Misunderstanding (part 3)

10.2K 653 11
                                    

Mata itu terbuka dengan perlahan. Mencoba menetralisir pandangannya. Langit kamar miliknya, itu yang pertama kali ia lihat. Kedua mata itu terbuka sepenuhnya. Mengerjap sesekali dengan wajah khas bangun tidurnya. Kepalanya menoleh ke samping. Tidak ada roomate-nya yang tidur diranjang sebelah. Saat ia sudah merasa nyawanya kembali terkumpul, ia memilih untuk duduk ditepi ranjang. Matanya melihat ke bawah. Celana jeans yang ia gunakan semalam, mantel hijau yang masih melekat ditubuhnya. Pikirannya melayang, mencoba mengingat kembali kejadian semalam. Seketika ia membeku saat seseorang melintas diotaknya. “Mingyu.” Gumannya pelan.
Tepat saat itu juga, sesosok yeoja masuk ke dalam kamar. “Selamat pagi!” Sapanya hangat. Wajahnya segar, terlihat bahwa ia baru selesai mandi. Didaratkannya bokong miliknya diatas ranjang. Menghadap temannya yang nampaknya masih linglung karena baru bangun.
“Bagaimana aku bisa ada di kamar? Seingatku, aku tertidur dimobil semalam.”
Hani tersenyum. “Tentu saja Mingyu yang menggendongmu kesini.”
“Apa?”
“Semalam ia datang kesini dengan kau yang berada dalam gendongannya. Kau tertidur sangat nyenyak sepertinya. Beruntung para eonni sudah tidur. Jadi hanya aku yang melihat.”
“Bagaimana dia pulang? Dia membawa mobilku, kan?”
“Tidak. Dia pulang dengan taxi.”
“Apa? Kenapa kau tak menyuruhnya membawa mobilku saja?”
“Dia menolak.” Sungyoung termenung. Entah memikirkan apa. “Hani, bagaimana dia bisa menjemputku?”
“Saat dia tahu kau akan makan malam dengan Sehun, dia segera memintaku untuk mengantarkan mobilmu ke gedung. Setelah kau pergi dengan Sehun, Mingyu segera mengikuti kalian. Apa kau tak sadar jika mobilmu sudah terparkir di halaman gedung saat kau akan pergi? Apa kau juga tak sadar ada aku, Mingyu dan yang lainnya tengah memperhatikanmu saat Sehun menjemput?” Sungyoung hanya menggeleng.
“Kau terlalu fokus padanya sepertinya.”
“Bukan seperti itu ..” bantahnya. “Aku hanya memang tak melihatnya.”
“Hani, sikap Mingyu selalu membuatku bingung.”
“Apa yang kau bingungkan? Sudah sangat jelas bahwa namja itu masih mencintaimu, Sungyoung-ah.”
“Tapi jika dia masih mencintaiku, dia tak mungkin berpacaran dengan Tzuyu.”
“Aku rasa ada yang aneh disini.” Guman Hani.
“Maksudmu?” Sungyoung menggeser sedikit tubuhnya pada Hani.
“Aku hanya merasa bahwa hubungan mereka aneh. Terasa seperti ada yang janggal.”
“Aku tak mengerti.”
“Aku juga belum sepenuhnya mengerti. Lebih baik kita lihat nanti saja.’ Ucap Hani. “Wonwoo oppa juga sudah tau hubungan kalian.”
“Mwo?”
“Mingyu dan Wonwoo mengajakku bicara kemarin. Mereka menceritakan bahwa kau dan Mingyu sudah berpacaran. Cerita yang sama dengan yang kau ceritakan. Dan aku bilang bahwa aku pun sebenarnya sudah tau. Mingyu juga mempercayai Wonwoo sebagai tempatnya bercerita. Sama sepertimu yang mempercayaiku.”
“Jadi sekarang ada dua orang yang tahu tentang hubunganku?”
“Ya. Mungkin akan bertambah seiring berjalannya waktu.”
Keduanya kini terdiam. Sungyoung masih betah termenung, sementara Hani tengah berganti baju. “Cepat mandi dan sarapan! Kita akan pergi ke bandara 70 menit lagi.”
“Oh ya Tuhan! Aku hampir lupa kita akan berangkat ke Osaka hari ini.” Sedetik kemudian dia bergerak cepat menuju kamar mandi. Hani hanya menggelengkan kepala melihat tingkah sahabatnya. Tak berubah.
*****
NG turun dengan anggun dari van putih itu. Beberapa fans berteriak memanggil mereka. Keempatnya tersenyum dan membungkuk memberi salam. Mata Sungyoung menatap punggung Woozi yang baru saja memasuki bandara. Itu artinya Seventeen sudah tiba lebih dulu.
Kaos hitam polos ditutup dengan jaket jeans biru tua yang dilipat sampai siku dan celana jeans berwarna biru namun sedikit berbeda, membungkus apik tubuh Sungyoung. Tak lupa sneakers merah, kacamata hitam dan topi merah yang digunakan terbalik melengkapi penampilannya. Bisa dibilang, yeoja itu cukup tomboy jika berpakaian nonformal seperti ini.
Ketiga member lainnya berjalan sedikit lebih maju didepannya. Sungyoung lebih asyik memasang headsheetnya yang terhubung dengan I-pod kecil berwarna pink miliknya. Dengan tinggi 174 cm, yeoja itu terlihat sangat sempurna walau hanya menggunakan pakaian cukup santai seperti itu.
“Kau dan Mingyu, apa kalian janjian untuk style airport hari ini?” Bisik Hani ditelinga kanannya yang belum dipasangi headsheet. Membuat yeoja itu seketika mendongkak dan mencari yang Hani maksud.
Damn! Sama persis! Hanya berbeda alas kaki saja. Mingyu menggunakan sepatu yang mirip pantofel. Selebihnya sama. Bahkan topi pun berwarna sama. Kaos hitam dan jaket jeans biru tua, semuanya sama. Kenapa bisa seperti ini? Padahal berkomunikasi pun tidak, apalagi janjian.
Tanpa diduga, Mingyu yang sedang duduk disalah satu bangku juga menatap ke arahnya kini. Mata mereka membulat kaget dibalik kacamata hitam itu.
“Hei, Sungyoung! Kau dan Mingyu janjian? Kenapa style kalian sama?” Tanya Hoshi heran.
“Anniyo. Aku bahkan tak tahu dia juga berpakain seperti ini.” Jawabnya.
“Ini mustahil! Kalian benar-benar seperti sepasang kekasih yang tengah memakai pakaian samaan.” Ujar Jeonghan.
Kini Mingyu berjalan ke arahnya. Tak dapat dipungkiri bahwa jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Kedua tangan Mingyu dimasukkan kedalam saku celananya. Demi apapun prianya sangat tampan!
Kepalanya bergerak sedikit menatap yeoja itu dari bawah ke atas. Walaupun mengenakan kacamata, Sungyoung tahu ia sedang diperhatikan seperti itu. “Kau mengikutiku?” Tanyanya dengan setengah berbisik.
Sungyoung mendecak sinis. “Mengikutimu? Coba pikir! NG dan Seventeen hanya berselisih beberapa menit saat sampai dibandara ini. Mana mungkin aku mengikutimu. Dari mana aku tau stylemu seperti ini.”
Namja itu diam. Tampaknya ia tengah berfikir. Benar juga yang diucapkannya. Mana mungkin yeoja itu mengikutinya? “Apa mungkin??”
“Apa?” Tanya Sungyoung sengit.
“Telepati kita bekerja dengan baik sepertinya.” Mingyu memberikan smirk andalannya setelah berbisik pada Sungyoung. Lagi-lagi gadis itu dibuat melayang melihat smirk Mingyu yang selalu menggodanya.
“Sungyoung!”
Semua yang berada didekat Sungyoung ikut menoleh. Namja putih dengan kacamata hitam yang bertengger dihidungnya, berjalan dengan gagah menghampirinya. Sehun, kenapa namja itu juga begitu tampan hari ini?
“Oppa, wasseo?” Sehun hanya mengangguk.
“Kalian? Kenapa bisa kembar seperti ini?” Jarinya menunjuk Sungyoung dan Mingyu bergantian.
“Janjian tentu saja.”
“Hanya kebetulan.”
Jawab mereka bersamaan. Keduanya menoleh saling bertatap. Timing yang sama lagi walau jawaban berbeda.
“Jadi, yang mana yang benar?” Tanya Sehun bingung.
“Hanya kebetulan. Semua bisa terjadi tanpa terduga, bukan?” Sungyoung tertawa kaku.
“Oh begitu. Kau menggunakan gelangmu?”
“Tentu.” Sungyoung memperlihatkan pergelangan tangannya. Itu membuat Sehun tersenyum.
Mingyu merasa ‘gerah’ melihat pemandangan didepannya. Sangat memuakkan! Entah apa yang harus ia lakukan untuk menjauhkan kedua manusia ini. Yang jelas, ia tak ingin melihat mereka selalu menempel. Sudah cukup Myungsoo mendekati gadisnya. Kenapa harus ada namja lain lagi yang menyukai gadisnya secara terang-terangan lagi?
“Oppa!” Tzuyu datang menghampiri mereka. Reaksi yang sama lagi. Dan pertanyaan yang sama terlontar lagi. Sungyoung mendecak sinis saat melihat Tzuyu kini menggandeng tangan Mingyu, seolah berkata bahwa itu adalah prianya sekarang.
“Kalian bisa masuk ke dalam pesawat sekarang.” Seru salah satu manajer artis.
“Kajja!” Sehun merangkul cepat bahu Sungyoung. Tanpa menyadari muka Mingyu yang menjadi merah menahan geram.
Dan disinilah mereka sekarang. NG duduk didalam pesawat dan berdekatan dengan beberapa member Exo. Seperti Kai, Sehun, Baekhyun, Chanyeol, dan Lay. Sesekali mereka mengeluarkan candaan yang diiringi tawa. Member Exo benar-benar ramah pada juniornya. Belum sampai sehari mereka berbincang, rasanya sudah seperti berkenalan bertahun-tahun.
Sungyoung hanya tersenyum kecil menanggapi guyonan yang lainnya. Berbeda dengan membernya yang tertawa cukup keras. Sudah ia katakan, ia tak bisa lagi tertawa lepas dan tersenyum bahagia. Hanya tawa hambar yang kaku, senyum palsu yang ia lakukan akhir-akhir ini didepan para fans dan rekan artisnya. Kecuali saat masih bersama Mingyu.
Terbayang selalu sosok pria yang sudah 4 tahun menjadi bagian hidupnya itu. Seolah sudah bergantung padanya. Terlalu nyaman bersender dan terjatuh akhirnya saat namja itu bergeser. Tak pernah terbayang olehnya hingga bisa luar biasa hebat mencintai pria itu seperti ini. Rasa cinta yang selalu besar untuknya sedari dulu. Padahal saat mereka duduk dibangku sekolah, penampilan Mingyu bisa dikatakan biasa saja. Kulit sedikit hitam dan cukup gendut. Bahkan yang ia dengar, banyak yeoja yang menolaknya. Namun entah mengapa Mingyu terlihat menarik dimatanya. Kala itu juga Mingyu merasakan perasaan yang sama pada Sungyoung. Dilihatnya yeoja itu begitu cantik dan ramah. Mereka duduk dikelas yang sama pada tingkat kedua dan ketiga dibangku SMA. Dan juga mereka berteman baik karena sama-sama satu sekolah dan satu perusahaan di Pledis Ent. Saat itu Sungyoung sudah melakukan debut dari kelas 1 SMA. Tepat saat usianya menginjak 15 tahun.
Saat itu Mingyu menyatakan langsung perasaannya pada Sungyoung diatap sekolah. Awalnya ia sempat pesimis, namun dugaannya salah. Sungyoung menerima pernyataan cintanya. Hingga akhirnya mereka mulai berpacaran dan saling mendukung satu sama lain. Walau umur mereka masih dibilang belia, namun rasa cinta mereka sudah sangat serius terasa. Dengan penuh kasih Sungyoung selalu merawat Mingyu dan membantunya. Hingga lama kelamaan, Mingyu berubah menjadi pria yang amat tampan. Banyak yeoja yang menyesal melihat Mingyu sekarang. Bahkan ada yang menawarkan tubuhnya untuk Mingyu. Tapi untungnya, namja itu sama sekali tak tertarik ataupun melirik. Yang namja itu pandang hanya seorang Han Sung Young. Wanita yang berhasil mencuri sepenuh hatinya, mengalihkan dunianya, dan pemicu semangatnya. Hanya dengan melihat wajah lembut itu, rasa penat atau amarah mendadak hilang. Wanita lembut yang selalu merawatnya dengan tulus, memeluknya saat lelah, tersenyum manis menguatkannya. Hidupnya, adalah wanita itu. Begitu pula sebaliknya.
Namun kini semua berubah. Sungyoung kehilangan Mingyu. Yang terpikirkan oleh Sungyoung, walaupun ia bisa melihat raganya, bisa merasakan kehadirannya, bisa merasakan perlakuan aneh namja itu, tetap saja faktanya ia telah memiliki wanita lain. Dia akui, Tzuyu cantik, baik dan ramah. Nampaknya ia juga wanita lembut. Tak heran jika Mingyu berpaling.
Tanpa ia sadari, air matanya mengalir begitu saja. Wajahnya menunduk dengan pandangan kosong. Semua rekannya pun tak ada yang sadar, mereka masih asyik tertawa. Sungyoung merasa hatinya sangat sakit. Hubungan indah selama 4 tahun, selalu akur dan tanpa konflik yang berarti. Banyak yang sudah mereka lalui bersama. Tangis, tawa, semuanya tanpa terlewat. Mereka melalui bersama. Saling bertukar masalah berdua, selalu berbagi apapun itu. Dan kini semuanya, berakhir sudah. Cintanya kandas begitu saja tanpa tahu apa sebenarnya terjadi. Air matanya turun kembali dengan derasnya. Ia tersadar sekarang. Kacamata itu memang sudah tak menghadangi matanya lagi sekarang. Jadi pasti para rekannya menyadari tangisnya. Dihapusnya kasar jejak air mata itu dipipinya. Saat hendak bangkit dari duduknya dan menuju toilet, matanya bertemu Mingyu yang tengah menatapnya dengan pandangan yang sulit diartikan dari tempat duduknya yang berbeda beberapa baris. Teringat lagi bahwa sekarang ia tengah duduk bersama kekasih barunya. Dan itu kembali membuatnya ingin menangis. Tanpa menunggu waktu lagi, ia segera berjalan cepat menuju toilet. Mingyu segera mengikuti langkah Sungyoung setelah memastikan bahwa Tzuyu sudah tertidur.
Sungyoung menutup pintu toilet dengan sembarang. Jadi Mingyu bisa dengan mudah masuk ke dalamnya. Mengunci pintu toilet dengan pelan, sehingga membuat Sungyoung yang sedang membasuh wajahmya pun tak sadar.
Yeoja itu akhirnya tersentak saat melihat ke arah cermin. Pria yang selalu menghantui pikirannya kini berada tepat dibelakangnya. “Apa yang kau lakukan disini?”
“Kenapa kau menangis?” Tanya Mingyu dengan wajah datarnya.
Sungyoung terdiam sejenak. Tak tahu harus menjawab apa. Membantahpun percuma rasanya. Mingyu takkan menyerah begitu saja dengan jawaban singkatnya.
Kesal karena pertanyaannya tak kunjung dijawab, tangannya menyentuh bahu Sungyoung dan membalikannya. Menatap dalam kedua manik mata yang sarat dengan tatapan terluka. “Aku bertanya padamu.”
“Aku tak bisa memberitahumu.”
“Kenapa?”
“Aku sudah tak pantas mencurahkan apapun lagi padamu, Gyu.” Ucapnya dengan nada serak. Air mata itu mengalir lagi.
“Tatap aku!” Sungyoung menggeleng. “Tatap aku, Han Sung Young.”
Dagunya diangkat paksa. Sehingga mau tak mau ia harus bertemu sepasang mata itu. “Aku benci. Aku benci pada diriku sendiri. Sangat cengeng, lemah, dan begitu hancur hanya karena kau tinggalkan.”
“Uljima, Han! Jebal!”
Sungyoung menggeleng lagi. Tidak, ia bahkan tak bisa menghentikan air matanya sendiri. Hatinya sudah terlanjur luka. Perih, tanpa tau cara menyembuhkannya. “Maafkan aku belum bisa melupakanmu. Maaf belum bisa berhenti mencintaimu. Sangat susah untuk melakukan semua itu, Gyu.”
“Aku tak pernah menyuruhmu melakukan itu. Berhenti sekarang juga!”
“Tidak! Jika aku terus berada dalam rasa ini, aku sendiri yang akan kesakitan saat melihat kalian berdua bersama. Aku tak ingin menyiksa diriku sendiri.” Mingyu menatap pedih padanya. Tekad gadis ini begitu kuat untuk berhenti mencintainya. Bisakah ia terima kenyataan suatu hari nanti jika gadia ini benar-benar bisa melakukannya?
“Han, jebalyo! Berhenti mengucapkan kalimat menyakitkan itu! Kumohon!”
Ditangkupkannya kedua tangan itu dipipi tirus Sungyoung. Mengisyaratkan agar matanya terus menatap dirinya. Memberikan sebuah kata tak terucap hanya dari tatapan jtu. Berharap dengan sangat agar yeoja itu mengerti.
“Tetap disisiku, Han. Jangan tinggalkan aku, apalagi berhenti mencintaiku! Lakukan itu! Ini perintah, dan aku tak suka dilawan.”
Chup!
Mingyu mendaratkan ciuman lembut dibibir manis gadisnya. Awalnya hanya sekedar menempel, namun lama kelamaan kedua bibir itu bergerak pelan. Saling melumat, menumpahkan semua kerinduan. Sungyoung tak menolak, tak dapat dipungkiri bahwa ia pun sangat merindukannya. Genggaman tangannya, pelukan hangatnya, ciuman lembutnya, sentuhannya, kata cinta yang terlontar, semuanya tanpa terkecuali. Apa yang ada dalam diri Mingyu, semuanya Sungyoung rindukan.
Namun ada sesuatu yang terlintas dikepalanya yang membuat Sungyoung tersadar. Didorongnya kasar tubuh Mingyu hingga menjauh darinya. Raut terkejut tampak diwajah Mingyu ini. Han Sung Young-nya tak pernah sekasar ini. 4 tahun lebih ia mengenalnya, baru kali ini ia melihat yeoja ini berbuat kasar.
“Han ..” gumannya tak percaya.
“Berhenti memanggilku seperti itu!”
“Hei, kau ini kenapa?” Tanya Mingyu dan mulai mendekatkan lagi dirinya.
“Jangan mendekat! Aku tak ingin terus menerus berdekatan lagi bersamamu.” Langkah Mingyu terhenti seketika. “Kau brengsek! Setelah kau mengabaikanku, mengacuhkanku hingga aku seolah mengemis perhatianmu. Lalu kau dengan brengseknya bermain dengan wanita lain dibelakangku. Mengumumkan pada dunia bahwa kalian resmi berpacaran, tanpa kau sadar aku hancur disini! Kau tahu? Aku sudah berbaik hati melepaskanmu dengan begitu mudahnya. Namun dengan mudahnya kau mencegahku pergi, memintaku agar tak berhenti mencintaimu dan tetap disisimu. Hei, kau fikir aku yeoja apa? Apa tak cukup kau membuangku begitu saja? Apa aku juga harus tetap tegar melihat kau bahagia bersamanya? Aku tahu, aku memang wanita bodoh! Yang terus menerus menuruti semua ucapanmu, yang berdiam diri saat kau mengkhianati cinta kita, yang dengan mudahnya melepasmu.” Ucapnya panjang lebar. Air mata itu tak henti mengalir dengan derasnya. Ia hanya ingin menumpahkan semua rasa sakitnya. Setidaknya untuk yang terakhir kali.
“Semuanya sudah berakhir. Kau sendiri yang menginginkannya bukan? Jadi mulai sekarang, jauhi aku! Jangan menahanku pergi! Jangan berakting seolah kau peduli padaku! Aku tak bisa jika harus bersamamu, sementara kau lebih menatap wanita lain. Maaf aku tidak bisa untuk itu. Aku sudah bertekad untuk melupakanmu, berhenti atas semuanya.”
Mingyu menatapnya tak percaya. Rentetan kalimat menyakitkan itu akhirnya ia dengar. “Aku pergi.”
****
Hampir satu minggu sudah setelah kejadian itu, Sungyoung jarang bertemu Mingyu lagi. Bertemu hanya saat dikonser. Itu pun tak banyak bicara. Lagi-lagi Sungyoung menghindarinya. Ia lebih memilih bersama banyak orang saat konser, agar Mingyu tak berani mendekatinya. Kegiatan individunya juga sangat padat. Terhitung seminggu ini, ia hanya tidur 6 jam. Bahkan ia hanya makan nasi 2x selama seminggu terakhir. Sangat sibuk! Syuting beberapa iklan, pemotretan Z Magazine di Tokyo, menjadi model dan syuting MV terbaru milik Boyfriend, pemotretan untuk koleksi tas, konferensi pers dramanya, mulai recording OST yang akan dinyanyikannya, latihan bersama NG, menulis lagu untuk comeback mereka 3 bulan lagi bersama para eonni-nya, menciptakan koreografi dance bersama Haena yang merupakan leader dance 2, dan hal lainnya. Sungyoung melakukan semuanya dengan baik. Ia merasa semuanya bisa dihandle dengan baik. Dan memang semuanya yang ia lakukan berhasil. Namun kondisi tubuhnya berkata lain, ia mulai merasa tak enak badan. Tapi walau bagaimanapun, ia tetap harus mengikuti jadwal. Hari ini, harus terbang menuju Shanghai untuk konser akhir pekannya. Para membernya sudah pergi ke bandara lebih dulu. Sementara dirinya berangkat dari gedung SM hari ini setelah membicarakan project baru kerja sama antara SM dan Pledis. Membuat Younique Unit Maxstep 2 dengan para seniornya di SM. Hanya ia sendiri yang terpilih dari Pledis untuk bergabung di project ini. Dan pada konser kali ini, ia akan menampilkan YUM pertama, mengganti sementara Hyoyeon yang memang menjadi anggota itu. Ia satu-satunya wanita disana. Ada Taemin, Minho, Kai, Sehun, Baekhyun dan Lay. Penampilan spesial yang akan sangat ditunggu. Jangan lupakan sesuatu, ia latihan sangat keras untuk penampilan ini.
Sungyoung turun dari van sendirian. Dengan kaos abu yang ditutup oleh kemeja kotak-kotak berwarna merah tanpa dikancingkan. Celana jeans hitam dan sneakers putih. Masker putih yang menutupi wajahnya dan topi hitam terbalik dikepalanya. Style manly lagi yang ia pakai.
Walaupun tertutup masker, tetap saja wajah lelahnya terlihat, apalagi matanya. Kepalanya sedikit pening pagi ini. Matanya berat menahan kantuk. Demi apapun, ia hanya butuh tidur cukup.
Sungyoung melihat para membernya sedang duduk disalah satu bangku bandara. Tepat disebrang mereka ada member Seventeen, dan ada Mingyu juga. Bersama dengan wanita barunya. Rasa sesak itu selalu datang saat melihat mereka. Kenapa ia tak pernah bisa terbiasa dengan pemandangan itu?
“Youngie, bogoshipo.” Hani berseru dan memeluknya saat ia sudah ada dihadapan mereka.
Hani yang tingginya kurang 3cm darinya itu, memeluknya kencang. Tampaknya ia memang sangat merindukan Sungyoung walau hanya beberapa hari jarang melihat. “Nado, Hani-ya.”
“Duduklah! Wajahmu terlihat sangat lelah.” Ucap Jerim. Dan sang maknae itu akhirnya duduk dipaling pinggir sebelah Hani.
Sungyoung tahu jika Mingyu melihat ke arahnya kini. Namun sama sekali tak ada niatannya untuk kembali menatapnya. Sungyoung memejamkan matanya, lelah. Kepalanya tertunduk lemas. Badannya benar-benar tak enak hari ini.
“Kau sakit?” Tanya Jerim khawatir.
“Anniyo, eonni. Gwenchana.” Jawabnya dengan suara parau. Siapapun tau bahwa yeoja ini tidak dalam keadaan baik.
Sesekali Sungyoung menggeleng-gelengkan kepalanya, berusaha menghilangkan kantuknya dan mengurangi peningnya. Ia juga mengadahkan kepalanya. Badannya terasa sangat tak enak. Sungguh, jika bisa ia ingin pulang dan tidur dengan baik. Kini ia tertunduk lemah dibangku. Hani mengusap-usap punggungnya. Sesekali ia memijit pelan pundak Sungyoung. Sahabat kesayangannya jatuh sakit. Demi apapun ia tak sangup melihatnya seperti ini.
“Youngie, waeyo?” Sehun yang baru sampai cukup terkejut saat melihat yeoja yang disukainya tertunduk lemah. Ia sudah curiga saat Sungyoung di gedung agensinya tadi. Yeoja itu terlihat tak bergairah dengan wajah pucatnya. Apalagi kalau bukan sedang sakit.
Kini Sehun berlutut dilantai agar bisa melihat wajah Sungyoung. Tangannya bergerak menyingkap poni Sungyoung dan memegang dahinya. Panas. “Dia demam.”
“Bagaimana ini, sunbae? Dia tak mungkin pulang. Pihak agensi sudah mengonfirmasi bahwa NG akan tampil lengkap dikonser. Jika Sungyoung tak datang, pasti mereka akan meraaa dirugikan. Dan Sungyoung pasti terkena hukuman oleh pihak agensi.”
“Tapi dia sakit. Dan kuyakin dia juga tak ingin seperti ini.”
“Mereka tak mentolerir. Jika hanya sakit demam biasa, agensi menganggap bahwa itu penyakit ringan. Apalagi mengingat kami merupakan girlband yang terbilang baru. Mau tak mau kami harus selalu patuh.”
“Aku tak apa, sungguh. Ini biasa saja. Saat kita tampil juga akan sembuh.” Ucap Sungyoung akhirnya.
“Kau ingin sesuatu?” Tanya Sehun.
“Segelas kopi mungkin bisa menghilangkan kantukku, oppa.”
“Aku akan memesan.” Sehun berdiri. Namun sebelum pergi ia membuka mantel hitam yang digunakannya. “Pakaikan ini padanya!” Titahnya pada Hani. Yeoja itu mengangguk patuh.
Sepeninggalan Sehun, Hani memakaikan mantel yang cukup tebal itu pada Sungyoung. Yeoja itu tak menolak, tubuhnya memang membutuhkan mantel itu sekarang ini.
“Ayolah, Sungyoung! Jangan lemah seperti ini! Kenapa sekarang badanmu ikut cengeng seperti hatimu?” Gumannya pada diri sendiri.
Tak lama kemudian, Sehun datang dengan segelas kopi hangat. Diberikannya kopi itu pada Sungyoung, dan yeoja itu meminumnya dengan pelan. Mingyu melihat semua itu tanpa bisa berbuat apapun. Batin dan otaknya tengah berperang kini. Apa yang harus ia lakukan?
Panggilan terdengar dispeker. Meminta agar para pengunjung memasuki pesawat. 10 menit lagi pesawat akan segera lepas landas. Setelah mengumpulkan tenaga, Sungyoung bangkit dari duduknya. Kepalanya masih terasa sedikit pusing. Hani selalu sigap menuntunnya. Sementara Sehun, dia berdiri dibelakang kedua yeoja itu. Perannya sudah seperti kekasih untuk Sungyoung sekarang.
****
Ribuan penonton menjerit tanpa lelah. Konser sudah berlangsung sedari tadi. Namun suara dan semangat mereka semakin bertambah. Langit malam kota Shanghai yang cerah. Jutaan bintang terlihat menawan diatas sana. Seolah ikut menikmati kegembiraan para fans hari ini.
Para namja Younique Unit naik ke atas panggung. Keenam pria tampan itu akan mengawali lagu Maxstep. Penonton kembari bergemuruh. Memanggil keras nama idolanya. Lagu berputar, lagi-lagi para fans menjerit histeris. Betapa besarnya pengaruh Kpop disini. NG sudah tampil malam ini. Tinggal penampilan spesial Sungyoung.
Sungyoung baru keluar dari ruang rias. Hotpants hitam dengan kaos hitam dan jaket kulit hitam membungkus tubuh rampingnya. Ditambah dengan sepatu boots tanpa hak yang mengalasi kakinya. Sempurna!
Dia berjalan menuju para membernya. Badannya masih tak karuan. Bahkan pusing dikepalanya semakin bertambah. Wajah pucat itu masih terlihat walau telah ditutupi make up.
“Youngie, kau yakin bisa tampil? Aku sungguh khawatir, Ya Tuhan.” Ucap Haena yang kini menggenggam erat tangan dinginnya. “Tanganmu sangat dingin. Tapi .. lehermu sangat panas. Kau benar-benar demam.” Ucap Haena bertambah panik saat tangannya memegang lehernya.
“Doakan saja semua baik-baik saja, eonni. Aku harus bisa.” Ucapnya dengan nada parau. Sementara ketiga membernya menatapnya dengan tatapan sangat cemas.
“Sungyoung-ssi, kajja!” Imbuh salah satu staff.
“Kau pasti bisa, sayang. Semangat!” Ujar Jerim. Sungyoung mengangguk pasti. Ia berjalan melewati lorong kecil dibawah panggung untuk sampai ke tengah panggung. Kali ini ia akan menaiki semacam lift kecil yang akan membawanya naik ke atas stage.
Kakinya menapak pasti diatas lift itu. Hatinya terus berdoa agar ia bisa menyelesaikan penampilannya. Setelah perform dengan para namja SM ini, ia akan langsung bernyanyi solo Devil’s Cry yang pernah dinyanyikan Taeyeon SNSD. Lagu yang hanya berdurasi sekitar 2 menit lebih, namun tiap baitnya bernada tinggi. Bisakah ia bernada tinggi dengan keadaan seperti ini?
Lift itu bergerak. Giliran tampilnya sudah tiba. Gemuruh penonton kembali terdengar luar biasa histeris saat melihatnya. Dirubahnya mimik wajahnya agar terlihat lebih garang. Tatapan tajam itu menembus sorot kamera yang mengarah ke arahnya.
Sungyoung menyanyikan part rapnya dengan tempo cukup cepat. Menari dengan enerjik. Tanpa terlihat bahwa kini ia tengah sakit. Walau tak dapat dibantah, bahwa kepalanya bertambah pusing saat ini.
Member NG saling berpegangan tangan saat melihat penampilan Sungyoung. Khawatir akan maknae kesayangan mereka tiba-tiba jatuh pingsan diatas stage. Wajah pucatnya kembali terlihat saat ia menyelesaikan part rap itu. Sesekali ia terlihat oleng. Namun dengan mudahnya bisa ia handle.
“Eonni, ottokhe? Aku takut ia pingsan.” Gusar Haena. Hani bahkan berkaca saat ini. Sungguh, melihat Sungyoung seperti ini sangat menyayat hatinya.
“Adikku lebih hebat dari apapun.” Guman Jerim. Ia tahu Sungyoung adalah wanita kuat.
Lagu selesai. Formasi akhir dengan Sungyoung berdiri ditengah, diapit oleh keenam namja tampan itu. Mingyu menggeram saat melihat lagi wajah pucat Sungyoung yang dizoom kamera. “Sial! Bisakah kita hentikan perform solonya? Ini takkan baik kurasa.” Ucap Mingyu gusar.
Belum sempat ia melakukan sesuatu yang ada dikepalanya, musik sudah berputar. Lagu ini, membutuhkan nada yang tinggi. Raut cemas tak bisa Mingyu sembunyikan. Awalnya ia hendak menghampiri salah satu staff, namun akhirnya ia kembali melihat ke arah monitor.
Penonton menjerit histeris lagi saat mendengar suara tinggi Sungyoung yang membuat semuanya terbius. Bahkan member Seventeen, Twice, Exo dan SHINee menganga tak percaya.
“Dia calon diva.” Guman Hoshi.
“Suaranya begitu stabil. Nada yang dicapainya sangat tinggi. Luar biasa!” Sahut Baekhyun.
“Demi apapun, aku merinding mendengarnya.” Kini Kai ikut berujar.
Seluruh penonton, staff bahkan artis sangat terpukau. Lagu bergenre rock itu terus membuat riuh panggung. Sungyoung menyanyikan dengan baik. Sialnya, lagi-lagi dia sedikit oleng. Kepalanya terasa sangat berat sekarang.
Menjelang lagu berakhir, Sungyoung harus mencapai nada yang lebih tinggi. Dan saat itu juga banyak penonton yang kembali menjerit keras dengan tangis histeris. Seorang Han Sungyoung, telah berhasil melakukan penampilannya.
Terlihat saat akhir lagu tubuhnya lebih oleng. Bahkan untuk berdiri pun kakinya terlihat gemetar. Sebelum lampu padam, ia segera berjalan cepat menuju backstage. Sudah habis tenaga yang ia punya. Mingyu yang melihat itu segera berlari menuju tangga tempat Sungyoung akan turun, disusul oleh member NG, Wonwoo, Vernon, Jun, dan Joshua.
Bruk!
Benar saja. Belum saja turun dari beberapa tangga, tubuh Sungyoung sudah ambruk. Hingga badannya membentur 2 tangga yang harus ia turuni lagi. Mingyu segera menghampirinya dan memeluknya. “Han, ireona! Ireonayo, jebal!” Pipi tirus itu ditepuknya pelan oleh Mingyu. Tak ada reaksi. Wajahnya semakin pucat dengan keringat dingin didahinya.
Dengan cekatan ia segera menggendong tubuh Sungyoung. Berlari menuju ambulans yang ada di belakang gedung ini. Para staff dan beberapa artis menjadi panik. Mingyu bahkan tak mempedulikan lagi Tzuyu yang menatapnya kaget saat menggendong Sungyoung. Kini semua fokusnya hanya teruju pada yeoja yang berada dalam gendonganya.
Mingyu meletakan tubuh Sungyoung diatas brankar. Membiarkan yeoja itu masuk kedalam ambulans untuk diperiksa. Wajahnya semakin panik. Tak dapat lagi ia tutupi. Bahkan tanpa para rekannya sadari, matanya memerah menahan tangis.
“Ottokhe?” Gumannya dengan nada parau. Suaranya terasa tersangkut ditenggorokan. Hatinya meringis perih. Tak bisa melihat yeoja itu terbaring lemah.
Wonwoo yang ada disampingnya segera merengkuh bahu sahabatnya. Menempuknya agar namja itu sabar. “Dia akan baik-baik saja. Kau tahu pasti jika dia adalah wanita kuat.”
Mingyu kini hanya bisa menunduk. Tangannya bergetar hebat. Saat menggendong tubuh yeojanya, terasa lebih ringan dari yang terakhir kali ia gendong. Sungyoung kehilangan banyak berat badan sepertinya. Jadwal padat, pola makan yang tak benar, dan kurang istirahat. Jangan lupakan bahwa yeoja itu stress oleh pikirannya juga. Ya, pikiran tentang Mingyu. Dan itu membuat Mingyu menggeram kesal pada dirinya sendiri.
Disana kini tinggal member NG, Mingyu dan Wonwoo. Mereka menunggu dokter yang tengah memeriksa Sungyoung dengan gusar. Semoga yeoja itu tak perlu sampai dirawat di rumah sakit. Dan semoga saja yang ia derita kini hanya kelelahan biasa, bukan penyakit serius yang menakutkan.
Beberapa menit menunggu dengan perasaan cemas, akhirnya dokter keluar dari dalam ambulan itu. “Sungyoung-ssi hanya mengalami demam biasa. Ia kelelahan. Dia pingsan karena rasa pusing dikepalanya dan membuat kepalanya terasa berat. Dia sudah siuman sekarang.”
Tanpa babibu lagi, Mingyu segera masuk ke dalam ambulan dan menutup pintu itu. Membuat Haena, Jerim dan dokter menatap kaget. Namun Hani dan Wonwoo akan menangani itu.
Mingyu menatap sendu ke arah Sungyoung yang terbaring lemah. Yeoja itu menatapnya lesu. Tubuhnya terasa sangat lemas walau hanya untuk mengangkat lengan.
“Gyu, kenapa kau ada disini?” Tanyanya dengan nada yang sangat pelan.
Mingyu memegang tangan Sungyoung yang kini tengah diinfus dengan pelan. Air matanya menetes tanpa terduga. Membuat Sungyoung tertegun melihatnya.
“Aku sangat cemas. Berulang kali aku menggeram ketika kau tampil dengan wajah pucat. Aku tahu kau takkan kuat.” Ucapnya dengan suara serak. “Han, melihatmu jatuh terkapar tadi sangat membuatku terpukul. Aku bahkan sangat kalap. Aku menggendongmu seperti orang kesetanan, bahkan aku menabrak beberapa staff sampai mereka terjatuh. Yang ada dipikiranku hanya kau, bodoh.”
Sungyoung tak percaya saat Mingyu menangis kecil. Hatinya terenyuh. Sebegitu khawatirkah namja ini? Tangan kanan yang tak diinfus itu bergerak lemah untuk menyentuh tangan Mingyu. Namja itu menyambutnya dengan cepat dan meremasnya pelan. “Uljima, Gyu!”
“Berjanjilah padaku, ini terakhir kali kau seperti ini. Demi Tuhan, Han Sung Young! Aku sangat takut.”
Setetes air mata mengalir dari pipi Sungyoung saat Mingyu mencium keningnya. Bibir namja itu sedikit bergetar. Sungyoung sangat tahu kini namjanya sangat serius. Mingyu tak pernah menangis jika memang hal itu tak membuatnya sedih. Dia hapal betul. “Gyu, kau tak perlu begini. Kau sudah milik Tzuyu. Dia pasti terluka saat melihat ini.”
“Astaga! Bisakah kau berhenti berbicara omong kosong? Jika manajer, artis lain, staff, media bahkan presdir melihat kita sekarang, aku tak peduli. Bahkan jika karirku harus hancur saat ini juga aku tak peduli. Aku hanya ingin merawat gadisku, hanya ingin menjaga milikku. Aku bahkan benar-benar tak peduli jika karena ini aku harus didepak dari agensi atau apapun itu. Aku benar-benar tak peduli, Sungyoung! Hanya kau, yang aku pedulikan saat ini.”
“Gyu ..”
“Besok kita pulang. Penerbangan paling awal. Bersamaku. Aku akan berbicara pada manajer. Walaupun dilarang aku tak peduli. Aku hanya ingin membawamu pulang dan istirahat dengan baik. Aku juga akan berbicara pada agensi untuk memberimu waktu istirahat. Aku sudah tak peduli lagi jika aku harus mendapat hukuman.”
“Gyu, jangan lakukan itu!”
“Aku tak peduli. Aku hanya ingin kau sembuh. Untuk kedepannya, jangan menangis lagi! Jangan terpuruk sendirian lagi! Jangan menanggung apapun sendirian! Berbagi padaku. Seperti janji kita dulu.”
“Mingyu-ah!”
“Jangan pernah menyuruhku untuk menjauhimu! Jangan pernah berkata hal memuakkan lagi! Aku akan tetap bersamamu. Aku akan tetap melakukan semua yang ingin kulakukan padamu. Aku tak peduli akan apapun lagi. Bahkan pada agensi ataupun Tzuyu.”
“Kim Mingyu!!”
“Aku mencintaimu, Han Sungyoung!”
*****
Dengan pertimbangan cukup matang, akhirnya sang manajer menyetujui usulan Mingyu. Manajer Svt dan NG memperbolehkan Mingyu dan Sungyoung pulang lebih dulu. Tentunya mereka tak boleh hanya berdua, Wonwoo dan Hani ikut bersama mereka. Sementara yang lain dan para manajer harus menetap di Shanghai karena ada pertemuan dengan presiden China.
Tepat pukul 7 pagi mereka sudah berada didalam pesawat. Bandara masih cukup sepi sehingga tak ada fans dan media yang memotret. Itu menguntungkan untuk mereka. Sungyoung duduk didekat jendela, Mingyu setia disampingnya. Sementara Hani dan Wonwoo tepat disamping kursi mereka.
“Masih terasa pusing?” Tanya Mingyu lembut.
“Tidak sepusing kemarin.” Jawabnya lemah. Wajahnya masih pucat, kali ini ia sama sekali tak menggunakan make up. Sehingga Mingyu bisa melihat wajah layu dan mata sayunya itu. Mingyu bergerak merapatkan mantel Sungyoung. Menutupi tubuh gadisnya dengan rapat agar ia tak merasa dingin. Dibukanya mantel hitam miliknya, diselimuti ke tubuh Sungyoung agar makin terasa hangat.
“Gyu, tidurlah! Kau merawatku semalaman.” Ya. Semalam Sungyoung tidur dihotel. Dan Mingyu merawatnya semalaman. Namja itu mengganti kompres, memberikannya obat penurun panas, menyuapinya bubur, terbangun dari tidurnya saat Sungyoung mengigau dan lainnya. Namja itu seolah menebus perbuatannya selama ini.
“Kau yang harus tidur. Aku tak mengantuk.”
“Geotjimal!” Ucapnya dengan nada lemah. “Matamu berkata lain, Gyu.”
“Tidurlah, Han! Jangan pikirkan aku! Yang harus kau fikirkan sekarang adalah kesembuhanmu.”
“Kau juga harus fikirkan kesehatanmu.”
“Hei, gadis kecil! Kau ini sedang sakit tapi senang sekali mengajakku berdebat?” Sungyoung tersenyum dengan wajah pucatnya. “Gomawo, Gyu.”
Tangan Mingyu mengambil tangan Sungyoung. Digenggamnya lembut dan sesekali diciumnya. Nyaman! Sungyoung selalu nyaman dengan perlakuan namjanya. Akankah seseorang bisa dengan mudah berhenti mencintai namja dengan sikap hangat seperti ini? Mingyu-nya kembali. Mingyu miliknya, kekasihnya, prianya yang selalu menjaganya, merawatnya, melindunginya, memperlakukannya dengan lembut. Ia kembali kesisinya. Tak bisa terlukis seberapa bahagia hatinya. Bagai mimpi melihatnya kembali seperti dulu.
“Jika sakit bisa membuatmu kembali seperti ini, aku rela menjadi seperti ini dalam waktu yang lama.” Ucap Sungyoung bergurau.
“Yak! Jaga ucapanmu, bodoh! Saat kau sembuh nanti, aku masih akan tetap seperti ini.”
“Yaksok?”
“Yaksok.”
“Saranghae, Gyu.”
“Nado saranghae, Han. You still mine! Forever! No matter what happends, i’ll always beside you.”
“Owww. Minglish is back. I like that.” Keduanya tertawa kecil. Mereka sangat bahagia. Tanpa mereka sadari kedua pasang mata menatap iri ke arah mereka.
“Kau tidak tertarik seperti mereka?” Tanya Wonwoo.
“Anni.”
“Kita bisa saja seperti itu.”
“Yak, oppa! Berhenti bergurau!”
“Kau tinggal menjawab ‘iya’ maka kita pacaran detik ini juga. Ayolah, jangan gantung aku seperti ini. Sudah 2 bulan aku menunggu jawabanmu.” Ucap Wonwoo serius.
Mata sipitnya menatap dalam Hani. Tak dapat dipungkiri, Hani sudah terpesona pada namja ini. Namun ia tetap mencoba bertahan pada pendiriannya. Hatinya hanya ingin melihat kesungguhan Wonwoo. Melihat seberapa bedar perjuangan namja itu untuk mendapat cintanya.
“Aku masih berfikir.”
“Sungguh lama.” Gumannya kesal.
“Kalau kau tak sabar, ya sudah. Aku tak memaksa.”
“Tentu saja aku akan memunggumu. Sampai kapanpun! Aku sungguh mencintaimu.”
Pipi itu memerah seketika. Hanya Wonwoo yang bisa membuatnya seperti ini. Walaupun tak sedikit namja yang mendekatinya, tapi hanya Wonwoo yang dapat melumpuhkan hatinya.
****
Mereka berempat turun dari taxi tepat didepan dorm NG. Hani memapah tubuh Sungyoung yang masih terasa lemas. Sementara Mingyu dan Wonwoo dibelakang mereka. Tak ada jadwal untuk mereka sekarang. Setidaknya sampai para membernya pulang. 4 hari lagi mereka akan menghadiri Seoul Music Award. Ajang penghargaan bergengsi yang juga rutin diadakan tiap tahunnya. Dan kabar baiknya, besok Mingyu dan Sungyoung akan melakukan pemotretan di sebuah perusahaan baju. Tapi saat mengingat Sungyoung seperti ini, bisakah besok mereka melakukannya?
Sungyoung menjatuhkan tubuhnya diatas ranjang. Dengan cekatan, Mingyu membuka sepatu yang melekat dikaki gadisnya dan menarik selimut untuk menutupi tubuhnya.
“Aku dan Wonwoo ada diruang tengah jika kalian butuh. Dan aku akan membuat bubur untuk Sungyoung.” Ucap Hani.
“Terima kasih, Hani-ya.”
“Ne, oppa.” Pintu kamar ditutup setelahnya. Mingyu mengalihkan lagi pandangannya pada Sungyoung. Yeoja itu nampak tengah menatapnya dalam.
“Kau lapar kan?” Tanya Mingyu lembut. Tangannya menyentuh dahi Sungyoung, memastikan apakah panasnya turun. Dan setelahnya ia mendesah lega. Panasnya turun, suhu tubuhnya tak separah saat di Shanghai.
“Sedikit.”
“Kau harus makan banyak lalu minum obat. Setelah itu tidur. Seharian ini kau harus tidur.”
“Ne. Ah iya, besok bukankah kita ada jadwal pemotretan?”
“Ya. Tapi aku akan meminta agensi membatalkannya. Kau tak boleh bekerja dulu.”
“Andwae! Besok aku pasti sembuh. Percayalah!”
“Han ..”
“Gyu, jebal! Percaya padaku. Aku tak betah jika harus berada disini dengan waktu lama.”
“Baiklah. Tapi jika besok kau belum sembuh, aku akan membatalkannya. Arrachi?”
Sungyoung mengangguk. Tiba-tiba ia menggeser tubuhnya. “Tidur disini!”
“Ye?” Mingyu terlihat bingung. Membuat Sungyoung sangat gemas melihat wajah polosnya. Apa namja inj punya 3 kepribadian? Kadang menjadi dingin dan arogan, kadang hangat dan romantis, kadang lugu dan polos. Semua itu mampu membuat Sungyoung bertekuk lutut.
Tubuh Mingyu terjatuh juga diatas ranjang saat Sungyoung menariknya. Walaupun masih sakit, masih tersisa tenaga cukup hanya untuk sekedar menarik namja itu. Kini keduanya terbaring saling berhadapan. Kaki Sungyoung bergerak mengambil selimut dan menyelimuti tubuh Mingyu juga. “Kau harus tidur sekarang!”
“Tidak sebelum kau makan, Han.”
“Itu gampang. Aku tak ingin kau sakit setelah merawatku seperti ini. Cepat tidur!”
“Tapi aku ..”
“Ssttt. Tidurlah, Gyu!” Sungyoung memeluk kepala Mingyu didadanya. Mengusap lembut rambut coklat namja itu. Sesekali dikecupnya dengan lembut. Sangat menangkan! Tidak pernah ia merasa lebih baik seperti ini.
“Aku yakin, aku akan sembuh dengan cepat. Terima kasih banyak.” Bisik Sungyoung.
Tak ada jawaban. Hanya terdengar suara helaan nafas yang teratur dengan dengkuran kecil. Mingyu sudah tertidur. Cepat sekali! Senyum tulus terbit diwajah cantik Sungyoung. Betapa bahagianya ia bisa melihat wajah tenang yang sedang tertidur itu hanya berada beberapa senti darinya. Sudah lama, ia tak melihat Mingyu tertidur disampingnya. Ada gurat lelah disana. Jadwal yang sama-sama padat.
Dahulu begitu indah untuk mereka. Apalagi jika selalu mendapat jadwal yang sama. Mereka bisa asyik berpacaran dengan kedok ‘pertemanan’. Artis lain lebih mengetahui jika mereka hanya sepasang sunbae-hoobae yang kelewat akur. Padahal tak ada yang tahu jika mereka adalah sepasang kekasih, kecuali Wonwoo dan Hani tentu saja. Kadang jika punya waktu luang, mereka berdua menghabiskan waktu di apartement milik mereka. Keduanya memang sepakat membeli sebuah apartement untuk mereka berdua agar bisa beristirahat dengan tenang. Tapi sudah cukup lama apartement itu tak mereka datangi.
Setelah memastikan Mingyu sudah tidur nyenyak, Sungyoung bangun dengan perlahan. Dia akan pergi ke dapur untuk makan dan minum obat. Lalu tidur bersama pangeran tampannya.
****
Jam menunjukan pukul 6 sore. Mingyu membuka perlahan matanya. Mencoba menetralkan pandangannya. Matanya melirik ke jam dinding, ia tertidur selama 7 jam ternyata. Pandangannya bergerak lagi pada sesuatu yang lebih menarik untuknya. Sungyoung, gadis yang kini bergerak pelan dalam pelukannya. Disentuhnya pipi yeoja itu dengan lembut. Batinnya berteriak senang, demamnya turun. Merasa terganggu dengan sentuhan itu, Sungyoung membuka matanya. Terbangun sudah dari tidur nyenyaknya. Kepalanya mendongkak. Senyumnya terbit saat bertemu dengan wajah Mingyu yang begitu dekat dengannya. Poni panjang itu tersingkap, memperlihatkan dahinya yang kini ditempeli plester kompres demam. Ya Tuhan, bahkan kini wajah gadisnya seperti bayi.
“Bagaimana? Merasa lebih baik?” Tanya Mingyu lembut.
“Tak pernah sebaik ini. Tubuhku terasa sangat segar saat bangun. Mungkin karena kali ini aku tidur dipelukanmu.”
“Syukurlah! Aku senang mendengarnya.”
Mingyu menarik tubuh ramping itu dalam pelukannya. Mencium puncak kepalanya dengan lembut. Seolah berkata bahwa yeoja ini miliknya seorang. “Ternyata obatku yang sebenarnya adalah kau, Mingyu.”
“Kau membuatku tersipu, nona. Berhenti menggombal!”
“Sungguh! Terima kasih banyak.”
“Apapun untukmu. Oh iya, sudah hampir malam. Aku harus pulang ke dorm.”
Tubuh kekar itu terbangun dari posisinya. Merapikan sejenak pakaian yang melekat ditubuhnya. Sungyoung ikut bangun. Ia akan mengantar pria-nya sampai ke depan pintu.
Tangan Mingyu menggenggam erat tangan kekasihnya. Berjalan keluar dengan manisnya. Lalu keduanya terkejut saat melihat Wonwoo dan para member NG sedang bergurau.
“Eonnideul, kapan kalian pulang?” Tanya Sungyoung dengan wajah kagetnya. Ekpresi menggemaskan. Tak jauh berbeda dengan Mingyu. Mereka tertangkap basah.
“Satu jam yang lalu. Kau terlihat lebih segar saat tidur bersama kekasih tercinta.” Goda Haena. Diikuti oleh gelak tawa lainnya.
“Eonni, kau tau?”
“Tentu. Kedua bocah ini memberitahu pada kami.” Jawab Jerim. Mingyu dan Sungyoung menatap tajam Wonwoo dan Hani.
“Yak! Kami terpaksa melakukannya. Kau tak ingat, Kim Mingyu? Saat kau menyerobot begitu saja ke dalam ambulan. Kami berdua bingung harus berkata apa. Jadi ya kami ceritakan saja.” Ucap Wonwoo membela diri.
“Arraseo. Gomawo, hyung.” Ucap Mingyu. Ya mau bagaimana lagi, cepat atau lambat pasti akan banyak yang tau hubungan mereka. “Kita pulang, hyung. Kajja!”
