Jilid 10 : Teratai - Melati

4.6K 59 0
                                    

Kakek Lo Kun tak menghiraukan perobahan wajah Bloon yang menyeringai seperti monyet mencium terasi dan wajah kakek Kerbau Putih yang menyengir kuda.
"Hayo kita beristirahat dibawah pohon itu," kakek Lo Kun terus menyeret tangan Blo'on diajak menuju kebawah sebatang pohon besar.
Saat itu matahari sudah mulai condong ke-sebelah barat. Hari sudah sore. Dan mereka berada di sebuah hutan.
Setiba di bawah pohon, kakek Lo Kun segera mendorong Blo'on rebah di tanah. Sudah tentu Blo'on terkejut.
"Mau apa engkau ?" serunya.

"Membuka kepalamu." kata kakek Lo Kun seraya mengeluarkan sebatang pisau dan secepat kilat tangan kirinya menekan kepala Blo'on dan tangan kanan mengangkat pisau.
"Tulung . . !" Blo'on menjerit sekeras-kerasnya dan meronta-ronta,
Huk, huk . . . jeritan Blo'on itu telah membangkitkan kemarahan anjing kuning dan kedua kawannya. Bermula mereka diam saja karena sudah kenal siapa kakek Lo Kun. Dan merekapun tak berbuat apa-apa karena melihat Bloon rebah di tanah. Bahkan anjing Kuningpun ikut rebahkan diri, rajawali dan monyet hinggap di atas pohon.
Tetapi mendengar Blo'on menjerit minta tolong dan meronta-ronta, anjing Kuning serentak berbangkit. Demi melihat kakek Lo Kun hendak membelah kepala Blo'on dengan pisau, anjing Kuning terus loncat menerkam punggung kakek itu. Dan serempak dengan itu, dari atas burung rajawali serta monyet hitam berhamburan melayang turun. Rajawali mencengkeram kepala dengan cakarnya yang tajam. Monyet mencemplak tengkuk terus menggigit daun telinga..
"Aduh . . aduh . . jahanam . . keparat . !" karena diserang oleh tiga binatang yang nakal, ka kek Lo Kun menjerit-jerit seperti babi hendak disembelih.
Ia melonjak-lonjak seperti orang menginjak api dan bingung untuk menghalau binatang-binatang itu. Kalau menampar burung rajawali, anjing masih menerkam punggung. Kalau menghalau anjing, kepalanya masih diterkam rajawali. Kalau dengan kedua tangannya menampar rajawali dan memukul anjing, monyet hitam masih hinggap ditengkuknya dan tak henti-hentinya menggigiti daun telinga.

"Blo'on, lekas suruh mereka berhenti !" teriak kakek itu sambil melonjak-lonjak dan menampar-nampar ketiga binatang itu.
Rupanya ketiga binatang itupun tak mau sungguh-sungguh melukai si kakek. Mereka rupanya tahu kalau kakek itu sahabat dari Blo'on. Mereka hanya menggoda kakek itu.
Blo'on tertawa terpingkal-pingkal. Demikian pula dengan kakek Kerbau Putih.
"Blo'on, kalau engkau tak mau menghentikan anakbuahmu, aku tak mau mengobati kepalamu " teriak Lo Kun pula.
"Hi, hi," Blo'on tertawa, "aku tak mau dengan cara pengobatan yang begitu gila. Masa kepala mau engkau belah!"
"Ya, ya, tidak, tidak jadi!" seru kakek Lo Kun, "dengan lain cara saja."
Karena melihat kakek itu sudah tobat. Blo'on kasihan dan berseru suruh ketiga binatang itu pergi. Rupanya binatang itu memang taat kepada tuannya. Mereka berhamburan melepaskan si kakek Lo Kun.
Sambil mengemasi rambutnya yang morat-marit diobrak-abrik rajawali, telinganya yang berdarah karena digigit monyet dan bajunya yang robek karena diterkam anjing Kuning, kakek Lo Kun mengomel dan memaki-maki.
"Sudahlah, setan pendek," bentak kakek Kerbau Putih, "jangan mengomel seperti orang perempuan tua begitu. Engkau memang gila, masakan kepala anak itu hendak engkau belah.
"Bukankah otaknya sakit ?" sahut kakek Lo Kun, "kalau kepalanya tak dibuka bagaimana tahu otaknya masih ada atau tidak ?"

"Sudah, jangan gila-gilaan. Engkau bukan tabib, bagaimana engkau berani membuka kepala orang. Apakah engkau mampu mengembalikan lagi? Dan kalau kepalanya engkau belah, dia tentu mati. Kalau tak percaya, boleh coba. Kepalamu kubelahnya," geram kakek Kerbau Putih.
Lo Kun diam tak menyahut.
"Sekarang sambil beristirahat kita rundingkan bagaimana kita hendak menuju. Kegunung Bu-tong san atau ke kota raja atau ke lain tempat lagi," kata kakek Kerbau Putih pula.
"Ke Bu-tongsan !" seru Blo'on.
"Tahu jalannya?" tanya kakek Kerbau Putih.
"Tidak."
"Ke kota raja saja!" teriak Lo Kun.
"Tahu jalannya ?" tanya kakek Kerbau Putih Kakek Lo Kun gelengkan kepala.
"Hm, kalian memang hanya menggoyangkan! lidah tetapi tak tahu apa-apa. Ke Bu-tong-san, kekota raja, tetapi tak tahu jalannya," gumam Kerbau Putih
"Apakah engkau tahu jalannya ?" kakek Lo Kun bersungut.
Jawab kakek Kerbau Putih : "Aku sendiri juga tidak tahu maka sebaiknya kita putuskan begini saja. Kita terus jalan menuju ke muka sana. Entah nanti sampai dimana. Kalau sampai di Bu-tong-san ya kita terus mencari ketua Bu-tong-pay, kalau sampai di kotaraja ya kita menghadap raja'"

Pendekar Blo'onTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang