BAB 4

139K 11.3K 281
                                    

Sudah satu jam Mauren menunggu Moscar menjemput. Tapi belum ada tanda - tanda kakaknya sampai. Mauren melirik jam ditangannya dengan gelisah, Moscar harusnya sudah pulang sekolah sejak dua jam yang lalu tapi sampai saat ini ia belum juga menjemput Mauren. Seandainya tidak dilarang membawa ponsel mungkin tidak akan serumit ini.

Mauren memutuskan untuk pulang dengan angkot, ia menuju tepian jalan dan memicing mencari angkot. Bukan angkot yang Mauren dapatkan, tetapi Vasco yang baru saja keluar dari warung kopi tempatnya nongkrong.

"Jangan kesini." Gumam Mauren saat melihat Vasco berjalan menuju arah sekolah.

Vasco sampai didepan gerbang dan benar saja, ia berdiri disamping Mauren lalu bertanya, "Pulang sama siapa?"

"Dijemput sama Kak Moscar." Jawab Mauren dingin.

"Moscar latihan basket. Aku anter aja."

Mauren menoleh Vasco sangsi, "Gak usah. Aku nunggu kakak aja."

"10 menit lagi. Moscar gak dateng. Aku yang anter pulang."

Mauren membuang muka mencari tanda–tanda Moscar datang, dan syukurlah ia melihat motor Moscar berjalan ke arahnya.

"Kakakku udah dateng. Kamu balik gih." kata Mauren dengan sinis kepada Vasco.

"Udah tau." balas Vasco dengan cepat.

Moscar berhenti tepat di depan Mauren lalu menyapa Vasco dan mereka saling ber–tos–ria ala anak cowok.

"Adek lo jual mahal gak mau gue anterin." kata Vasco kepada Moscar.

Mauren yang merasa tersindir langsung melirik Vasco sinis.

"Lain kali culik aja kalo rewel. Masa takut sama cewek manja gini." balas Moscar dengan nada bercanda.

"Udah ayo pulang. Capek tau kak!" kata Mauren sambil mencubit perut Moscar kesal.

"Ah, sakit dek!" kata Moscar dengan kesakitan mengelus perutnya, "Kebiasaan nih cubit–cubit."

"Makanya cepet pulang jangan ngobrol terus." Rengek Mauren.

"Bentar dek, orang lagi mau ngobrol sama mantan musuh. Ganggu aja sih." balas Moscar tak mau kalah.

Mauren mengerucutkan bibirnya kesal, sedangkan Vasco tertawa kecil melihat pertengkaran kakak beradik yang sama–sama tak mau mengalah ini.

"Sabtu free nggak? Ikut gue." kata Moscar mengabaikan Mauren yang terlihat kesal dibangku penumpang.

Vasco menaikkan alisnya, "Ikut ngapain emangnya?"

Moscar berdecak, "Biasalah... Sparing tipis–tipis, udah lama gak olahraga."

"Kakak..." Rengek Mauren. Ia tahu sekali maksud sparing dan olahraga bagi seorang Moscar adalah berkelahi, "Jangan aneh–aneh deh."

"Tumben? Siapa yang ngajak lo sparing?" tanya Vasco bingung.

"Nanti gue ceritain. Kalo gue cerita sekarang, mak lampir dibelakang bisa kepo berkelanjutan." kata Moscar sambil melirik Mauren dibelakangnya.

"Berhubung lo ngomong sekarang. Kayaknya gue gak bisa kemana–mana deh hari Sabtu."

Moscar mendesis, "Urusan gue itu mah."

"Oke deh terserah. Sono pulang, kasihan tuan putri udah kusut mukanya." kata Vasco menyindir Mauren yang semakin memanyunkan bibirnya kesal.

Moscar tertawa, "Mana ada tuan putri model gini. Bawel, rewel, cerewet. Yaudah deh, gue balik. Bye!"

Vasco menepuk bahu Moscar yang mulai melajukan motornya pelan.

"Kalem bro. Jagain yang bener princess gue."

mine | sudah terbitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang