10

4.2K 215 9
                                    

Suara bising namun kecil terdengar dari laci lalu berhenti. Laci itu terbuka dengan sendirinya menimbulkan suara parau. Gunting sudah berpindah tempat di atas meja. Gunting itu melayang di udara dan terbang dengan cepat ke arah Rio yang tertidur lelap. Seseorang masuk dan mengulurkan lengannya.

Crep

Dia bersorak menahan rasa sakit, Ify, Sivia dan Rio bangun dari tidurnya. Di lihat mereka darah  berhamburan keluar dari tangan Debo yang tertancap gunting. Semua menghampirinya dengan khawatir.

“Ambil kasa,” ujar Sivia sesudah dia memeriksa tanggan Debo dengan hati-hati. Rio lekas mencari kasa di kotak kecil yang tertempel di dinding dengan lambang palang merah di pintu kotak, sementara Sivia dan Ify memperhatikan lukanya dengan tatapan ngilu.

Melihatnya saja sudah bisa di bayangkan rasa sakitnya. Ify menggenggam gagang gunting dan menariknya.

“AAAKKHH!” soraknya.

Ify mengambil botol di tepi meja dan mengguyurnya.

“AAAKHHH! PERIH!”

Kini terlihat tangannya bolong masih dengan darah yang menetes ke lantai yang menyisakan tulang yang tergeser, daging dan kulit yang menepi ruang. Rio datang membawa kasa dan obat oles luka, dia pikir obat oles itu akan berguna.

Sivia mengambil kasanya dan rentangkannya dan mengikat kasar.

“Sebaiknya kita keluar dari sini,” ucap Sivia yang selesai dengan urusannya Alvin yang dari tadi mengerumuni Debo kini menjaga lengan Debo.

Satu persatu, mereka keluar dari UKS dan melanjutkan pencarian gerbang sekolah. Koridor mereka jelajahi, kini hanya beberapa langkah lagi keluar dari sekolah. Mereka melewati gerbang, gerbang itu tertutup sendiri dengan kerasnya membuat yang lain tersentak dan antara mau tak mau Rio menguncinya kembali dan mereka bergegas pergi.

***

“Gila, lo tau gak?”

“Tau apa?”

“Itu, kelas sebelah, pokonya aneh deh.”

Ify mengerutkan kening, aneh? Di kelas sebelah? Berarti kelasnya. Ify berlari kecil dengan seragam yang melekat dan tas ke kelasnya. Baru saja dia masuk, banyak orang yang mengelumuni mejanya. Ify menepis pelan orang di sekitar mejanya.

Mejanya penuh dengan jejak kaki berwarna dan berbau darah. Ify mengernyit pada Rio yang sedang mengamati di depan kursinya, Rio mengangkat bahu. Ify lekas buru-buru mengambil kain pel kelasnya di pojok kelas lalu membawa bersamanya, Ify menyiram air minumnya di botol lalu mengelapnya menggunakan kain pel sampai bersih.

“Sudah bersih, kalian bisa pergi,” Ify tersenyum pada mereka yang mengerumuninya beberapa waktu, mereka pergi karena senyumannya.

Ify menghembus lega, dia duduk di bangku dan menyenderkan tuduhnya lalu menatap sinis Rio. “Lo dari tadi ngapain aja?”

“Hem? Liatin,”

Ify memutar bola matanya dan meringkukkan tubuhnya dalam duduk. Akhirnya dia bisa melepaskan emosinya, tubuhnya bergetar. Bibirnya mengeling, getaran aneh menjalar ke seluruh tubuh, rasa takut kini muncul.

School In AttackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang