35. Hadiah dari Teman-Teman

19.6K 1.6K 123
                                    

go follow instagramnya caca! [at]carissastephanie_ dan chit-chat di line: carissa_step

****

Alana, Caca, dan Nila keluar dari gedung sekolah. Mata Alana tak dapat dibohongi, terlihat sekali sembabnya. Seharian di sekolah pun Alana tak banyak bicara. Ia hanya bicara seperlunya pada Nila dan Caca. Alana juga menceritakan kejadian buruk yang baru saja menimpanya tadi pagi kepada kedua temannya itu. Mengerti dengan keadaan Alana, mereka berdua lebih memilih untuk banyak diam hari ini.

"Alana!" Kendra berlari kecil lalu menepuk pundak Alana. Alana, Nila, dan Caca langsung menoleh ke arah Kendra yang sedang cengengesan. Wajah Alana masih sama seperti sebelumnya, tidak berubah. "Kenapa Ken?"

"Jadi kan mau jenguk Tya sekarang?" tanya Kendra. Alana mengangguk sebagai jawaban lalu melepas kontak matanya dengan Kendra.

Kendra mengalihkan pandangannya pada Caca dan Nila yang sedang membeku, tidak tahu mau melakukan apa. "Temen-temennya Alana ya?" tanya Kendra yang hanya dibalas anggukan oleh kedua cewek itu. "Kenalin, gue Kendra." Kendra mengulurkan tangannya. Sebenarnya Caca dan Nila sudah tahu siapa Kendra. Tapi gak apa-apa deh, kenalan lagi.

"Caca."

"Nila," ujar mereka sambil menjabat tangan Kendra dan memperkenalkan dirinya. Kendra mengangguk-ngangguk paham sambil mengingat-ngingat kedua nama itu.

"Oh ya, kalian ke sana naik apa? Gue kan bawa motor." Alana, Caca, dan Nila saling bersitatap. Bahkan mereka tidak mempersiapkan dan kepikiran naik apa nanti menjenguk Tya. Tapi, sekarang kan tahun 2016, banyak kendaraan umum yang bisa ditumpangi.

"Uber atau Grab aja kali, ya?" celetuk Alana yang langsung disetujui kedua temannya. Alana pun mengambil ponselnya dari kantong rok seragamnya, bermaksud untuk memesan taksi online tersebut.

"Udah dapet, nih," ucap Alana begitu sudah mendapat driver yang menerima order-an Alana.

"Ya udah, gue tungguin kalian dulu deh sampe sopirnya dateng," ucap Kendra yang lagi-lagi hanya dibalas anggukan oleh Caca dan Nila.

"Eh Lan," Alana menoleh begitu Kendra memanggil namanya dengan penuh tanda tanya. "Lo kenapa? Ada masalah?"

Alana menunduk, menghela napas berat, lalu menggeleng. Ia sebenarnya ingin berbagi dengan Kendra. Namun, untuk sekarang ini ia terlalu malas untuk membahasnya. Setiap kali membahas kejadian tadi pagi, selalu membuat Alana ingin menangis detik itu juga.

"Yakin gak pa-pa? Atau lo sakit?" tanya Kendra dengan raut wajah khawatirnya. Alana tetap menunduk dan menggeleng, membuat Kendra penasaran setengah mati. Ia tahu, ada yang tidak beres dari cewek yang ada di hadapannya.

"Nanti aja gue ceritain, Ken." Akhirnya, Alana menjawab selain gelengan kepala, membuat Kendra sedikit lega. Kendra mengangguk lalu mengusap lembut pundak Alana. Dalam hati khawatir, apa yang sebenarnya sedang Alana rasakan dan pikirkan sekarang.

--

Tya sendirian, sedang duduk di ranjang rumah sakit sambil menatap jendela yang terang karena sinar matahari. Bibir cewek itu membuat senyuman. Tya suka kesendirian. Terasa lebih tenang dan membuatnya nyaman.

Tiba-tiba pintu kamarnya diketuk oleh seseorang, membuat Tya langsung menoleh ke arah pintu dengan kedua alis terangkat karena penasaran. Pintu pun terbuka sedikit, hanya terlihat tangan seseorang yang memperlihatkan sebuket bunga indah berdominan berwarna kuning. Alis Tya menyatu, siapa itu?

"Taraa!" kepala Alana pun muncul di sela pintu. Tya langsung terkekeh sambil tangannya menutupi mulutnya. Alana, Caca, Nila, dan Kendra pun masuk ke ruang inap Tya sambil membawa sesuatu yang akan diberikan untuk Tya.

The Senior Next DoorWhere stories live. Discover now