Part 19 - Heart As Big As the Ocean

1.2K 154 20
                                    


STEFAN Point of View

Harusnya anak gue ikutnya lomba menggambar, atau lomba membaca puisi, atau lomba gerak dan lagu sekalian, bukannya lomba masak begini. Dari semua peserta, cuma Melodi yang didampingi bapaknya, sementara yang lain bersama Ibunya. Dan gokilnya lagi, dalam perlombaan memasak ini, setiap peserta, orang tua murid dan muridnya diharuskan menggunakan apron atau celemek. Jangan tanya celemek gue warna apa ya, Bro. Jangan tanya!

"Cocok juga kamu pake pink ya, Kak."

Damn. Lihat, kan? Lo nggak perlu tanya aja, si Nasya udah mengumumkan warna apa apron yang gue kenakan saat ini. Udah gitu ngomongnya pake senyum-senyum pula. Pink, Bro, pink! Kurang jantan apa lagi, kan, gue? Harusnya gue shirtless sekalian, biar beneran jadi The Naked Chef, gantiin Jamie Oliver, dan jadi tontonan Ibu-Ibu orang tua murid yang sedari tadi juga ngeliatin gue bagai ngeliatin alien.

"Cukup ya, Sya. Aku udah malu abis, nih. Jangan kamu permalukan lagi."

"Ih, aku nggak mempermaluan kamu, Kak. Aku serius. Lucu juga kamu pake pink, ya. Good choice, Mel." Nasya memberikan ibu jarinya pada Melodi.

"Jadi, kamu mau masak apa, nih, hari ini?"

"Mau masak fettucine, Sya. Resep dari Mamanya Melodi. Tapi aku nggak yakin kalau aku bikin rasanya akan enak. Kamu salah satu jurinya, kan? Bagus-bagusin nilainya, ya. Biar nggak memalukan banget."

Nasya tertawa. "Enak aja. Masa juri diajak curang?"

"Nggak curang kok, Sya. Tambahin dikit aja. Lima atau enam point, gitu. Malu, nih, aku."

"Nggak mau, ah. Curang itu namanya. Udah, masak aja dulu. Kalau emang nggak enak, ya nggak pa-pa. Dapet hadiah hiburan, kok. Oke? Yaudah, ya. Aku mau ke meja juri dulu. Bentar lagi mulai, nih."

"Yaudah kalau gitu. Jangan lupa dua atau tiga point ya, Sya," kata gue. Tapi Nasya cuma tertawa kemudian meninggalkan meja gue dan Melodi menuju meja juri.

"Papa, Papa, udah tau cara masak fettucine yang kayak Mama, kan?" tanya Melodi sambil menarik-narik ujung celemek gue.

"Udah, dong. Mama juga udah catetin cara masaknya buat kita, nih, Mel." Gue menunjukkan selembar kertas berisi resep fettucine a la Yuki yang ditulisnya dengan tangannya sendiri dan sudah ada didalam tas berisi bahan-bahan tadi pagi. Tadi pagi, ketika gue sampai dirumah Yuki, Yuki sudah tidak ada. Kata Susi, Yuki sudah berangkat sejak jam setengah empat pagi. Sebelum pergi, Yuki sudah merapikan semua keperluan gue dan Melodi untuk perlombaan hari ini. Bahkan sampai masih sempat menuliskan resepnya di kertas dengan rapi dan detail seperti ini, padahal dia tau kalau semalam gue sudah merekam semua yang dia ajarkan di ponsel gue. Dibawah resepnya ada tulisan: "Good luck and have fun, guys. Make Mama proud." Yuki memang the best kalau udah urusan urus-mengurus gue dan Melodi seperti ini. Kadang-kadang, yang kayak begini yang suka bikin gue nyesel udah cerai dari dia. Nyesel banget gue, Bro.

Okay, enough with that enye-menye shit. Perlombaan sudah dimulai. Dan didetik pertama perlombaan dimulai, gue udah lupa caranya gimana. Di kertas ini ditulis, rebus air. Oh, oke.

"Papa, Papa, Melodi harus ngapain?" tanya Melodi yang sudah siap-siap juga dengan apron dan topi kokinya.

"Melodi parut keju seperti kemarin, ya. Terus kalau udah, boleh gunting-gunting smoked beef-nya. Hati-hati, ya. Jangan sampai kena tangan."

"Oke, Papa!" sahut Melodi dan mulai mengerjakan yang gue perintahkan barusan.

Lalu gue kembali dengan kesibukan gue yang bener-bener membingungkan ini. Gue udah rebus air, terus disini Yuki tulis, tuang dua sendok makan minyak goreng kedalam air. Hah? Minyak? Buat apaan pake ngerebus minyak segala? Ah, fuck it. Ikutin aja apa yang ada di catetannya. Minyak, two tablespoons... Okay, done.

Senandung Hati MelodiWhere stories live. Discover now