2.Its Hurt

24.6K 1.5K 25
                                    

Perlahan kelopak mata yang tadinya terpejam itu mulai terbuka menampakan iris coklat madu yang indah.

Anesia menatap sekitarnya dengan bingung tak mengenali tempatnya berbaring kini.

"Kau sudah sadar?"tanya sebuah suara seorang wanita membuat Anesia menggerakan kepalanya ke samping untuk melihat siapa yang berbicara.

"S...stefy"bisik Anesia lirih.Anesia merasa bingung mengapa Stefy wanita yang menjabat sahabat SMAnya bisa berada bersamanya.

"Tadi kau pingsan di acara Itu,aku yang kebetulan menjadi salah satu tamu undangan mencoba menolongmu membawa ke rumah sakit ini"jelas Stefy lembut.Seketika semua kejadian yang terjadi di rumahnya menyeruak dalam otak Anesia,membuat Anesia kembali merasakan sakit di hatinya.

"Nes,kau tidak apa-apa?"tanya Stefy cemas melihat keadaan Anesia yang menangis terisak sambil mencengram dadanya.

"Aku akan panggilkan dokter"Stefy segera berlari keluar untuk memanggil dokter.

Sementara itu Anesia hanya menangis sambil memukul-mukul dadanya berharap menghilangkan rasa sesak dan sakit hati yang di deritanya.

Anesia segera menghentikan tindakanya saat sadar semua itu sama sekali tak berguna hatinya tetap saja merasa sakit.Anesia menatap sekeliling ruangan tempat dia di rawat tiba-tiba sebuah kesadaran melintas di otaknya.

Jika dia berada di rumah sakit pasti Merry juga berada di sini dan kemungkinan Reven juga ada di tempat ini.

Reven mengingat nama itu sekarang entah mengapa terasa berbeda.Dulu hanya dengan mengingat nama Reven hatinya terasa begitu hangat tapi kini mengingat nama kekasihnya malah membuat hati Anesia terasa sakit bukan main.
Anesia seketika mengingat sosok Reven yang melewatinya begitu saja dengan menggendong sosok Merry.Berlalu begitu saja bahkan tanpa mau menatapnya.

Anesia segera bangkit dari ranjangnya mencoba berdiri.Dicabutnya selang infus di pergelangan tanganya,darah merembes dari tanganya akibat selang infus yang di buka kasar olehnya,tapi Anesia menghiraukanya.

Anesia harus pergi mencari Revan menuntut penjelasan pada kekasihnya kenapa kekasihnya yang tidak ada kabar selama dua bulan ini justru akan menikah dengan kakaknya.

Anesia mengambil jaket Stefy yang tergeletak di sofa ruang rawatnya.Anesia segera mengenakan jaket itu agar dia bisa bebas berkeliaran di rumah sakit.

Anesia menyusuri lorong rumah sakit mencari keberadaan Revan hingga matanya menemukan sosok Reven yang baru saja keluar dari kantin rumah sakit.

"REVEN"panggil Anesia suaranya terdengar begitu parau.Reven langsung menoleh mendengar namanya di panggil.

"Anesia"Reven segera menghampiri Anesia.Sepasang kekasih itu saling bertatapan Anesia menatap Reven dengan tatapan sendu yang sarat akan luka sementara Reven menatap Anesia dengan penuh rasa rindu dan sejuta penyesalan.

"Adakah yang mau kau jelaskan Rev"tanya Anesia lirih.Kini dia dan Reven tengah duduk berdua di bangku taman rumah sakit.

"Maafkan aku"gumam Reven.Kepalanya tertunduk dalam tak mampu menatap sepasang iris coklat madu milik Anesia.

"Aku tidak butuh permintaan maafmu Rev,katakan padaku Rev ini semua bohongkan kau tidak mungkin menghianatikukan"tuntut Anesia sambil mennguncangkan tubuh Reven.

"Maafkan aku Nes,aku mencintaimu jadi tolong mengertilah tunggu aku ini hanya tiga bulan aku akan menceraikanya setelah tiga bulan dan kita bisa bersama lagi"Reven menggenggam erat tangan Anesia,matanya menatap Anesia dengan tatapan permohonan.

"Apa maksudmu aku tidak mengerti"

"Aku dan Merry di jodohkan Nes,hidup Merry tinggal tiga bulan lagi jika dia tidak bisa mendapatkan donor jantung itulah sebabnya aku tak bisa menolak menikahinya,jadi ku mohon Nes aku janji hanya tiga bulan ku mohon mengertilah aku berjanji kita akan kembali bersama lagi"jelas Reven.Anesia menatap Reven tak percaya.

"Kau menyetujui menikah dengan Merry,sementara kita masih menjadi sepasang kekasih bagaimana bisa kau melakukan ini padaku Rev?"tanya Anesia dengan tatapan terluka.

"Sejak kapan?"

"Maafkan aku Nes"

"Sejak kapan kau membohongiku?"tanya Anesia lirih.

"Dua bulan yang lalu aku bertunangan dengan Merry"jelas Reven sambil mengeratkan genggaman tanganya saat Anesia berusaha melepaskan genggaman tangan Reven.

Anesia begitu terpukul tak sanggup menerima kenyataan.Dua bulan waktu yang di habiskan Anesia dengan merindukan sosok Reven yang tak kunjung datang menemuinya justru di gunakan Reven menghabiskan waktunya dengan kakaknya sendiri.

"Jadi begitu"gumam Anesia.Senyuman miris terukir di wajah cantiknya.

"Tolong maafkan aku Nes,aku tidak ingin melukaimu aku pikir aku akan menyelesaikan semuanya sebelum kepulanganmu"

"NYATANYA AKU TELAH TERLUKA REV!KAU TIDAK TAHUKAN BAGAIMANA SAKITNYA HATIKU SAKIT REV SAKIT SEKALI"teriak Anesia sambil mencengkram dadanya.Air matanya mengalir deras menunjukan betapa dalam luka yang telah di torehkan Reven di hatinya.Reven menarik Anesia ke dalam pelukanya berusaha menenangkanya.Hati Reven juga ikut merasakan sakit melihat Anesia yang menangis karenanya.

"Maafkan aku Nes,maafkan aku"
Anesia memukul-mukul dada Reven dan memberontak berusaha melepaskan pelukan Reven.Sementara Reven mempererat pelukanya tak membiarkan Anesia lepas.

"Aku mohon maafkan aku Nes,aku berjanji akan melakukan apapun asal kau mau memaafkanku"pinta Reven saat Anesia terlihat mulai tenang.Anesia melepaskan pelukan Reven berusaha menatap mata Reven.

"Apapun?"tanya Anesia suaranya terdengar serak.Reven mengangguk sebagai jawaban.

"Kalau begitu tinggalkan Merry batalkan pernikahan kalian"pinta Anesia.Anesia tidak perduli orang lain menganggapnya egois atau apapun.Kali ini dia tidak mau mengalah lagi pada Merry Reven satu-satunya yang ia miliki dan Anesia tidak akan melepaskanya sekalipun umur Merry tidak lama lagi,karena melepaskan Reven adalah kematian untuknya.

"A...aku...."

"Reven akhirnya tante menemukanmu,ayo ikut tante kondisi Merry kritis dia ingin bertemu denganmu"kata nyonya Maria yang tiba-tiba datang memotong segala ucapan yang hendak di katakan Reven.

Reven langsung berdiri hendak menghampiri nyonya Maria,namun sebuah genggaman erat di tanganya membuat langkahnya terhenti.Reven berbalik dan melihat Anesia yang menatapnya dengan mata yang berkaca-kaca sambil menggenggam erat tanganya tak membiarkannya pergi.

"Ku mohon Rev,jangan pergi"pinta Anesia lirih membuat Reven bimbang apa yang harus di lakukanya.

"Reven cepatlah Merry kritis dia ingin bertemu denganmu tante mohon ikutlah dengan tante"suara nyonya Maria kembali terdengar mengalihkan perhatian Reven.

"Anesia tunggulah aku akan kembali"Reven melepaskan genggaman tangan Anesia dengan perlahan lalu melangkah meninggalkan Anesia.

"JANGAN PERGI REV JIKA KAU TETAP PERGI AKU BERSUMPAH KAU TIDAK AKAN MELIHATKU LAGI"teriak Anesia membuat langkah Reven kembali berhenti.

"Ayo Reven cepatlah Merry tidak bisa menunggu lebih lama lagi"desak nyonya Merry.

"Maafkan aku Nes,aku akan menemuimu nanti"kata Reven lalu kembali melangkah mengikuti langkah nyonya Merry meninggalkan Anesia yang menangis tanpa suara menatap punggung Reven yang semakin menjauh.

Bersambung.

Vote and comment please!!!!

HURT (my Sister Is My Enemy)Where stories live. Discover now