sebuah pesan

11 1 0
                                    

Ku biarkan diri ini terbungkus selimut seharian karena tidak ingin menikmati dunia luar. Aku hanya ingin mengurung diri di kamar seharian ini, tetapi nyatanya tidak bisa. Aku di haruskan keluar dan menikmati hidup yang sebenarnya. Perjalanan yang membuatku harus menutup diri kembali setelah berusaha sekuat tenaga untuk bersikap seperti manusia normal. Nyatanya, menjadi orang yang benar-benar bukan aku itu sangat susah. Berkali-kali hati ini terluka tapi ku usahakan untuk menutupi luka tersebut lewat senyuman.

Rasanya ingin sekali berteriak sekencang-kencangnya sampai semua masalah yang selama ini terjadi hilang bersama teriakan itu. Rasanya ingin sekali bercerita ke banyak orang tentang permasalahan yang sedang aku alami. Rasanya ingin sekali berkeluh kesah ke orang-orang terdekat agar beban yang aku bawa ini terkikis dikit demi sedikit. Rasanya ingin melakukan banyak hal sampai semuanya berjalan normal. Ingin sekali. Aku benar-benar menginginkan hal tersebut.

Namun ...

Aku terlalu takut untuk melakukan itu semua. Aku terlalu takut untuk di cemooh lagi. Aku tidak ingin merasakan hal itu lagi karena aku tidak cukup kuat. Aku bukanlah diriku yang selama ini kalian kenal. Senyumku selalu terlukis. Tawaku selalu menggema. Tapi, itu bukanlah diriku. Dibalik semua itu ada kesedihan yang selama ini mengganggu diriku. Ada sebuah rasa kesepian ketika aku berada di antara kalian. Kalian berbicara banyak hal dan aku menimpalinya. Lalu kami tertawa bersama. Ketahuilah, aku ingin menangis saat itu juga.

Aku bukan laki-laki kuat yang selama ini kalian kira. Bukan laki-laki yang tahan banting dengan ujian hidup ini. Bukan laki-laki yang tidak mengedepankan perasaan. Aku kebalikan dari itu semua. Diriku yang sebenarnya kebalikan dari yang selama ini kalian ketahui. Aku hanya laki-laki lemah yang mencari perhatian. Aku hanya laki-laki lemah yang ingin dirangkul dan di mengerti. Aku hanya ingin mendapatkan itu semua. Tapi, aku sadar kalau aku tidak boleh melakukan hal tersebut. Aku harus kuat, aku tidak boleh memperlihatkan kelemahan dan kesedihanku. Aku tidak ingin terlihat menyedihkan.

Namun ...

Sikapku di salah artikan oleh banyak orang. Orang jadi bersikap semena-mena dengan diriku. Aku dihina, dicemooh, dianggap kuat, dan lain-lain yang sangat menyakitkan diriku. Aku ingin berteriak di depan wajah mereka tapi aku terlalu takut. Kenyataan yang membuat niatku selalu terkuruny kembali. Aku juga berpikir kalau aku bersikap seperti itu bagaimana hidupku nanti di kota ini. Aku seorang diri disini. Tidak mungkin aku bersikap semena2 dengan mereka. Di lain sisi, aku semakin muak dengan topeng ini
Aku sungguh muak.

Mengapa orang lain bersikap seperti ini kepadaku? Apa salah ku sampai mereka tega begitu? Apa salah ku sampai aku di pandang sebelah mata oleh mereka? Apa salah ku? Sebesar apa kesalahan yang aku perbuat sehingga mereka melakukan itu kepadaku? Apakah ini hukuman bagiku? Hukuman untuk apa? Apa yang telah aku perbuat sampai mendapat hukuman sekeras ini? Tuhan, aku tidak sanggup menerimanya.

Aku meratapi dan memikirkan kejadian ini. Iya, ini bukan salah mereka. Ini adalah kesalahanku. Ini murni kesalahanku karena aku tidak jujur dari awal. Aku memulai kebohongan ini dari awal dan inilah hukuman yang aku dapat. Ini salah ku. Maafkan aku karena begitu dari awal. Maafkan aku. Ini kebodohanku. Aku bodoh! Bodoh! Dasar manusia payah! Aku tidak memang tidak berguna! Payaaaah!!!!!!

Aku menghukum diriku sendiri. Aku tidak ingin keluar kamar. Aku sedang menjalani hukumanku. Biar rasa lapar dan dahagaku perlahan-lahan menggerogoti tubuhku. Biar hawa dingin yang menusuk ini mematikan saraf-sarafku. Biar rasa bersalah ini membekukan hatiku. Biar kesedihan ini mengurung diriku. Biar kemarahan ini melapisi diriku. Aku hanya ingin menghukum diriku sendiri. Aku hanya ingin melakukan itu agar tidak terjadi kecerobohan yang sama. Aku hanya ingin untuk tidak merepotkan orang lain lagi.

Aku akan berusaha memperbaiki segala permasalahanku sendiri. Aku tidak akan meminta bantuan kalian, tenang saja. Aku juga paham bagaimana sibuknya kalian menjalani hidup. Jadi, aku akan berusaha menyelesaikan masalah ini. Kalian tidak perlu khawatir karena aku akan berusaha. Aku akan berusaha sekuat tenaga. Aku akan berusaha semampuku sampai batasanku.

Jika aku tidak bisa? Tidak apa-apa, aku akan berusaha lagi dan terus berusaha. Aku berjanji pada kalian kalau aku tidak akan mengganggu kehidupan kalian lagi. Jadi bisa atau tidaknya aku nanti, aku akan kembali berusaha dan belajar agar masalahku bisa cepat selesai. Aku pasti bisa. Bukankah kita harus optimis? Jadi biarlah aku menghibur diriku dahulu sebelum kenyataan pahit menyerangku. Hehehe ... tapi tenang, aku pasti bisa. Kalian tidak perlu khawatir, aku akan menyelesaikan masalahku sendiri.

Teman-teman, terimalah permohonan maafku karena selama ini aku selalu merepotkan kalian. Aku tidak bermaksud seperti itu, tolong maafkan diriku. Aku ingin kita berteman seperti dulu lagi, tapi aku sadar kalau itu tak akan terjadi lagi. Maafkan kebodohanku selama ini. Maaf, aku sangat minta maaf kepada kalian. Aku ini bodoh dan payah. Tolong maafkan aku. Aku bersumpah kalau tidak akan merepotkan kalian lagi, sungguh. Maafkan aku, tolong maafkan aku.

Aku juga ingin berterima kasih kepada kalian. Terima kasih karena sudah mau menerima kebodohan dan kepayahanku ini. Terima kasih karena sudah mau menjadi temanku. Terima kasih karena kalian sudah ingin direpoti olehku. Terimakasih. Aku tidak bisa membalas semua kebaikan yang kalian berikan. Aku hanya bisa mengucapkan terima kasih saja sebagai bentuk rasa syukurku karena memiliki kalian. Terimakasih banyak. Aku sangat berterimakasih kepada kalian.

Izinkan aku untuk menatap wajah kalian lagi. Izinkan aku untuk merasakan dingin malam kota ini. Izinkan aku untuk menatap semua penampakan yang ada disini. Izinkan aku untuk mendengar tawa kalian. Izinkan aku memeluk kalian satu per satu. Izinkan aku ... izinkan aku untuk mengucapkan kata maaf dan terimakasih kepada kalian. Izinkan aku ... tolong izinkan aku .... Aku ingin memeluk kalian erat sekali untuk ini.

Mungkin setelah ini, kehidupan kalian akan tenang tanpa diriku. Mungkin setelah ini, kalian akan terbebas dari keluh kesahku yang merepotkan kalian. Mungkin setelah ini, kalian akan menjalani hidup dengan sukacita tanpa adanya diriku. Aku akan tersenyum dari tempatku ketika melihat kalian menjalani hidup dengan canda tawa. Aku senang jika kalian senang.

Sampai bertemu nanti ya, teman-teman. Mungkin ini akan menjadi pesan terakhir yang ku tulis untuk kalian. Kalian tidak perlu khawatir, aku hanya ingin pergi sebentar. Sebentar sekali. Aku janji aku akan kembali. Aku akan pulang nanti.

Salam

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 20, 2017 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

TANPA JUDULWhere stories live. Discover now