Jilid 44 : Hebatnya Ji-ih-sin kang

2.3K 40 1
                                    

Pikiran menyerap bahwa daging manusia itu tidak layak harus dimakan. Hanya manusia liar yang makan daging manusia. Dan perasaanpun menolak, sesuai dengan pikiran itu.
Demikian Blo'on. Ketika mendengar bahwa daging yang dijadikan hidangan dalam rumah makan itu terdiri dari daging manusia, seketika muallah perut Blo'on. Ia muntah2.

Karena muntah2 maka meluaplah hawa murni dalam perut Blo'on. Dan karena marah maka memancarlah darah anak itu. Hawa murni yang terbaur dalam darah bergolak, menimbulkan tenaga-dalam Ji-ih sin-keng yang dahsyat sehingga seperti orang yang terkena penyakit tekanan darah tinggi, Blo'on kehilangan kesadaran pikirannya. Ia mengamuk seperti orang gila. Hanya dengan menghantam semua benda yang dilihatnya, perasaannya terasa longgar.
Jika Blo'on mengamuk, wah, kacaulah orang2 itu. Tiada seorang pun dari ketua partai persilatan dan tokoh2 persilatan ternama yang mampu menghentikan.
Rumah makan diobrak-abrik dan tiang serta dindingnya dihantam sehingga rumah makan itu ambruk. Memang khayal kedengarannya, tetapi kenyataan memang begitu.
Ji-ih-sin-kang atau tenaga sakti yang dapat digerakkan menurut sekehendak hatinya. Memang Ji-ih-sin-kang itu termasuk tenaga-dalam yang jarang sekali dapat dicapai oleh orang persilatan.

Untuk belajar ilmu silat diperlukan tiga syarat: Bakat, guru dan ketekunan. Bakat bukan suatu kegemaran melainkan perangkat tulang2 pada tubuh yang memungkinkan untuk menyerap ilmu si!at yang sukar. Guru, apabila mendapat yang kurang tinggi ilmunya, tentu tak dapat menempa muridnya menjadi seorang jago silat sakti. Dan ketekunan, harus tak boleh tiada. Ilmu silat merupakan gerak, baik ke luar mau pun ke dalam. Ke luar, berupa gerakan tubuh, kaki dan lengan. Ke dalam, pernapasan dan pangerahan tenaga-dalam serta hawa murni. Kesemuanya itu harus tekun berlatih setiap hari sampai bertahun-tahun sehingga setiap gerak2 dalam jurus ilmu silat itu merupakan gerak yang otomatis, dengan atau tanpa dikendalikan oleh pikiran.

Tetapi di dunia ini memang sering terjadi hal yang luar biasa, luar dari kewajaran. Seperti misalnya yang terjadi pada diri Blo'on. Dia tak nengerti ilmusilat karena memang tak mau belajar silat. Tetapi berkat suatu kejadian dan rejeki yang luar biasa, ia telah minum darah naga, makan buah som dari dasar laut yang berumur seribu tahun sehingga hawa-murni dalam tubuhnya berkembang dan tenaga-dalam mengumpul kemudian apa yang disebut Ji-ih-sin-kang.

Sebenarnya untuk mencapai tataran sampai pada penguasaan tenaga-dalam yang sempurna, barulah jalan-darah Seng-si-hian-kwan dalam tubuh dapat ditembus. Untuk menembus jalan-darah itu memang bukan sembarang tokoh silat dapat mencapainya.
Blo'on berkat daya dari beberapa buah dan darah ajaib yang diminumnya, telah tertembus jalan-darah Seng-si-hian kwannya sehingga dia memiliki tenaga sakti Ji-ih-sin-kang. Dan dapatkah setiap orang meniru seperti dia? Rasanya dalam dunia persilatan hanya Blo'on seorang saja yang menemukan rejeki semukjijat itu.
Sekalian orang terkejut ketika rumah-makan itu rubuh. Mereka mengira Blo'on tentu kerubuhan. Tetapi berkat tenaga sakti Ji-ih-sin-kang dapatlah ia terhindar dari malapetaka.
Dia gerakkan kedua tangannya untuk menyongsong, menghantam dan menampar runtuhan puing, ganteng dan tiang2 yang menimpah dirinya. Kemudian ia ke luar dan runtuhan puing2 itu dengan selamat.

"Suko .......!" Sian Li menjerit kegirangan seraya lari menyongsongnya, "engkau tak kena apa2? "
Blo'on hanya gelengkan kepala. Tetapi kini sikapnya sudah tenang kembali. Hoa Sin, Ceng Sian suthay, Hong Hong tojin dan Lo Kun pun menghampirinya.
"Blo'on, mengapa engkau mengamuk? " tegur kakek Lo Kun.
" Aku merasa mual karena mendengar kalau hidangan yang kita makan tadi terdiri dari daging manusia. Tahu2 pikiranku gelap dan kepala panas sekali lalu aku mengamuk," kata Blo'on.
Semua orang heran mendengar cerita itu. Mereka pun tak tahu mengapa Blo'on memiliki tubuh yang sedemikian aneh.

"Hoa pangcu," seru Blo'on, nadanya garang seperti seorang pemimpin, ke mana orang2 yang berada dalam rumah-makan tadi? "
"Mereka telah sama naik ke gunung Hong-san," kata Hoa sin, ketua Kay-pang.
"Di manakah orangtua yang berpakaian seperti pengemis tadi? " tiba2 Blo'on teringat.
"Entah ke mana dia," kata Hoa Sin, "aku pun curiga pada orang itu. Dia memang aneh sekali."
"Tak perlu hiraukan pemabuk tua itu," kakek Lo Kun menyelutuk, "yang penting ayo kita lekas naik ke gunung
Hong-san agar dapat menyusul rombongan nona2 cantik itu."
Karena setiap kata selalu menuju kepada gadis cantik, Blo'on mendongkol juga.
"Kakek Lo," serunya, "kuberitahu kepadamu, ya. Orang
sudah tua semacam engkau, patutnya sudah punya cucu .......

Pendekar Blo'onTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang