Jilid 48 : Thian-che-kau porak poranda

2.9K 42 0
                                    

"EEEH......kau telah berbuat salah kepada siapa?" Cui hoa siancu Ting Hong bertanya dengan wajah tertegun.
"Aku rasa aku tidak mempunyai keharusan untuk menjawab pertanyaanmu itu" tukas pemuda itu ketus.
Sehabis berkata, dia lantas menggerakkan tubuhnya siap berlalu dari sana....
"Eeeh....tunggu sebentar manusia muka dingin" teriak Ting Hong lagi sambil mengayunkan telapak tangannya, "nonamu masih bertugas disini, maka sebagai musuh kita harus beradu kepandaian lebih dulu sebelum berlalu dari sini"

"Bagus, kalau begitu sambutlah seranganku ini" Diiringi bentakan keras yang memekikkan telinga, secara beruntun Han Siong Ki melancarkan tiga buah serangan berantai.
Tenaga pukulan yang maha dahsyat bagaikan gulungan ombak ditengah samudra seperti gelombang dahsyat yang menghanyut-kan melanda keluar susul menyusul, oleh tekanan yang maha dahsyat itu, Ting Hong terdesak sampai mundur delapan langkah ke belakang.

Begitu gadis itu terdesak mundur, maka terbukalah sebuah jalan lewat bagi pemuda itu, Han Siong Ki tidak menyia nyiakan kesempatan baik itu, dengan gerakan tubuh seperti sukma gentayangan tahu tahu dia sudah menyelinap masuk kedalam lembah.
Menyaksikan anak muka itu menyusup ke dalam lembah, sekulum senyuman aneh yang sukar dilukiskan apa artinya tersungging diujung bibir nona itu, kemudian sambil membentak keras dia segera melakukan pengejaran dari belakang.

Sementara itu, empat orang kakek telah munculkan diri dari balik lembah dan menghadang jalan pergi anak muda itu.
Sejak kehadirannya di lembah Lian huan tau, napsu membunuh yang berkobar didada Han Siong Ki sudah tak terkendalikan lagi, apalagi mengingat dendam kesumatnya yang luar biasa, maka begitu jalan perginya dihadang oleh empat orang kakek kekar tanpa mengucapkan sepatah katapun dia lantas menerjang kedepan dan langsung menumbuk musuh musuhnya.

Ditengah desingan suara suitan yang memekikkan telinga, ilmu jari Tong Kim ci telah dilancarkan secara beruntun
Bentakan demi bentakan nyaring menggelegar memenuhi angkasa, ke empat orang kakek itu masing masing melepaskan sebuah pukulan dahsyat ke depan, kekuatannya ibarat gulungan ombak dahsyat yang menghantam tepian pantai, hebat sekali kekuatannya.

Jerit kesakitan tiba tiba berkumandang memecahkan kesunyian, percikan darah berhamburan kemana mana. salah seorang diantara empat penyerang itu tahu-tahu sudah termakan tusukan jari tangan yang maha dahsyat itu hingga dadanya berlubang hingga tembus kepunggung, dengan cucuran darah yang amat deras badannya tersungkur ketanah untuk tidak bangun selama lamanya.

Han Siong Ki sendiri, walaupun serangannya berhasil mematikan salah seorang musuhnya, tapi oleh desakan tenaga pukulan yang maha dahsyat dari lawan-lawannya itu, dia kena dipaksa untuk melayang turun kembali keatas permukaan tanah.
Hanya selisih waktu beberapa detik saja, deruan ujung baju tersampok angin kembali berkumandang memecahkan kesunyian, beberapa sosok bayangan manusia dengan kecepatan luar biasa melayang masuk kedalam lembah dan serentak mengurung Han Siong Ki ditengah gelanggang.
Tiba tiba dari luar lembah secara lapat-lapat terdengar pula jerit kesakitan yang mengerikan.
Han Siong Ki tahu, itulah jeritan dari Hun si mo ong atau dengan perkataan lain Hok pek siang yau telah berhasil mewujudkan cita citanya untuk membuat perhitungan atas kematian saudara dalam perguruannya .

Waktu itu Cui hoa sian cu Ting Hong telah mengejar tiba pula ditepi arena, dia berdiri bersama-sama dengan kawanan jago dari perkumpulan Thian che kau lainnya.
Apa yang diduga Han Siong Ki ternyata memang benar, Hun si mo ong telah tewas ditangan Hek pek siang yau berdua.

Begitu musuh besar perguruannya berhasil dibunuh dan dendam kesumat yang tertanam dihati mereka selama banyak tahun berhasil dituntut balas, sepasang siluman hitam putih itu berlutut ditanah menghadap ke selatan, lalu dengan suaranya yang lirih mereka berdoa:
"Oooh.... suhu, arwahmu dialam baka tentunya dapat menyaksikan apa yang baru terjadi disini, tecu telah berhasil membunuh musuh besar kita yang terakhir... "

Tengkorak Maut aka Rahasia Istana Hantu - Khu LungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang