BAB 2

153K 11.4K 255
                                    

"Ren, lo mau nulis buat siapa?" tanya Jessie kepada Mauren.

Mereka diberi tugas menulis lagu tentang cinta, untuk diberikan kepada salah seorang panitia. Dan yang terpilih, berkesempatan untuk menyanyikannya bersama orang yang dituju, di malam penutupan masa orientasi siswa besok.

"Gak tau," jawab Mauren lemah, jangankan menulis untuk siapa, mau menulis lagu apa saja ia tidak memiliki ide.

"Yaudah lo nulis buat Kak Vasco aja, sama kek gue." Jessie menaik – turunkan alisnya memberi saran yang menurut Mauren tidak bagus.

Mauren tampak berpikir, kemudian ia tiba – tiba tersenyum sendiri, "Nathan kayaknya lebih menarik."

"Gantengan Vasco tau. Vasco aja ah. Nanti kasihnya biar barengan sama gue. Siapa tau lo dikerjain lagi sama dia." Goda Jessie dengan tertawa puas.

Untuk siapa lagu itu, bisa dipikirkan nanti. Yang membuat Mauren pusing saat ini adalah, lagu apa yang harus ia tulis. Ia sama sekali tak memiliki ide sebuah lagu romantis untuk ditulis.

"Lo nulis lagu apa?" tanya Mauren kepada Jessie yang terlihat lancar – lancar saja menulis.

"Perfect-nya One Direction. Gue rasa ini bakal so sweet banget kalo sampek kepilih sama Vasco, trus dia nyanyiin ini buat gue," jawab Jessie sambil membayangkan hal yang Mauren rasa tidak mungkin itu.

Mauren mendesah, ia bosan mendengar Jessie selalu berbicara tentang cowok itu, "Lo gak ada topik pembicaraan lain ya selain tuh anak."

"Gak ada, sekarang yang ada di otak gue cuma Vasco seorang," jawab Jessie santai sambil menghiasi kertas suratnya dengan gambar love yang tercecer dimana – dimana.

"Waktu tinggal lima menit ya, guys. Yang belum selesai akan dapat punishment." Maura, ketua panitia masa orientasi siswa mengumumkan waktu yang tersisa, membuat Mauren panik sendiri karena kertasnya yang masih bersih dari coretan apapun.

"Mampus lo, kebanyakan mikir sih." Cibir Jessie.

Mauren menggaruki kepalanya panik, "Aduh, gimana nih? Gue gak ada ide sama sekali."

"Ya lo tulis apa kek lagu kesukaan lo. Masak lo gak punya lagu kesukaan."

"Oh ya, ada." Mauren langsung menulis lagu yang terlintas di pikirannya.

"Lagu apa?" tanya Jessie penasaran.

"Little things-nya, One Direction."

Tidak sampai tiga menit, Mauren sudah selesai menuliskan lirik lagu itu. Lalu ia melipat kertas suratnya dan ia masukkan dalam amplop yang sudah di sediakan. Sekarang ia hanya harus berpikir untuk siapa surat itu.

Jessie yang melihat wajah bingung Mauren langsung menyahut, "Udah Vasco aja, cepetan tulis namanya."

Mauren menoleh Jessie dengan senyum jahil, lalu menuliskan nama 'Nathan' di bagian depan amplop. Membuat Jessie cemberut karena ia tidak mengikuti sarannya.

Setelah waktu habis, Maura menyuruh semua peserta untuk mengumpulkan surat mereka ke dalam kotak yang terletak di depan barisan dan sudah ditulisi oleh nama panitia, sesuai dengan nama yang dituju.

Kotak milik Nathan dan Vasco hanya berbeda dua kotak. Mauren melambaikan tangan menggoda Jessie yang terlihat kesal menuju kotak Vasco sendirian. Ia lalu kembali ke barisan, menunggu Jessie yang masih mengantri di kotak Vasco yang dikerubungi oleh gadis-gadis genit itu.

Mauren tertawa melihat Jessie tersenggol – senggol oleh gadis lain. Ia lalu berhenti tertawa saat tidak sengaja matanya bertemu dengan mata tajam yang tengah memperhatikannya. Seorang cowok yang berada agak jauh di belakang kotaknya, bersandar di pilar dengan kedua tangan masuk saku. Vasco menatap Mauren dingin. Mauren acuh, ia lalu mengalihkan pandangannya lagi kepada Jessie.

Jessie berlari menghampiri Mauren dengan senyum ceria,"Gue yakin pasti besok Vasco deh yang paling banyak dapet surat. Liat aja tuh sampek desak – desakkan gitu," ucap Jessie terengah – engah.

"Siapa bilang, bisa aja Nathan," balas Mauren dengan mencebikkan bibir.

"Gak mungkin. Orang bego juga tau kerenan mana. Mereka sama ganteng. Tapi Nathan kalah keren." Jawab Jessie tak mau kalah.

Mauren berdesis pelan lalu tersenyum, mencari sosok Nathan yang sama sekali tak terlihat sejak tadi.

mine | sudah terbitWhere stories live. Discover now