Chapter 26 - Sebuah Pembuktian 14 (Terungkapnya Sejarah Mess)

7.4K 188 2
                                    


" kenapa za..lu udah lupa cara wudhu..?" canda minto begitu melihat gue yang tidak melanjutkan berwudhu, dan kini begitu mendapati candaan minto tersebut, gue mencoba untuk kembali mengguyurkan air wudhu ke wajah gue, tapi begitu gue kembali merasakan rasa panas di wajah gue ini, gue segera menghentikan aktifitas wudhu yang gue lakukan ini

" sialll....apa apaan ini...!" maki gue seraya menutupi wajah dengan kedua telapak tangan

" zaaa...lu kenapa ?" tanya minto dalam rasa bingung

" gue enggak kenapa napa to...sebaiknya lu sholat sendiri dulu aja..." jawab gue sambil beranjak pergi meninggalkan minto yang masih terdiam dalam kebingungan

" duduk sini dik reza...." ucap pak sukuk begitu melihat kehadiran gue di ruang tamu, dan sepertinya pak sukuk sudah mengetahui dengan apa yang tengah gue rasakan saat ini

" sepertinya kamu sudah melangkah terlalu jauh...sangat jauh..hingga kamu tidak menyadari dampak buruk dari semua perbuatanmu itu..." ucap pak sukuk seraya menghela nafas panjangnya

" tempat yang kamu datangi itu..sudah sangat terkenal keangkerannya di kawasan hutan itu, dan tempat tersebut merupakan tempat dimana manusia mengadakan perjanjian dengan setan untuk sebuah kekayaan ataupun daya pikat, tapi tidak semua orang bisa semudah itu bertemu dan mengadakan perjanjian dengan mereka.." ucap pak sukuk kembali dan berbalas dengan keterdiaman gue

" malam ini kita akan mencoba untuk menyadarkan teman kamu itu...semoga aja semua ini belum terlambat.."

Suasana malam yang gue lalui saat ini, kini terasa sangat berbeda, dan kini diantara pergerakan waktu yang telah menunjukan pukul sembilan malam, keberadaan dari seseorang yang memang dalam beberapa jam belakangan ini telah gue nantikan kehadirannya, kini terlihat memasuki kamar

" wahhh pak reza...seperti melihat hantu saja melihat saya..." ucap mas dikin yang sedikit merasa canggung begitu mendapati keberadaan gue yang tengah memandang ke arah mas dikin tanpa berkedip sedikit pun

" dik dikin bagaimana dengan barang barang titipan saya...?" tanya pak sukuk seraya memperhatikan keberadaan kantong pelastik yang berada ditangan mas dikin

" semuanya ada pak..." jawab mas dikin, lalu menyerahkan pelastik yang berada ditangannya kepada pak sukuk, dan kini seakan sudah mengerti dengan apa yang harus dilakukannya, beberapa pemuda desa yang ikut serta menyertai mas dikin, terlihat mengeluarkan benda benda yang berada di dalam kantong pelastik lalu meletakannya di dalam sebuah wadah yang berbentuk nampan bambu

" hahh...sesajen..." gumam gue dan berbalas dengan pandangan mata pak sukuk

" ini hanya sebagai persyaratan aja dik reza, sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur..." ucap pak sukuk dan berbalas dengan anggukan kepala gue

" sebaiknya kita mulai sekarang...." ucap pak sukuk kembali dan berbalas dengan keheningan

" apapun yang terjadi...besok kita harus mencari rumah mbah warsono..."

Selepas dari perkataan gue tersebut, terlihat minto dan mas dikin menganggukan kepalanya, sebagai tanda bahwa mereka menyetujui usulan gue ini

" sebelum kita memulai prosesi ini..saya cuma berpesan..tetap pejamkan mata kalian, walaupun kalian merasakan atau mendengar sesuatu.." ujar pak sukuk memberikan arahannya, dan selepas dari pak sukuk memberikan arahannya tersebut, nampak pak sukuk memadamkan lampu kamar, lalu menggantikannya dengan cahaya lilin, dan kini diantara aroma wangi kemenyan yang mulai tercium diantara kepulan asap putih, terlihat pak sukuk memberikan isyarat agar kami memejamkan mata

Hening...yaa itulah yang gue rasakan saat ini, begitu kini gue tidak mendengar lagi keberadaan dari suara pak sukuk yang sebelumnya tengah merapalkan sesuatu, dan kini diantara hawa dingin yang gue rasakan di ruangan kamar ini, ingin rasanya gue membuka pejaman mata guna mengetahui atas apa yang sebenarnya tengah terjadi di ruangan kamar ini, tapi begitu gue mengingat kembali akan kondisi indra saat ini, gue memilih untuk membatalkan keinginan gue tersebut

Jeritan Malam - ketika keindahan menjadi sebuah ketakutan (SUDAH DITERBITKAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang