5.My brithday is your wedding party

27.6K 1.6K 11
                                    

Anesia berdiri di depan jendela ruang rawatnya.Sepasang iris coklat madunya memandang sendu ke luar jendela melihat derasnya air hujan di luar sana.

Sudah satu minggu berlalu dan hari ini adalah hari di adakanya resepsi pernikahan Merry dan Reven.Sepasang bibir Anesia tertarik ke atas membentuk sebuah senyuman miris.Setiap kali mengingat Reven hanya kesedihan dan luka yang di rasakanya,luka yang tak kunjung mengering dan kembali berdarah lagi saat Anesia menyadari kenyataan pahit bahwa kini Reven bukan miliknya lagi.

Kini pria yang begitu di cintainya itu adalah milik Merry kakaknya.Reven telah memulai hidup barunya dengan Merry dan Anesia juga harus bangkit untuk memulai hidup barunya.Anesia tidak mau mengecewakan Daniel yang begitu baik padanya.

Mulai hari ini Anesia akan melupakan Reven meskipun itu akan terasa sulit,teramat sangat sulit untuknya.

"Happy Brithday to you,happy britdahy to you happy brithday happy brithday to you"nyanyian lagu ulang tahun menggema di ruang rawat Anesia.Membuat Anesia tersentak dari segala lamunanya,Anesia menoleh ke asal suara itu.

Anesia menatap tak percaya tiga orang sosok di hadapanya.Sosok orang-orang yang amat penting yang menjadi alasan kekuatanya.

Anesia menangis haru saat menyadari masih ada orang yang menyayanginya.

Pandangan mata Anesia beradu dengan sepasang iris coklat yang persis dengan miliknya.

"Paman...."panggil Anesia lirih dengan nada tak percaya.Sosok pria yang merupakan adik dari ibunya itu bisa berada di tempat ini membuat kejutan ulang tahunnya bersama Daniel dan Stefy sahabatnya.

Adrian Aditya Wiranata berjalan menghampiri Anesia yang tengah duduk di ranjangnya.

"Selamat ulang tahun Nesia,ayo ucapkan permohonan dan tiup lilinya"Adrian menyodorkan kue ulang tahun di hadapan Anesia.

Setetes air mata terjatuh membasahi pipi Anesia.Anesia memejamkan matanya.

"Semoga aku bisa bahagia"mohon Anesia dalam hati.Anesia membuka matanya bertatapan dengan sepasang iris coklat yang sama denganya.

"Terima kasih"kata Anesia sambil menangis haru.Adrian meraih bahu Anesia dan memeluknya.

"Semuanya akan baik-baik saja dan mereka akan membayar semua yang telah mereka lakukan padamu paman berjanji"bisik Adrian dengan sorot mata yang begitu dingin.

"Rasanya sakit sekali paman"bisik Aneisa air matanya mengalir deras.Anesia terisak dalam pelukan Adrian mencurahkan segala rasa sakit yang selama ini di tahanya.Rahang Adrian mengeras mendengar tangisan Anesia segala amarah terpancar jelas dari sepasang iris coklat madu miliknya.Jemari Adrian membelai lembut rambut Anesia berusaha menenangkan keponakanya.

Adrian telah mendengar semua yang terjadi pada Anesia dari Stefy,itu sebabnya Adrian langsung kembali ke Indonesia dan membatalkan urusan bisnisnya.

Adrian tidak menyangka kakaknya Maria bersikap begitu tega pada keponakan kesayanganya.

Sejak dulu Adrian tahu sikap Maria kakaknya tidak begitu baik pada Anesia itu sebabnya Adrian selalu berusaha membela Anesia dan menjadi tempat mengadu segala kesedihanya.

"Darimana paman tahu aku ada disini?"tanya Anesia ketika sudah kembali tenang.Adrian melepaskan pelukanya.Jemari Adrian menghapus lembut jejak-jejak air mata yang membasahi pipi Anesia.

"Kau lupa siapa aku,aku adalah Adrian Aditya Wiranata tidak ada hal yang tidak ku ketahui"kata Adrian dengan angkuhnya.Anesia hanya tersenyum tipis.

"Satu lagi berapa kali aku bilang panggil aku 'kakak' panggilan paman terlalu tua untukku"keluh Adrian karena memang usianya hanya lebih tua lima tahun dari Anesia dan lebih cocok menjadi kakak Anesia dari pada pamanya.

Anesia tertawa mendengar keluhan Adrian,tawa pertamanya setelah kejadian pahit yang menimpanya akhir-akhir ini.Daniel dan Adrian ikut tersenyum tipis melihat tawa Anesia.Kedua pria itu begitu lega karena Anesia sudah bisa tertawa lagi sekarang.

"Ayo Nes sekarang waktunya memotong kuenya"kata Stefy sambil menyerahkan pisau untuk memotong kue ulang tahun Anesia.Anesia memotong kuenya dan memberikan kue pertamanya pada Adrian.

"Kapan kalian akan berangkat?"tanya Adrian begitu mereka telah selesai memakan kue.

"Malam ini kami akan berangkat karena dokter bilang kondisi Anesia telah sehat dan kuat untuk melakukan perjalanan jauh"jawab Daniel.Anesia hanya terdiam.

Hari ini adalah hari ketujuh sejak Anesia di rawat di rumah sakit dan pagi tadi dokter memperbolehkan Anesia untuk pulang.

Malam ini Anesia dan Daniel akan pergi meninggalkan Indonesia bertepatan dengan malam di adakanya pesta resepsi pernikahan Reven dan Merry.

Dulu Anesia kembali ke Indonesia dengan tujuan merayakan hari ulang tahunya bersama Reven tapi kini jangankan merayakan ulang tahunya bahkan Reven mungkin sama sekali tak mengingatnya apalagi hari ini adalah hari bahagianya bersama Merry.

Anesia mengelengkan kepalanya mengusir segala kenangan pahit itu.

"Juli kau baik-baik saja?apa kepalamu pusing?"tanya Daniel cemas.

"Tidak aku tidak apa-apa"jawab Anesia sambil tersenyum berusaha meyakinkan mereka semua agar tidak khawatir padanya.

"Paman.....kau tidak pergi kesana?"tanya Anesia membuat suasana terasa hening seketika.

"Untuk apa aku kesana ke tempat yang tidak penting itu,karena bagiku mengantarkan kepergianmu lebih penting dari pada acara sampah itu"jawab Adrian dingin.Anesia tersenyum mendengar jawaban pamanya.

Hatinya terasa sedikit hangat karena menyadari pamanya selalu memikirkan perasaanya.

"Paman bolehkah aku minta satu hadiah untuk ulang tahunku"

"Apapun untukkmu Nesia"

"Bantulah membunuhku"pinta Anesia,mata Adrian terbelalak lebar mendengarnya.

"JANGAN BERCANDA TENTANG HAL SEPERTI ITU ITU SAMA SEKALI TIDAK LUCU"bentak Adrian emosi.

"Maksudku bukan begitu paman"jawab Anesia tenang sama sekali tak terpengaruh akan bentakan pamanya.Seulas senyum tersemat di bibir tipisnya.

"Lalu apa maksudmu?"tanya Adrian sambil menatap Anesia penasaran.Amarahnya berangsur hilang.Anesiapun menceritakan semua rencananya pada Adrian bahwa dia ingin memulai hidup yang baru dengan identitas yang baru pula itu sebabnya Anesia harus 'mati' dulu.

"Baiklah,apapun untukkmu dengan begini aku juga bisa membalas mereka"seringaian kejam terbentuk di bibir Adrian.

---------------------

Anesia dan Daniel telah berada di dalam pesawat jet pribadi milik keluarga Wilson.

"Istirahatlah Juli perjalanan kita masih panjang"kata Daniel dengan penuh perhatian.Pria berambut pirang itu sangat mencemaskan kesehatan Anesia dan bayinya meskipun dokter berkata bahwa Anesia dan bayinya telah sehat dan siap bila melakukan perjalanan tetap saja tidak bisa menghilangkan ke khawatiran Daniel hingga Daniel membawa seorang dokter dalam perjalananya ini agar memastikan Anesia akan selalu baik-baik saja.

"Tidak apa-apa Dan aku belum merasa lelah aku ingin menikmati pemandangan di atas sini"kata Anesia matanya menatap gumpalan awan yang terlihat dari jendela pesawat.

Pikiran Anesia menerawang jauh hari ini adalah hari di adakanya resepsi pernikahan Reven.Apakah Reven bahagia sekarang apakah Reven memikirkanya seperti Anesia memikirkan pria itu pertanyaan-pertanyaan itu terlintas di benak Anesia.

Anesia berusaha mengenyahkan segala pikirannya tentang Reven karena mulai hari ini Anesia akan melupakan semua masa lalunya dan memulai hidupnya yang baru.

Anesia Julia Wiranata telah mati dan kini Anesia akan memulai hidupnya yang baru sebagai Julia Alexandria Wilson isteri dari Daniel Alexander Wilson.

"Selamat tinggal Rev!"batin Anesia.Sementara itu di saat yang bersamaan seorang pria yang mengenakan jas lengkap di sebuah pesta pernikahan memegang dada kirinya yang entah mengapa tiba-tiba terasa begitu hampa seakan dia telah kehilangan sesuatu yang sangat berharga.

"Anesia"gumam pria itu menyebutakan nama yang tiba-tiba terlintas di benaknya.

Bersambung.

Vote dan comment ya plisss tinggalkan jejak.

HURT (my Sister Is My Enemy)Where stories live. Discover now