3. Déjà vu (2)

205 50 43
                                    

metisazia An0801

Tempat yang berada tepat di depannya saat ini bukan tempat yang dikenalinya dulu. Tempat itu sudah bertambah luas dan indah, membuat hati Ann makin mendentumkan namanya.

"Hei, ada apa?" tanya Peter yang mulai menyadari perubahan pada air muka Ann.

Ann cukup tersentak akan pertanyaan Peter, namun gadis itu tetap tak mampu mengalihkan perhatiannya dari tempat tersebut. Eksistensi semua hal yang ada di sekelilingnya terasa asing sekaligus familier bagi Ann secara tiba-tiba.

Dulu, ia selalu datang ke sana bersama dia tiap senja menjelang. Dulu, Ann akan selalu merasakan bahagia yang membuncah hanya dengan memandang terbenamnya mentari dan mendengar tawanya. Dulu, hal yang selalu dinantikan Ann adalah saat-saat matahari akan menghilang.

Tapi itu dulu, bukan sekarang.

Sekarang ia hanya merasa asing dengan tempat yang telah ribuan kali ia kunjungi. Sekarang ia hanya merasa lara telah menyergap semua kebahagiaan yang dulu. Dan sekarang, ia hanya merasa kecewa.

Rasa perih, asing, rindu, dan kecewa terus menghantam Ann hingga kesadarannya habis tak bersisa. Gadis itu hanya tetap memandang lurus ke depan dengan tatapan kosong, dalam waktu yang cukup lama.

"Kau tak apa?" Peter terus mengguncang bahu Ann pelan, karena sedari tadi tunangannya itu tampak seperti patung tak bernyawa. Peter jelas khawatir. Namun dengan kebungkaman Ann, bagaimana bisa ia melenyapkan hal yang telah membuat Ann menjadi seperti itu?

"Hei!" Peter mengayun-ayunkan telapak tangannya di depan mata Ann, namun tetap saja sepasang benda bermanik biru safir itu tak memberi respons apa pun.

Hingga sampailah Peter di puncak kebingungannya, pria itu mengusap mata Ann dengan telapaknya. Dan syukurlah perbuatan konyol itu tak sia-sia.

Mata Ann mengerjap-ngerjap setelah usapan Peter berhenti. "Ada apa?" tanyanya beberapa saat kemudian.

Peter hampir membuka mata dan mulutnya lebar-lebar saat Ann selesai bertanya. Oh Tuhan, seharusnya 'ada apa' milik Ann adalah pertanyaan yang Peter lontarkan untuk gadis itu! Ann membuat Peter khawatir karena tatapan kosongnya. Jadi, tak sepantasnya kata 'ada apa' keluar dari mulut Ann.

"Kau memasang raut menakutkan sejak tadi. Apa kau baik-baik saja?"

"Ya," ujar Ann berbohong.

Melihat kelakuan Ann sejak ia masih belum sadar hingga sekarang, Peter tahu sesuatu pasti telah berlaku. Dan entah mendapat keyakinan dari mana, Peter sangat yakin bahwa 'sesuatu' itu bukan satu hal baik, melainkan satu hal yang menimbulkan luka untuk Ann.

Maka karena itulah, Peter mencoba mengekang rasa penasarannya untuk bertanya 'mengapa'. Dan sebagai gantinya, Peter sangat ingin membuat Ann melupakan segalanya. Peter ingin membuat kenangan indah untuk Ann, sebagai pengganti dari kenangan buruk yang telah menghantuiya. "Kudengar, es krim di sini sangat enak. Kau mau?"

Ann mengangguk kecil sebagai pelengkap kebohongannya, membuat Peter menitipkan kunci mobilnya pada Ann sambil berlalu dari sana. Ya, Peter memang memiliki kebiasaan aneh. Pria itu selalu menitipkan kunci kendaraannya pada Ann saat pergi bersama dan ia ingin ke satu tempat hingga terpisah sementara dengan Ann.

Kebiasaan aneh itu berlangsung sejak beberapa bulan terakhir.

Saat itu, Peter pergi ke toilet dan meninggalkan Ann sementara di dalam toko roti. Dan tiba-tiba saja saat Peter kembali, pria itu tak bisa menemukan Ann di tempat semulanya. Maka, dia mulai mencari dengan raut panik.

The Worst ThoughtWhere stories live. Discover now