SH 4

14.5K 1K 18
                                    

Laila masih termenung, mengabaikan ajakan Dian untuk mengobrol sekadar menghilangkan bosan karena  mendengarkan petuah dari Kepala Program Studi (Kaprodi) di depan.

Laila masih setengah shock mengingat kejadian semalam saat ia bertemu kembali dengan orang itu. Orang yang selalu dihindarinya sejak dulu.

Kaprodi tampak mengakhiri pidato panjangnya, dan menutup ospek jurusan tahun ini. Semua peserta kembali ke tenda masing-masing untuk mengambil tas serta perlengkapan lain, kemudian satu per satu masuk ke dalam mobil barak. Bersiap meninggalkan lokasi ini.

"Aku engga tahu kalau kita satu kampus, satu jurusan lagi" sebuah suara di sampingnya membuat Laila kembali pada dunia nyata.

Dia menoleh dan mendapatkan Tita duduk di sampingnya.

"Hem" Laila hanya menjawab dengan gumaman.

"Lama ya engga ketemu?, terakhir kali pas kita lulus dari SMP kan ya?"

"Hem"

"Kamu kok engga pernah datang tiap reuni?, anak-anak pada nanyain tuh. Terutama Fahmi". Tita masih terus berbicara, mengabaikan fakta bahwa yang diajak bicara sebenarnya merasa enggan untuk menjawab.

"Kamu engga mau nanya masalah Fahmi?, atau tentang Fani?"

Laila tersentak, kaget mendengar nama terakhir yang disebutkan Tita.

"Iya, Fani. Dia satu kampus sama kita juga loh. Anak Ekonomi, Akuntansi. Fahmi juga kok, anak Teknik dia. Informatika lagi" Tita masih terus membicarakan teman-temannya, sama sekali tidak menyadari jika orang yang di sampingnya saat ini wajahnya sudah seputih kapas.

*-*

"Isi saja dulu formulirnya, mengenai pertanyaan yang lain nanti kamu bisa nanya sama aku"

Laila mengangguk, dia kemudian mengundurkan diri keluar dari sekretariat.

"Kamu ikut LPM?" Ova, salah seorang temannya tampak takjub.

"Iya, kenapa?"

"Persyaratannya bikin sesak napas. Harus mono organisasilah, cekatan, ulet, bisa berkoordinasi, siap melakukan tugas apapun, selalu update. Bah!, udah kayak dikarantina aja"

"Biasa aja kok" Laila mulai mengisi formulirnya.

"Kenapa engga pilih yang di tingkat fakultas aja?" Dian tiba-tiba saja sudah ikut nimbrung, mencomot salah satu bakwan milik Ova.

Ova melotot, dan Dian hanya membalasnya dengan nyengir.

"La" Dian menyenggol lengan Laila "jawab dong"

"Pengen aja belajar tentang jurnalistik. Kayaknya nih UKM bagus deh" Laila mencoba terdengar se normal mungkin agar mereka berdua tidak curiga.

"Oh gitu"

Dalam hati, Laila merasa lega bahwa alasannya yang ngawur bisa diterima oleh mereka.

Sebenarnya sih ia tidak sepenuhnya berbohong. Namun alasan sesungguhnya adalah ia menghindari intensitas pertemuan antara dirinya dan Tita yang sepertinya ingin sekali menjadi Primadona di jurusannya, serta sebisa mungkin tidak bertatap muka dengan Adam.

Adam, nama itu kembali muncul setelah hampir satu minggu Laila tidak lagi bertemu dengannya.

Entah mengapa, Laila merasa jengah untuk bertemu kembali dengan senior yang satu itu.

*-*

"Asprak (Asisten praktek) kamu siapa?"

"Ahmad Arianto"

"Aku dapet Ka Aziz"

"Aku kena Mbak Mala nih"

"Kamu siapa La?"

"Apanya?" Tanya Laila dengan kening berkerut.

"Ya ampun, nih anak!. Asprak kamu siapa?" Ova merasa gemas dengan Laila karena sedari tadi tidak menyimak obrolan mereka.

"Oh itu, bentar" Laila membuka gulungan kertas miliknya. "Sadam Sugiantoro, siapa?"

Ova dan Dian sama-sama menggelengkan kepalanya.

"Kamu juga Sadam Sugiantoro?, wah berarti kita satu kelompok dong" Mila tiba-tiba sudah muncul dan merebut kertas gulungannya. "Mohon kerja samanya selama semester ke depan ya"

Setelah itu Mila melenggang pergi.
Ova, Dian dan Laila hanya bisa menghela napas, khususnya Laila yang akan satu kelompok bersama Mila selama satu semester ke depan.

"Udah, syukurin aja" sahut Dian sambil menepuk bahunya.

"Iya, syukurin!"

"Eh, betewe Sadam Sugiantoro itu siapa?, kayaknya engga pernah denger nih pas ospek?" Dian mengalihkan pikiran Laila dari meratapi nasibnya.

"Benar juga, engga pernah denger nih. Kali aja senior yang ini kece, kan enak kamu La, bisa sekalian nyari gebetan senior" Dian dan Ova terkikik geli.

Laila hanya mendengus.

Hujan tiba-tiba turun, Laila dan teman-temannya yang sebelumnya berada di area taman kampus di depan Rektorat langsung berlarian menuju gedung RKB E (ruang kuliah bersama) milik Fakultas Ekonomi.

Mereka semua sedang berteduh, sembari menunggu hujan reda. Untung saja sehabis ini tidak ada kelas lagi, tadi mereka memang baru saja selesai kuliah lalu memilih menghabiskan waktu dengan bersantai di taman kampus.

"Kali aja ada senior kece lewat" begitu celetukan salah satu temannya.

Laila memejamkan matanya, hal yang selalu dilakukannya setiap hujan turun.

Mendengarkan suara hujan.

Merasakan bagaimana hujan turun dan mengajak bumi menari bersamanya.

Laila tidak tahu berapa lama ia menikmati suara hujan hingga sebuah suara menyadarkannya.

"Laila?"

Laila menoleh dan seketika hatinya mencelos. Dia sama sekali lupa kalau gedung RKB E milik Fakultas Ekonomi yang salah satu jurusannya adalah Akuntansi.

Dia benar-benar lupa.

Padahal sebelumnya ada dua gedung RKB yang akan dihindarinya sebisa mungkin selama ia kuliah di kampus ini.

Pertama, gedung RKB F milik Fakuktas Teknik, dan kedua adalah gedung RKB E milik Fakuktas Ekonomi.

Namun kini sudah terlanjur bertemu. Dan Laila tidak mungkin akan menghindarinya selamanya. Ia menyahut dengan suara teramat lirih, menyebut satu nama yang dahulu pernah sedekat nadi dengannya.

"Fani"

*-*

Terima kasih sudah membaca ~

Selepas HujanWhere stories live. Discover now