DRABBLE - 2

37 3 1
                                    

Bulan purnama bersinar dengan terang malam ini ditemani oleh taburan ribuan bintang di langit gelap. Angin musim dingin berhembus kencang sekali, menusuk-nusuk tubuh yang hanya dilapisi oleh kaos tipis berwarna abu-abu. Rambut pirangnya bergoyang-goyang mengikuti hembusan angin.

Perempuan itu sedang duduk di bangku taman kota dengan sejuta harapan yang rasanya tidak akan terwujud. Sebuah mimpi kalau laki-laki itu datang kembali dan memeluknya. Memberikan kehangatan di dinginnya malam kota Moskow. Perempuan itu tersenyum miris, meratapi nasibnya yang sangat menyedihkan. Ia memeluk dirinya sendiri, berupaya menghidupkan kehangatan.

Ia bodoh karena berharap kepada seseorang yang salah. Ia bodoh karena terlalu mencintai laki-laki yang tidak pernah menganggap dirinya ada. Ia bodoh, ia sangat bodoh!

Air mata yang selalu ia tahan selama ini akhirnya turun secara perlahan membasahi wajahnya. Dingin sekali, sedingin sifat laki-laki itu kepadanya. Air mata itu mengalir deras menuruni pipinya bagaikan aliran sungai yang menyimpan sejuta luka. Ia tidak bisa menghapus air matanya. Tubuhnya membeku, urat sarafnya tidak dapat bergerak bagaikan terbungkus oleh lapisan es. Ia menundukan kepalanya, membuat air matanya menetes di atas lapisan salju putih.

"Kumohon.. kembalilah"

Telinganya mendengar sebuah langkah kaki dari ujung sana. Kepalanya terangkat dan segera menoleh ke asal suara agar matanya dapat melihat siapa sosok manusia yang datang itu. Matanya membuka, terkejut akan apa yang ia lihat. Degupan jantungnya berdetak dengan cepat. Keringat dingin keluar dari tubuhnya.

Laki-laki itu.. berlutut di atas salju. Ia berdiri dan berjalan mendekati tubuh laki-laki itu. Ia berlutut, memegang kulit laki-laki itu. Dingin sekali, sama seperti sifatnya. Air matanya kembali menetes membasahi salju itu. Perempuan itu hanya duduk

"Kali ini.. jangan biarkan aku menyakitimu lagi"

TANPA JUDULWhere stories live. Discover now