1.kejutan yang menyakitkan.

25.5K 1.6K 11
                                    

"Apa maksudnya ini?"tanya Anesia suaranya terdengar bergetar menahan gejolak emosi.Acara yang berlangsung segera terhenti saat kehadiran Anesia.

Ibunya segera berdiri menghampirinya.

"Anesia kapan kau pulang kenpa tidak memberi tahu ibu?"tanya nyonya Maria terkejut menyadari kepulanganya ke Indonesia.

"Sebenarnya apa yang terjadi bagaimana Reven bisa ada di sini dan akan menikah dengan kak Merry?"tanya Anesia beruntun

"Tenanglah Anesia ayo kita bicarakan di tempat lain"nyonya Maria berusaha menarik tangan Anesia.

"BAGAIMANA AKU TENANG DI SAAT KEKASIHKU MAU MENIKAH DENGAN KAKAKKU"teriak Anesia sambil menyentakan tanganya melepaskan cengkraman tangan ibunya.

"Anesia"gumam Reven begitu menyadari orang yang datang membuat acara pernikahanya terhenti adalah Anesia kekasihnya.sejak tadi Reven tak menyadari kehadiran Anesia karena terhalang tubuh Maria.

Reven sangat terkejut dengan kedatangan Anesia yang lebih cepat dari rencana apalagi mengetahui kenyataan Anesia adalah adik kandung dari Merry calon isteri yang di jodohkan oleh orang tuanya.

"ayo ikut ibu kau tidak boleh mengacaukan pernikahan kakakmu"Maria kembali mencengkram pergelangan tangan Anesia mencoba menyeretnya pergi.

"Jangan bilang ibu sudah tahu bahwa Reven kekasihku itu sebabnya ibu tidak memberitahu tentang pernikahaan ini?"tanya Anesia lirih begitu menyentakan cengraman ibunya hingga terlepas.

"Lalu kenapa kalau Reven kekasihmu Merry mencintai Reven,jadi mengalahlah pada kakakmu dia itu sedang sakit Nesia"bujuk ibunya.Anesia menatap ibunya tak percaya bagaimana ibunya begitu tega terhadapnya.Anesia tahu sejak kecil ibunya lebih menyayangi Merry dari dirinya hingga memberikan semua yang di inginkan Merry tapi haruskah ibunya melakukan ini padanya,tidak Anesia tidak akan mengalah lagi kali ini sudah cukup ia yang selalu mengalah selama ini.

"Sampai kapan aku harus mengalah,Reven bukan boneka yang bisa ibu paksa untuk aku berikan pada kak Merry seperti waktu kami kecil,dia kekasihku bu dia orang yang ku cintai"kata Anesia parau berusaha sekuat tenaga menahan emosinya.

"Berhentilah bersikap egois Nesia hidup Merry tidak lama lagi dan di sisa hidupnya dia ingin menghabiskanya dengan Reven pria yang dia cintai jadi jangan jadi orang jahat yang merusak kebahagiaan kakakmu sendiri atau kau akan merasakan akibatnya"ancam Maria.

"Egois ibu bilang aku egois lalu bagaimana dengan Merry yang memanfaatkan penyakitnya itu?"tanya Anesia lirih.

Plak

Pipi kanan anesia terasa panas karena temparan keras ibunya.semua orang yang hadir begitu terkejut menyaksikanya.Mereka semua menatap bingung karena tidak ada yang bisa mendengar perdebatan ibu dan anak itu selain teriakan Anesia tadi.

Reven segera berdiri hendak menghampiri Anesia untuk menolongnya,tapi langkahnya telah di dahului oleh Merry.

"Ibu apa yang terjadi kenapa ibu menampar Nesia?"tanya Merry begitu sampai di sisi ibunya.

"Tidak apa-apa sayang ayo kita lanjutkan acaranya para tamu sudah menunggu"kata Maria lembut menarik tangan Merry kembali ke tempatnya di samping Reven.

"BERHENTI"teriak Anesia membuat langkah Merry terhenti.

"Sayang jangan hiraukan Nesia ayo cepat jalan"bisik Maria.

"AKU BILANG BERHENTI"teriak Anesia lagi memaksa Merry dan Maria kembali menghentikan langkahnya.Merry membalikan badanya menghadap Anesia.

"Nesia sebenarnya ada apa?"tanya Merry dengan suara lembutnya tapi suara lembut itu sama sekali tidak bisa meredakan amarah dan rasa sakit yang menggegroti hati Anesia.Anesia terlanjur muak pada sikap Merry yang selalu bersikap sok polos dan lugu untuk menarik simpati orang-orang si sekitarnya seperti ketika waktu kecil Anesia terkena amukan ibunya karena di tuduh memecahkan guci kesayangan ibunya dan membuat Merry terluka padahal Merrylah yang melakukanya tapi Merry hanya diam saja sambil menangis.Kini Anesia tidak akan tertipu lagi oleh wajah polos itu.

"AKU BILANG HENTIKAN PERNIKAHAN INI APA KAU MAU DI SEBUT JALANG KARENA MEREBUT KEKASIH ADIKMU SENDIRI"teriak Anesia tak mampu lagi menahan segala emosinya,luka yang dia pendam dan tahan selama ini ingin dia keluarkan semuanya.

Para tamu yang memdengarnya mulai berbisik-bisik.Tuan Mario ayah Anesia dan Merry melangkah cepat menuju Anesia

'Plak'suara tamparan kembali menggema di ruangan itu membuat suasana hening seketika.

Anesia memegang pipi kirinya yang terasa begitu panas darah mengalir dari sudut bibirnya akibat tamparan kuat orang yang biasa di panggil ayah olehnya.Anesia menatap sendu sosok pria paruh baya yang dipanggilnya ayah itu,luka di sudut bibirnya sama sekali tak sebanding dengan luka yang tertoreh di hatinya akibat tamparan ayahnya.sementara itu tuan Mario tetap menatap tajam puteri bungsunya itu menghiraukan tatapan terluka yang terpancar jelas dari sepasang iris coklat madu milik Anesia.

"Jaga ucapanmu ayah tidak pernah mengajarimu berkata kasar begitu apalagi pada kakakmu sendiri"kata tuan Mario tajam.Anesia tersenyum sinis mendengar perkataan ayahnya bertanya dalam hati kapan ayahnya mengajarinya?,jawabanya adalah tidak sekalipun.Ayah dan ibunya terlalu terfokus pada Merry dan mengabaikanya.

Reven melangkah maju hendak menolong Anesia,dia tidak bisa lagi menahan diri melihat wanita yang di cintainya terluka,tapi lagi-lagi niatnya gagal terlaksana karena tiba-tiba tubuh Merry yang berada di hadapanya ambruk membuat Reven refleks menangkapnya.

"MERRY"teriak nyonya Maria panik melihat puteri kesayanganya pingsan tak sadarkan diri.

"Reven cepat bawa Merry kita ke rumah sakit"perintah tuan Mario.Reven lalu bergegas menggendong tubuh Merry diikuti tuan Mario dan nyonya Maria.

Sementara itu Anesia hanya terpaku di tempatnya memandang punggung Reven yang terlihat semakin menjauh.

"Kumohon berbaliklah Reven lihat aku"bisik Anesia lirih.Setetes air mata perlahan mulai jatuh membasahi pipinya begitu menyadari Reven tak kunjung berbalik menatapnya.Menatap sosoknya yang juga begitu rapuh dan membutuhkan sosok Reven untuk menguatkanya seperti yang biasa dilakukan pria itu bila Anesia terluka,tapi kini tubuh hangat yang biasa mendekapnya justru tengah mendekap tubuh lain.
Mata yang biasa memandang perhatian padanya kini malah tak kunjung mau menatapnya.

Pandngan Anesia mulai buram karena air mata yang semakin deras mengalir perlahan pandangan Anesia menggelap hingga ia kehilangan kesadaranya.

Bersambung....

HURT (my Sister Is My Enemy)Where stories live. Discover now