Wonwoo berdiri. Berpamitan kepada Jerim dan Haena. Ada raut kecewa dari wajah Hani, entah memang benar atau hanya Wonwoo yang berlebihan. Mingyu memeluk tubuh Sungyoung. Mendekapnya erat seakan tak ingin berpisah. “Cepat sembuh, sayang! Supaya besok kita bisa bekerja bersama. Ini pertama kalinya kita melakukan pemotretan berdua, bukan?”
“Ne, Gyu. Aku janji akan sembuh esok nanti.” Dilepasnya pelukan itu dan mendaratkan kecupan mesra puncak kepalanya. Tangannya melingkar lagi dibahu Sungyoung. Merapatkan tubuh mereka agar Mingyu bisa semakin dalam menciumnya.
“Han ..” bisiknya pelan. Kedua keningnya menempel. Mata Mingyu menatap lembut Sungyoung.
“Ya?”
“Aku tak ingin pulang sebenarnya. Tidur sambil memelukmu sangat nyaman rasanya. Nyenyak sekali yang kurasa.”
“Aku pun sama. Apartement kita, bisakah kita kembali kesana lagi seperti dulu?” Tanyanya pelan. Kepalanya sudah naik, mencoba menatap Mingyu semakin dalam.
“Kenapa tidak bisa? Saat kita senggang nanti, kita kesana, ya? Berdua seperti biasa.”
“Tapi Tzuyu ..”
Chup!
Dibungkamnya bibir tipis itu. Obrolan memuakkan lagi. Sudah sangat bosan Mingyu mendengarnya. “Aku sudah bilang jangan membicarakannya. ”
“Arraseo.” Menyerah sudah yeoja itu. Tanpa mereka sadari, 4 pasang mata menatap mereka dengan ‘poker face’. Pertama kali melihat Mingyu dan Sungyoung semesra ini bahkan sampai berciuman. Daebak!
“Mingyu-ya, kajja!” Wonwoo segera menarik kerah mantel Mingyu. Namja itu masih betah menautkan lengannya pada Sungyoung. Benar-benar seperti tak ingin dipisahkan.
“Aku titip si bodoh ini! Jika dia susah diberi makan dan minum obat, pukul saja bokongnya!” Ucap Mingyu pada member NG lainnya. Hingga membuat ketiganya tertawa.
“Arraseo, Mingyu-ya. Itu urusan kami.” Ucap Jerim.
“Dan kau, Han Sung Young! Tidur dengan benar! Jangan memegang ponsel dulu! Apalagi jika aku tahu kau masih berkomunikasi dengan si bihun atau siapapun itu. Kau akan tamat! Arrachi?”
“Ahhh benar. Untung kau mengingatkan. Aku belum memberi kabar pada Sehun oppa hari ini.” Ucap Sungyoung dengan wajah polosnya.
“Yak, gadis idiot! Oh ya Tuhan, untung kau masih sakit. Jika tidak, aku sudah menarikmu ke ranjang sekarang juga!”
“YAK KIM MINGYU!!” Bentak seluruh manusia yang ada disana, kecuali Sungyoung.
“Apa? Aku menariknya ke ranjang untuk tidur lagi dalam pelukanku. Kalian ini, sungguh mesum!” Sungyoung hanya terkekeh kecil dengan gelengan kepala. Mingyu-nya benar-benar kembali. “Aku akan mematuhimu, sayang.”
“Baguslah. Kalau begitu aku pulang sekarang.” Ia tersenyum manis. “Aku mencintaimu, Han.”
“Nado, Gyu.” Sungyoung melambaikan tangannya. Tepat setelah itu, Mingyu menghilang dari balik pintu. Ia mendesah. Kecewa mungkin? Entahlah. Yang jelas, ia tak rela namja itu pergi.
“Youngie, kemarilah!” Ia berbalik. Mendapati ketiga eonni kesayangannya tengah tersenyum. Jerim melebarkan tangannya, memerintah agar Sungyoung datang kepelukannya.
“Uhh adikku tersayang. Kau pasti susah menanggung bebanmu sendirian selama ini. Kenapa kau tak berbagi pada kami?” Ujar Jerim saat Sungyoung berada dalam pelukannya.
“Aku tak sanggup berkata apapun, eonni. Dan kupikir, masalahku tak penting untuk kalian.”
“Hei! Kami ini rekan satu grup, kakakmu, sahabatmu, keluargamu. Kau tak perlu sungkan untuk membagi semua masalah dan kesedihanmu pada kami.”
“Ya, eonni. Maafkan aku!” Sungyoung terharu. Setitik air mata jatuh begitu saja. Kemana saja ia selama ini? Tak sadarkah ia selalu punya membernya yang siap saat apapun?
“Kau harus kuat, Youngie! Mingyu masih mencintaimu. Sangat terlihat dari sorot mata dan perhatiannya padamu. Jujur, baru kali ini aku melihat Mingyu seperti itu. Apalagi saat membopongmu menuju ambulan, dia terlihat sangat jantan.” Seru Haena.
“Bahkan si Tzuyu itu melihatnya dengan tatapan kaget. Aku yakin, Mingyu tak sungguhan berpacaran dengannya.” Timpal Hani.
“Sudah sudah! Kita bisa membicarakan lagi lain kali.” Jerim menengahi. Ditatapnya Sungyoung yang tengah melihat para eonni-nya dengan wajah polos. “Dan kau maknae, kita makan dan kau harus minum obat! Setelah itu tidur. Ingat ucapan Mingyu bukan?”
“Arraseo, eonni.”
“Oh ya Tuhan. Kita bahkan hanya berbeda empat tahun. Tapi kenapa aku sangat menyayangimu seperti adik kecilku saja?” Imbuh Jerim. Bahkan kini ia mencubit gemas kedua pipi Sungyoung. Dan itu membuat yang lain kembali tertawa. Suasana hangat seperti biasanya. Sungyoung akan bisa sembuh dengan cepat.
*****
Tibalah hari ini. Hari dimana jadwal pemotretan yang akan dilakukan Mingyu dan Sungyoung. Katakanlah ini sebuah keajaiban Tuhan, melihat Sungyoung begitu bugarnya melenggang masuk ke lokasi pemotretan. Nampaknya, penyakit yang menghampirinya kemarin ini bukan hanya demam biasa. Melainkan juga penyakit rindu mungkin? Yang jelas setelah bersama dengan Mingyu, tubuh dan hatinya menjadi jauh lebih baik. Terbukti, Mingyu adalah manusia yang ia butuhkan untuk hidupnya.
“Annyeong haseyo!” Sapa Sungyoung semangat. Ia menunduk hormat pada para staff. Membuat para staff merasa lebih semangat lagi saat melihat senyum manis itu. Inilah yang membuat Sungyoung begitu banyak dicintai banyak orang. Ramah sekali pada setiap orang yang ia temui, selalu tersenyum dan membungkuk sopan. Tak peduli walau itu orang yang lebih tua atau lebih muda darinya. Percaya atau tidak, yeoja ini merupakan artis yang mempunyai sedikit haters.
“Akhirnya kau datang juga. Mendengarmu jatuh sakit, sungguh membuatku khawatir. Aku tak tertarik lagi dengan artis lain selain dirimu sekarang ini.” Ucap Jang Wook, seseorang yang akan menjadi PD-nim nya hari ini.
“Aku juga tak menyangka akan bisa sembuh secepat ini.”
Jang Wook tertawa renyah. “Mingyu juga baru datang. Ia sedang berganti baju lalu akan dirias sedikit. Lebih baik, kau juga segera berganti baju. Apa kau sudah sarapan? Jika belum, lebih baik sarapan dulu.”
“Aku sudah sarapan. Terima kasih! Baiklah, aku akan pergi ke ruang make up dulu.” Jang Wook tersenyum mengiyakan.
Ruangan make up nampak sepi. Hanya ada satu pegawai yang terlihat tengah membereskan peralatan make up. “Chogio, agasshi.”
Pegawai wanita itu menoleh. Tersenyum saat melihat siapa yang datang ini. “Sungyoung-ssi. Kau sudah datang ternyata.” Dia menghentikan aktivitasnya sekejap. “Penata make up sedang diruang atas bersama para staff. Pakaian yang akan kau kenakan sudah disediakan di kamar pass. Kau bisa mengenakannya sekarang.”Baiklah. Terima kasih.”
Selanjutnya ia berjalan menuju ruangan yang menjadi tujuannya. Semakin sepi. Tak ada sepotong orang pun disini. Untung ruangannya terang, jika saja penerangannya redup mungkin ia akan memilih pergi dari sini. “Han?”
Seketika itu juga ia berbalik. Mingyu! Namja itu berdiri tegap dibelakangnya. “Mingyu ..”
“Kau baru datang?”
“Ya. Kau sendiri?”
“Sekitar 10 menit yang lalu. Kau benar-benar sudah sembuh?” Namja itu mengambil beberapa langkah, hingga tubuh keduanya tak ada jarak. Ditempelkannya telapak tangan besar itu pada dahi Sungyoung. Memastikan sesuatu seperti biasa.
“Kau benar-benar sudah sembuh ternyata.” Gumannya lega.
“Ya. Berkat kau.” Keduanya melempar senyum. “Cepat ganti baju sana! Aku menunggumu di ruang make up.”
Badannya segera berbalik patuh. Memasuki sebuah kamar kecil itu. Mingyu tersenyum penuh arti. Dia masih tetap sama. Patuh pada ucapannya. Ia pun beranjak meninggalkan tempatnya berpijak sekarang. Mengambil langkah pelan namun pasti menuju salah satu kursi depan kaca. Matanya menatap lurus ke arah bayangannya. Wajah yang sangat tampan! Tak dipungkirinya kenyataan itu. Dahulu masih terasa basah diingatannya, betapa ia banyak ditolak oleh para yeoja yang ia sukai. Bukan disukai lebih tepatnya, ia penasaran. Melihat para temannya begitu dengan mudah mendapatkan wanita yang mereka incar. Akhirnya setelah memutuskan untuk tertarik pada salah satu wanita, dicobanya untuk menyataka perasaan. Dan jawabannya yaitu penolakan. Itu terus terjadi. Hingga akhirnya ia berhenti, saat bertemu dengan wanita tepat. Sungyoung! Yeoja itu sama sekali tak melihat fisiknya. Ia bilang, saat itu memang ia menyukai sikap Mingyu yang hangat dan ramah. Mingyu bersyukur bertemu dengannya. Ya walaupun seharusnya Sungyoung adalah adik kelasnya. Tapi kepintaran yeoja itu, membuatnya masuk sekolah dasar dengan lebih awal.
“Hei, kenapa tersenyum sendiri seperti itu?” Tubuhnya sedikit terlonjak. Mata tajam melirik kecil dari arah kaca. Terlihat sesosok yeoja yang sudah siap dengan pakaian branded milik perusahaan yang bekerjasama dengan mereka sekarang. “Apa yang kau pikirkan?” Tanyanya lagi. Ia duduk tepat dikursi samping Mingyu. Sama-sama menghadap ke arah kaca.
“Tak ada.” Jawabnya singkat. Keduanya kembali terdiam. Masih asyik menatap bayangan mereka masing-masing yang dipantulkan kaca.
“Han ..” panggilnya. Tanpa mengalihkan pandangan.
“Ya?”
“Nanti malam, ada jadwal?” Kini ia menoleh. Yeoja itu terdiam, berfikir sejenak. Mengingat-ingat jadwalnya hari ini.
“Eobseo. Aku dan NG akan latihan seperti biasa di perusahaan. Waeyo?”
“Makan malam bersamaku. Di apartement. Bagaimana?”
“Apartement? Kita akan menginap disana?”
“Jika kau ingin, tak masalah. Lagipula besok jadwalku dimulai pukul 10. Bagaimana denganmu?”
“Aku dan Jerim akan rekaman mengisi salah satu OST pukul setengah 11.”
“Ballad?”
“Ya.”
“Aku tak sabar mendengarnya. Suara lembutmu itu, menjadi pengantar tidur paling ampuh untukku.” Mingyu menatap dalam yeoja disampingnya. Semburat merah itu timbul begitu saja diwajahnya. Selalu menggemaskan seperti biasa.
“Maafkan aku membuat kalian menunggu.” Ucap ketua staff dibagian make up. Ia memasuki ruangan bersama para anak buahnya. Mingyu dan Sungyoung mulai menegapkan tubuh mereka. Siap dengan sentuhan make up yang akan memoles wajah mereka.
Hingga akhirnya semua selesai. Mingyu dan Sungyoung tengah melihat hasil foto mereka kali ini dilayar monitor. Sangat sempurna! Berpuluh-puluh pujian untuk mereka mengalir dari para staff. Begitu kuat karisma yang mereka berdua ciptakan. Mungkin jika sebentar lagi, mereka akan menyandang pasangan terpanas tahun ini. Sungyoung menatap kagum pada hasil foto itu. Tak dipungkiri hatinya cukup puas. Hasilnya sangat bagus. Pose demi pose yang mereka lakukan, semuanya terlihat natural.
“Aku tak menyesal memilih kalian sebagai modelnya.” Jang Wook berujar senang. Mingyu dan Sungyoung hanya tertawa senang. Bukan karena hanya pujian itu, melainkan kepuasan dalam hati mereka. Keduanya saling menatap, lalu tersenyum penuh arti. Mungkin hanya mereka yang tahu.
“Oppa !” Semuanya menoleh saat mendengar suara keras itu. Lagi-lagi Sungyoung memanas. Untuk apa dia datang?
Yeoja itu berlari kecil menghampiri mereka tanpa takut tersandung kabel atau apapun yang membahayakan disana. Mataya tertuju pada satu orang. Mingyu.
“Aigoo! Betapa manisnya pasangan baru ini bukan?” Ujar salah satu staff.
Jang Wook tertawa renyah. “Haha kau benar. Tzuyu-ssi, kau pasti sangat merindukan pangeran tampanmu, kan?”
“Ne, ahjussi. Neomu neomu.”
“Baiklah kalau begitu. Kami akan pergi dulu. Kalian bisa bicara disini.” Jang Wook mengajak seluruh staff untuk sedikit menjauh dari mereka.
“Kenapa kau kesini?” Tanya Mingyu dengan nada pelan. Namun Sungyoung masih bisa mendengarnya.
“Mengunjungimu tentu saja. Kemarin seharian kau tak memberiku kabar sama sekali. Bahkan aku tak tahu kau pulang lebih awal ke Korea. Semenjak konser di Shanghai itu, kau menghilang tanpa jejak.” Ucapnya dengan manja. Matanya melirik sinis pada Sungyoung yang berdiri tak jauh dari mereka.
“Oh, eonni? Bukannya kau sakit. Kenapa sekarang sudah terlihat sehat lagi?” Tanyanya tanpa melepaskan gandengan tangannya pada Mingyu.
“Aku tak betah untuk berlama-lama sakit.”
“Apa mungkin .. kau sangat bersemangat untuk pemotretan ini karena kekasihku? Apa kau menyukainya?” Tanya tanpa peduli.
“Tzuyu, geumanhae!” Cegah Mingyu.
“Atau jangan-jangan, kau pura-pura sakit agar bisa mendapatkan perhatian Mingyu?”
“Tzuyu ..” Mingyu sungguh benci situasi ini. Matanya tak lepas dari sosok Sungyoung yang nampak terluka lagi. Kelemahannya, tak bisa melawan seseorang yang menendasnya.
“Jika memang benar seperti itu, lupakan! Mingyu milikku. Jangan sekali-kali kau berfikir untuk menyukainya atau bahkan merebutnya dariku. Arraseo, eonni?”
“Chou Tzuyu! Kau tak bisa mendengarkanku?” Mingyu melepaskan tangan Tzuyu kasar dari lengannya. Membuat yeoja itu terperangah. Tak peduli lagi dengan tatapan terkejut yeoja itu, kini ia melayangkan tatapan tajam yang mematikan.
“Lebih baik kau pulang. Kau tak ada urusan disini.”
“Oppa .. aku kesini untuk melihat kekasihku sendiri. Apa itu salah?”
“Kau membuat keruh suasana. Pulanglah! Aku masih ada urusan bersama Sungyoung.”
“Shirreo! Aku akan menunggumu sampai selesai. Kita pulang bersama.”
“Jangan bertingkah seperti anak kecil! Dengarkan perkataanku selagi aku masih sabar! Kau akan menyesal jika sampai aku menyeretmu dari sini sekarang juga.”
Tzuyu semakin terkejut. Matanya mulai berkaca-kaca. Tak menyangka pria yang dicintainya menjadi seperti ini. Tanpa menjawab lagi, ia segera pergi keluar dengan langkah cepat. Sungyoung tak tahu apa yang harus ia lakukan. Hanya berdiri diam seperti batu.
“Jangan dengarkan dia!” Mingyu mendekat. Membuat yeoja itu menatapnya dengan wajah sedihnya.
“Gyu, apa yang harus kulakukan?”
“Kau tak perlu melakukan apapun. Aku disini akan tetap melindungimu. Jangan pikirkan apapun juga!”
“Gyu ..”
“Kau belum makan siang bukan? Lebih baik kita makan. Lalu pergi ke gedung setelahnya. Dan jangan lupakan makan malam kita. Arrachi?”
Mingyu tersenyum. Berusaha membuat yeojanya kembali tenang. Tangannya merangkul Sungyoung dan membawanya ke ruangan make up. Disana ada sofa panjang empuk, sangat nikmat jika makan siang disana.
“Siapapun, takkan kubiarkan membuatmu terluka. Jika memang akulah yang membuatmu terluka, percayalah ada alasan dibalik semua itu.” – Mingyu.
TBC

Misunderstanding (Mingyu Seventeen) ✔✔Where stories live. Discover now