Bab 25

11.2K 325 6
                                    

Izz Ilham memusingkan tubuhnya setelah sama-sama mengaminkan doa bersama isterinya. 

Dhia Aryana menyalami tangan Izz Ilham.  Izz Ilham pula mencium dahi isterinya sebagai balasan. 

" sayang okey?  " soal Izz Ilham. 

" muka sayang nampak pucat sangat.  Sayang tak sihat ke?  " sambungnya. 

" tak tau lah.  Lepas jatuh tadi , kepala sayang , perut sayang , pinggang sayang semua sakit. " balasnya lemah. 

" kita pergi klinik nak?  "

" esoklah.  Sayang tak larat lah.  " Dhia Aryana mula menanggalkan telekungnya dan mulai melipat. 

" sayang pergi rehat dulu.  Abang bawak naik panadol eh.  Sejadah ni biar je abang lipat karang.  " arah Izz Ilham lembut. 

Dhia Aryana hanya menangguk.  Katil empuknya mula dipanjat.  Perlahan-lahan dia rebahkan diri diatas katil. 

***

( Izz Ilham P. O. V.  )

Aku membawa segelas air putih beserta dengan sepapan panadol.  Aku tekad.  Jam baru menunjukkan pukul 7.30 malam.  Kalau pukul 8 lebih nanti , Dhia masih pucat.  Aku sendiri yang akan dukungnya masuk ke dalam kereta untuk dibawa ke klinik.  Risau.  Ye ,  sangat risau. Tak pernah aku nampak wajahnya sepucat itu. 

Aku menolak pintu bilikku yang sudah separuh terbuka.  Aku lihat Dhia yang mengiring ke arah sana.  Entah dia tidur atau tidak. 

Aku panjat katil dan duduk bersebelahannya. 

" sayang..  " panggilku lembut sambil menyentuh bahunya.

Tiada reaksi darinya.

Saat aku menarik sedikit supaya menghadapku , aku betul-betul terkejut. Wajahnya begitu pucat.  Bahkan lebih pucat dari tadi. 

" Dhia!  Sayang!  " aku tampar pipinya perlahan. 

Masih tiada reaksi.  Dhia pengsan! 

Aku menyelak selimut yang melitupi separuh tubuhnya.  Dan..  Saat itu , aku bertambah terkejut.  Sangat-sangat terkejut.  Seluar satin peach yang dipakainya menampakkan kesan darah yang banyak mengalir dari celah pehanya. 

Apa semua ni? Kenapa Dhia boleh berlaku pembedahan?  Dhia mengandung ke? 

Aku cempung tubuhnya dan terus menuruni tangga. 

Pada masa yang sama , kebetulan aku terdengar tangisan anak-anakku saat langkah pertamaku menuruni tangga. 

Sampai ditangga terakhir kelihatan pembantu rumahku sedang berlari anak mendapatkan tangga. 

" ya allah , kenapa ni tuan?  " soal pembantu rumahku.  Saat itu seorang lagi pembantu rumahku tiba.

" tak taulah Kak Su. Saya nak bawa Dhia pergi hospital ni.  Kak Su dengan Kak Nia tolong tengok-tengokkan Kayla dengan Mika jap.  Tolong tukarkan cadar bilik saya sekali. " arah aku sambil mendapatkan kunci kereta serta pergi ke arah pintu.

" ye.. Ye. Okey-okey.  Tuan hati-hati ya.  " balasnya. 

Setibanya di hospital , hampir dua jam aku tunggu doktor keluar. Hatiku meronta-ronta untuk meredah masuk. Apa yang berlaku pada Dhia?  Teruk sangatkah dia? 

Akhirnya orang yang ku tunggu-tunggu keluar.  Doktor Qazif. 

" ham..  " panggilnya. 

Aku segera bangun mendapatkannya.

" macam mana Aryan weh?  " soal aku risau.

" Aryan ada jatuh ke tadi?  " soalnya kembali. 

Aku terdiam sejenak.  Perlahan-lahan aku mengangguk. 

" habis kenapa kau tak bawak perhi hospital cepat-cepat? " sambungnya.

" dia kata dia okey.  Lepastu baru dia mengadu sakit kepala , perut and pinggang. Lepas setengah jam lebih tu barulah dia start pucat.  " cerita aku. 

Muka Qazif berubah riak seperti terkejut. 

" kau ni! Tak sayang anak bini ke? Sepatutnya time dia jatuh tu , berlaku penderahan atau tak , kau kena bawa dia pergi hospital.  " marahnya. 

" kau ni memang bahayakan nyawa dialah.  Nyawa dia hampir-hampir tak selamat tahu tak?!  " sambungnya lagi. 

Aku terkejut.  Kenapa sampai nyawa Dhia hampir melayang.

" Aryan sakit apa sampai macam tu? " soalku risau. 

Muka Qazif menjadi pelik. 

" kau tak tahu ke yang Aryan pregnant?  Dah 10 minggu Ilham.  " balasnya membuatkan aku terdiam.  Dhia pregnant?  Kenapa aku tak tahu?  Kenapa aku tak tahu? 

" ya allah!!!  " aku meraup muka.  Airmataku hampir menitis. 

" macam mana kandungan dia?  Aryan okey?  " sambungku. 

" alhamdulillah.  Kalau kau lambat sikit jr lagi , anak kau memanh tak selamat.  Tapi Allah sayang dia.  Dia still ada dalam rahim isteri kau.  " balasnya membuatkan aku lega. 

" Aryan?  "

Bahuku ditepuk. 

" badan dia lemah.  Kitaorang terpaksa tahan dia.  Kandungan dia pun lemah. Kejap lagi bolehlah kau masuk.  " balasnya lagi.

" thanks bro!  " aku peluk tubuh Qazif. 

Bukan Yang SempurnaWhere stories live. Discover now