Chapter 23

74.8K 2.3K 47
                                    

Tepat pukul 22.15, aku telah kembali ke rumah Bude Ayu. Tak ada kecurigaan Bude Ayu sedikit pun padaku yang bolos bimbel hari ini.

Sesampainya di kamar, aku duduk di tepi tempat tidur, kembali memikirkan permintaan Mas Firman untuk menikah dengannya.

Sebenarnya itu tak masalah, aku juga sering mendengar wanita yang menikah sambil tetap berkuliah. Masalahnya, aku merasa ibu dan ayah takkan setuju dengan hal ini.

Semoga saja Mas Firman berhasil meluluhkan hati mereka kelak, aku sangat ingin kisah cintaku bersama Mas Firman ini berakhir bahagia.

*

Esoknya, aku bimbel seperti biasa. Mengerjakan soal-soal yang rumit namun tak serumit kisah cintaku. Aku sudah mengerjakan seribu lebih soal, namun persoalan tentang meluluhkan hati orang tuaku tak kunjung kutemukan jawabannya. Buat apa aku mengerjakan ribuan soal seperti ini, jika satu persoalan hidup pun tak bisa kukerjakan.

"Hasil try out kamu 2 minggu lalu sudah keluar, Lana, kamu lulus di pilihan pertamamu. Selamat, Lana. Tingkatkan terus passing grade mu. Jurusan-jurusan favorit dari PTN ternama akan memiliki banyak peminat, kamu butuh passing grade yang lebih tinggi lagi agar mengamankan posisi."

Aku mendengarkan Kak Rika, konsultan pendidikanku dengan tekun. Hatiku senang karena bisa menembus target passing grade-ku sendiri. Tapi, kata-kata konsultanku benar, kita tidak tahu passing grade pesaing nanti.

"Oh ya, minggu ini, sudah 2 kali kamu tidak hadir bimbel, Lana. Ada apa?" tanyanya.

"Hmm, saya tidak enak badan, Kak," bohongku.

"Jaga kesehatan, Lana. Jangan sampai di hari H, kamu malah jatuh sakit."

"Iya, Kak," jawabku.

Minggu ini memang sudah 2 kali aku membolos tanpa sepengetahuan siapa pun. Tentu saja, aku membolos agar bisa bertemu dengan Mas Firman karena hanya saat itu satu-satunya kesempatanku.

Jika aku tak melarangnya, Mas Firman pasti menemuiku setiap hari. Ia menempu jarak jauh untuk menemuiku, hatiku semakin tak karuan melihat kesungguhannya. Kebimbangan di hatiku sirna, keputusanku untuk menerima lamarannya semakin mendekati 100%.

Terlepas dari persetujuan orang tuaku, aku membayangkan bisa hidup sebagai suami istri dengan Mas Firman. Di kota mana pun aku kuliah kelak, aku yakin ia akan sering datang menemuiku, atau aku yang akan pulang di sela-sela kuliah. Angan-angan membumbung tinggi entah kemana, namun ketakutanku akan kenyataan sesekali menarikku kembali ke tanah.

Yang penting, aku fokus dulu pada ujian yang datang 2 minggu lagi. Setelah itu, akan aku pikirkan rencana ini bersama Mas Firman.

*

Hari ujian yang telah kusiapkan jauh-jauh hari, akhirnya tiba. Hari ini adalah medan juang sesungguhnya. Berbekal 4 kali lulus try out di jurusan yang sama membuatku berharap aku mendapatkan hasil yang sama kelak.

Lokasi ujian berada di sebuah sekolah negeri yang hanya berjarak 1 jam dari tempat tinggal bude. Sebelum ujian, aku sempat menelepon ibu dan ayah. Mereka sangat mendukungku, bahkan ayah yang selama ini bersikap dingin juga memanjatkan doa dan harapan untukku melalui telepon. Mungkin berkat doa mereka, aku merasa ujianku sangat lancar dan tak banyak kendala. Hanya tinggal menunggu hasilnya yang akan diumumkan bulan depan.

Sepulang ujian, Mas Firman telah menunggu tak jauh dari lokasi ujian. Aku sudah berpamitan pada bude kalau aku akan pergi bersama teman sepulang ujian dan bakal pulang lebih lama. Bude Ayu memberiku izin tanpa banyak bertanya. Ia bilang, aku butuh refresing setelah ujian dan belajar berbulan-bulan.

He is My BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang