpadanan,
adalah jodoh, kaulah jodoh.

Menjajaki diskontinu,
aversi friksi tiada temu,
apkir blokir bertalu-talu,
khatamkan perjuanganku.

...

Dan,
dikau,
kembali,
akhirnya.

Enam bulan,
lumati spekulan,
bak baru kemarin,
kuhadiahimu cincin.

Aku teguh.
Takkan kujauh.
Keniscayaanku riuh.

Ingin bersamamu.
Mempersuntingmu.
Benderang cintaimu.

...

Ke arahmu,
aku berlari,
meraihmu,
menggapai.

Tetapi,
semua ini,
yang terjadi,
tinggal ... ilusi.

Pelukan itu....
Senyuman itu....
Intim kecupan itu....
Bukanlah untukku....

Jatuh....
Runtuh....
Merapuh....
Kau selingkuh!

Kepada lelaki lain kau bermanja!
Aku mencoba untuk setia!
Justru kaupilih dia!
Engkau malah mendua!
Bahkan ... t'lah berbadan dua!

[]

Gladiola {Wattys Award Winner}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang