Puisi 22 || Ofensif

530 48 2
                                    

Hadirku di sini....
Hadirku di ruangan ini....
Hadirku di persalinanmu kini....
hanyalah filantropi bersih, tidak lebih.

Aku tabah berkat angan-angan.
Aku gagah berkat perjuangan.
Aku tangguh lewat harapan.
Aku teguh lewat tahapan.

Sekarang, kita berparak sebab jarak.
Tuntas sudah linang duka beri babak.
Sempurnalah kisah kita menyemarak.
Lalu kupasrahkan detik kremasi retak.

Namun, tiba-tiba, aku ... bingung.
Melenggang pada dua lajur linglung,
dentum sukma ini tiada bisa dibendung.
Mendesislah antitesis sentimen, merundung.

...

Berdiri aku memandangmu dari jauh,
berpartisi kaca rumah sakit tak kuacuh,
di sana hidup dan matimu sedia bertaruh,
'kan lahirkan buah hati, dambamu sungguh.

Jemarimu mencapai jemarinya.
Tatapanmu menggapai tatapannya.
Semangat ronamu tersimpai dengannya.
Dan hangat cintamu t'lah sampai kepadanya.

Tiap embusan napas menjelma dinamit,
terbaring di antara bidai menit-menit rumit,
sentosa wajahmu menginversi sakit tiada limit.
Kurelakan dia dampingimu, kuucapkan ... pamit.

Tetapi ... aku terlampau rapuh.
Terlampau rapuh untuk butuh.
Terlampau rapuh untuk jatuh.
Terlampau rapuh untuk jauh.

[]

Gladiola {Wattys Award Winner}Where stories live. Discover now