SH 5

13.8K 1.1K 9
                                    

Kepulan asap kopi tampak beterbangan dari sebuah cangkir milik seorang perempuan berkerudung ungu.

Di luar, hujan masih setia turun bercengkerama dengan bumi. Menciptakan nuansa indah nan syahdu.

Namun kondisi gadis berkerudung ungu berbanding terbalik dengan kondisi hujan di luar jendela. Saat ini dia sedang duduk di kantin gedung RKB E bersama seorang perempuan berlesung pipit.

"Apa kabar La?"

"Baik"

"Lama engga ketemu"

"Hem"

"Jurusan apa?"

"Biologi, bisakah kamu engga usah basa-basi?" Laila mencoba menekan perasaannya, berharap semoga ia tidak lepas kendali.

Gadis berlesung pipit di depannya menunduk, membuat Laila seolah merupakan tokoh antagonis pada pertemuan itu.

"Kamu kok gini sih La?, padahal dulu kan kita teman deket".

"Bukannya kamu yang mau kita jauhan?, dulu kamu bilang begitu pas kita wisuda"

"Aku waktu itu cuma emosi aja La, engga ada maksud kayak gitu. Kamu harusnya ngerti dong"

Laila tersenyum. Miris.

Fani mungkin bisa memintanya untuk melupakan apa yang telah dilakukannya kepada Laila dulu, tapi Laila tidak.

"Kayaknya ini semua emang takdir ya. Aku, kamu, Fahmi juga. Kita dipertemukan kembali di tempat yang sama setelah tiga tahun engga saling ketemu"

"Tita juga"

"Serius?"

Mata Fani membulat sempurna, membuat siapapun yang melihatnya akan berpikir bahwa Fani adalah gadis yang lugu nan polos.

Laila tidak menjawab, memilih untuk memandang keluar jendela.

Hujan masih belum berhenti.

"Aku coba ngontak kamu dari nomor telepon yang ada di buku wisuda, ternyata nomornya engga aktif. Kamu juga engga nyantumin akun Fb, jadinya kita malah lost contac"

"Mau ngapain?, bukannya semuanya udah clear ya?. Kita udah engga ada urusan lagi kan?"

"Mau ngasih tau kamu, kalau aku nyesel dan baru nyadar kalau sebenarnya kamu temen aku yang sesungguhnya"

"Kamu telat Fan!, telat tiga tahun".

Laila kemudian pergi, meninggalkan kopinya yang sudah dingin dan suara helaan napas panjang dari Fani.

*-*

"Kamu kenapa sih?, dari tadi diam mulu?" Dian merasa jengah melihat temannya ini yang seolah sudah kehilangan semangat hidupnya.

"Engga apa-apa. Aku ke SEKBER (sekretariat bersama) dulu ya. Mau ngumpulin formulir" Laila mengacungkan formulirnya, berjalan meninggalkan Dian.

"Aku ikut ya, engga ada kerjaan nih" Dian memasang tampang memelas.

"Ova mana?" Laila melihat ke sekeliling

"Lagi daftarin kita buat ikut PKM semester ini di UKM-F Penalaran, katanya sih sekalian dia mau join sama UKM itu"

"Kamu engga ikut oraganisasi apapun?" Laila bertanya dengan kening berkerut, heran. Solanya Dian termasuk tipe mahasiswa yang supel, cerewet dan cocok untuk diajak diskusi. Khas mahasiswa organisatoris.

"Ikut dong, tapi yang tingkat prodi aja. Soalnya mau membuat pondasi supaya semester depan udah jadi pengurus HMB"

Laila masuk ke dalam sekretariat LPM Spirit Mahasiswa, memberikan formulir pendaftarannya kepada senior yang berjaga.

"Untuk informasi selanjutnya mengenai technical meeting, pra-diklat dan lain-lain akan diinfokan via sms ya"

Laila mengangguk dan mengajak Dian untuk bergegas keluar.

Saat itulah, tidak sengaja melalui ekor matanya ia melihat seseorang yang familiar. Seseorang yang dulu selalu berangkat ke SMP bersamanya dengan mengayuh sepeda.

Fahmi.

Laila menarik tangan Dian, bergegas mengajaknya keluar dari lingkungan SEKBER.

"Kenapa?"

"Engga apa-apa, panas di sana"

Dian memilih diam. Lantas melihat ke langit. Dia tahu Laila berbohong, karena saat ini udara sedang sejuk, sisa hujan tadi siang dan matahari masih tertutup awan.

Lantas bagian mana yang dirasa panas oleh Laila?

*-*

Praktikum pertama!

Laila sebisa mungkin mencoba untuk membuka matanya. Sejak tadi dia sudah mengantuk dan ingin sekali merebahkan kepalanya di atas bantal.

"Baiklah, untuk laporan praktikumnya kumpulkan hari rabu depan". Dosen tersebut keluar laboratorium.

"Mau kemana?" Laila bertanya pada Dian yang beranjak meninggalkannya

"Ke asprak, asprakmu siapa?"

"Sadam Sugiantoro, tapi aku engga tahu orangnya yang mana" Laila tampak frustasi, dia memandang berkeliling, mencoba menerka-nerka siapa aspraknya.

"Bentar dulu, aku tanyain ke asprak ku ya" Dian beranjak meninggalkan Laila.

Tiba-tiba terdengar seruan keras.

"Yang aspraknya Sadam Sugiantoro berkumpul di luar laboratorium, udah ditungguin tuh".

Laila yang mendengar seruan tersebut langsung bergegas keluar, memberika kode pada Dian bahwa dirinya akan berada di luar.

Di luar, Laila melihat beberapa temannya yang lain sedang mengeribungi seorang senior yang mengenakan jaket khusus HMB. Laila tidak bisa melihatnya, hanya samar-samar mendengar suaranya.

Laila melongokkan kepalanya ke depan dan mendapati Mila, berdiri paling depan sedang memandang aspraknya dengan tatapan memuja.

" Oke, semua sudah di sini kan ya?"

Laila terpaku mendengar suara itu.

"... kalau begitu kakak akan memperkenalkan diri..."

Ga mungkin!

"... Nama kakak sebenarnya Sadam Sugiantoro, tapi biasa dipanggil..."

Serius?

"Adam"

Whaaattt???

"Nah selama satu semester ke depan, mohon kerja samanya yaa"

Adam mendongakkan kepalanya ke belakang, menatap lurus pada Laila.

Tersenyum.

Laila merasa udara di sekitarnya menipis.

*-*

Terima kasih sudah membaca.

With love

MySelf

Selepas HujanWhere stories live. Discover now